(ESDM) meminta PT Pertamina (Persero) melaporkan rencana perubahan harga bahan bakar minyak | PT Rifanfinancindo
"Caranya begini, kita cari subsidi atau pakai cara yang lebih kreatif lagi, jual Pertalite pakai undian berhadiah. Pasti akan banyak orang yang pindah beli Pertalite kalau ada hadiahnya," ucapnya.
Perusahaan migas pelat merah itu, kata Jonan, sudah menyatakan sanggup untuk menyediakan Premium di seluruh Indonesia. Jonan pun tak ragu untuk memberikan sanksi ke Pertamina kalau ternyata Premium masih langka.
"Pertamina sanggup. Kalau ternyata masih langka nanti kita beri sanksi. Sanksinya apa? Sudah disiapkan," katanya.
Jonan menambahkan, pemerintah terpaksa mengatur harga Pertalite cs karena selama ini Premium langka di SPBU. Akibatnya, masyarakat terpaksa membeli Pertalite cs yang harganya lebih mahal dari Premium.
"Tidak boleh hanya tersedia Pertalite, karena daya beli masyarakat belum seluruhnya mampu beli Pertalite. Masyarakat beli Pertalite terpaksa karena Premiumnya tidak ada," ujar Jonan.
Mantan Menteri Perhubungan itu juga memastikan Pertamina tidak akan rugi dengan menyediakan Premium di seluruh Indonesia. Caranya dengan memberikan tambahan subsidi.
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta PT Pertamina (Persero) melaporkan rencana perubahan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Pertamax cs sebelum diterapkan ke pasar.
Mengapa harga bensin non subsidi itu harus dilaporkan ke pemerintah, kan bukan barang subsidi yang biasa mengikuti harga pasar?
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan Pertamina boleh saja menjual Pertalite cs dengan harga pasar, tapi ada syaratnya.
"Pertamina kalau mau jual Pertalite harga pasar tidak apa-apa, saya tidak akan kendalikan, tapi (BBM) Premiumnya harus tersedia, sehingga orang punya pilihan. Kalau tidak ada pilihan itu tidak fair," kata Jonan kepada detikFinance di kantornya, Selasa (8/5/2018).
Harga Pertalit Naik, Tidak Semua Warga Riau Beralih Ke Premium | PT Rifan Financindo Berjangka
Menurutnya, lamanya ketetapan ini diterapkan karena masih ada beberapa prosedur yang belum dilaksanakan berkaitan dengan kebijakan antar kementerian.
"Kita upayakan awal bulan Mei 2018 akan bisa kita laksanakan. Biar masyarakat bisa cepat merasakannya," katanya di kantor Gubernur Riau, Kamis, 26 April 2018.
Kebijakan itu ialah belum adanya tatap muka dengan Kementerian Keuangan terkait turunnya pajak dari 10 persen menjadi 5 persen. Sehingga jika hal ini dapat terlaksana, maka harga Pertalite tidak lagi berada di angka Rp 8.150, melainkan menjadi Rp 7.750.
"Pada prinsipnya dari Mendagri tidak ada masalah. Karena ini menyangkut uang, jadi tinggal tahap itu yang belum di konsultasikan ke Kementerian Keuangan," imbuhnya.
Namun, jumlah konsumsi ini akan kembali berubah karena pemerintah sudah berencana akan menurunkan harga Pertalite yang sempat menghebohkam warga Riau itu.
Sebelumnya, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Riau, Indra Putrayana menyebutkan bahwa turunnya harga bahan bakar jenis Pertalite akan dapat dirasakan oleh masyarakat di awal-awal bulan Mei 2018.
"Tidak semua beralih (ke Premium). Yang loyal juga besar terhadap produk non Premium. Sebelumnnya (sebelum harga Pertalite naik) bisa mencapai 50-50 persen," katanya di halaman kantor Gubernur Riau, Selasa, 8 Mei 2018.
Tambahnya, setelah harga Pertalite naik sebanyak dua kali (Januari 2018) dalam satu bulan yang menyebabkan sebagian masyarakat beralih menggunakan Premium, Justru dikatakannya peristiwa langka itu tidak begitu signifikan hingga saat ini.
"Tidak semua beralih (ke Premium). Sampai saat ini perbandingan konsumsi Premium dengan Pertalite hanya 65-35 persen. Yang jelas memang ada pergeseran antara Pertalite ke Premium,"imbuhnya.
Meskipun harga Bahan Bakar Minyak (BBM) berjenis Premium saat ini masih menjadi primadona karena harganya yang cukup terjangkau, namun tidak secara signifikan mampu mengungguli bahan bakar lain sejenis seperti Pertalite.
Artinya masyarakat Riau secara perlahan mulai sadar bahwa harga yang murah tidak selamanya menjadi patokan karena ada produk pengganti yaitu Pertalite yang memiliki kualitas (oktan) sedikit lebih baik.
Branch Manager PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I wilayah Sumbar-Riau, Rahman Pramono Wibowo menyebutkan bahwa konsumsi masyarakat Riau terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) non Premium masih tergolong tinggi.
Sejak Pergantian Direksi Kayaknya Lebih Pro Rakyat | PT Rifan Financindo Berjangka
"Pertamina belakangan ini sejak pergantian direksi kayaknya lebih pro rakyat," tukas Jonan, dikutip dari detikFinance, Rabu (9/5).
Sebagaimana diketahui, sejak jajaran direksinya dirombak, kini Pertamina belum memiliki direktur utama (dirut) baru, melainkan masih dipimpin pelaksana tugas (plt) Dirut, yakni Nicke Widyawati.
Menteri ESDM, Ignasius Jonan, menilai, belakangan ini kebijakan PT Pertamina (Persero) lebih pro rakyat. Terlebih dalam kesiapannya memasok bahan bakar minyak (BBM) Premium ke seluruh Indonesia.