Facebook berencana untuk membagikan tautan pada lini masa pengguna | PT Rifan Financindo Berjangka
Kontroversi bocornya data pengguna Facebook oleh Cambridge Analytica memunculkan pertanyaan apakah media sosial terbesar ini memiliki cukup proteksi untuk melindungi data-data penggunanya. Cambridge Analytica sendiri mendapatkan data para pengguna Facebook dari Aleksandr Kogandari seorang profesor psikologi dari Universitas Cambridge. Kogan menggunakan sebuah aplikasi "thisisyourdigitallife" yang menawarkan layanan test kepibradian.
Pengguna Facebook yang mengunduh aplikasi tersebut akan sekaligus memberi izin agar data mengenai lokasi, pertemanan, dan konten-konten yang mereka sukai untuk dibagikan. Pengumpulan data tersebut juga diizinkan dibawah peraturan Facebook kala itu. Facebook menyatakan perbuatan Kogan tersebut telah melanggar aturan karena meneruskan data yang diperolehnya kepada Cambridge Analytica, sebuat perusahaan yang disewa Donald Trump saat kampanye Presiden AS 2016.
Mulai Senin (9/4/2018) ini, Facebook akan memberi pemberitahuan kepada 87 juta pengguna yang datanya telah disalahgunakan oleh Cambridge Analytica. "Sebagai bagian dari proses ini, kami juga akan memberi tahu pengguna bahwa data mereka telah disalahgunakan Cambridge Analytica," ujar perwakilan dari perusahaan Facebook seperti dilansir CNNMoney, Minggu (8/4/2018).
Facebook berencana untuk membagikan tautan pada lini masa pengguna untuk mengetahui aplikasi apa sajakah yang terkoneksi dengan akun Facebook pengguna dan menunjukkan informasi apa saja yang diizinkan untuk dilihat oleh aplikasi yang bersangkutan. Pengguna Facebook juga akan diizinkan menggunakan tautan untuk menghapus aplikasi terkait sebagai antisipasi agar aplikasi tersebut tidak mendapatkan informasi lebih jauh.
Boikot Facebook 11 April, Mark Zuckerberg Mau Bersaksi | PT Rifan Financindo Berjangka
Juru Bicara Kampanye Faceblock, Laura Ullman, seperti dikutip Phone Arena, mengatakan, kelompoknya begitu peduli dengan data pribadi dan bagaimana sebuah perusahaan harus mematuhi regulasi terkait data pribadi.
"Ini merupakan demonstrasi virtual yang mudah dilakukan, sekaligus memberi pesan penting kalau kami menuntut Facebook bertanggung jawab untuk memperbaiki platform mereka. Selain itu, pemerintah juga ikut tanggung jawab untuk memastikan Facebook melindungi data pengguna serta menerapkan regulasi," ungkapnya.
Ia akan memberikan keterangan pasca terungkapnya 87 juta data pengguna Facebook yang dicuri oleh perusahaan konsultan Cambridge Analytica.
Mengutip situs Reuters, Senin, 9 April 2018, pertemuan yang direncanakan di Capitol Hill diperkirakan akan berlanjut hingga Senin sore. Ketika dikonfirmasi, Facebook menolak berkomentar.
Megaskandal penyalahgunaan data Facebook oleh Cambridge Analytica memunculkan aksi boikot.
Kampanye bernama Faceblock ini mengajak semua orang untuk mengikuti aksi ini dengan mengunjungi tautan www.facebookblackout.org, dan tidak menggunakan aplikasi Facebook, Messenger, WhatsApp, dan Instagram selama 24 jam.
Sebelumnya, Komite Perdagangan dan Energi dari Dewan Perwakilan Rakyat AS menjadwalkan Zuckerberg untuk hadir pada lusa, atau bertepatan dengan kampanye boikot Facebook.
Seruan memboikot Facebook selama satu hari pada Rabu, 11 April mendatang, sepertinya membuat Mark Zuckerberg harus bergerak cepat.
Menurut sumber di Parlemen Amerika Serikat, Zuckerberg bakal bersaksi di depan Kongres pada hari ini.
Ini Dia Pembuat Kuis Facebook yang Bocorkan Data | PT Rifan Financindo Berjangka
Sementara itu, menurut salah satu agensi iklan yang bekerja sama dengan CubeYou, sang firma kebanyakan menghimpun data dari kuis-kuis Facebook. Salah satu kuis CubeYou yang viral di Facebook berjudul “You Are What You Like”. Ditaksir sebanyak 10 hingga 45 juta data pengguna Facebook telah disalahgunakan oleh CubeYou. Angkanya masih berubah-ubah karena penyelidikan belum final. Penangguhan CubeYou berjarak tiga pekan setelah Facebook memblokir Cambridge Analytica. Firma analis tersebut merupakan konsultan politik untuk pemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2016 lalu.
Sebanyak 87 juta data pribadi pengguna dicuri Cambridge Analytica dan disalahgunakan. Tak kurang dari 1 juta adalah data pengguna Indonesia. Selanjutnya pada Jumat pekan lalu, Facebook menangguhkan AggregateIQ, yakni firma analis yang bergerak di sektor periklanan. AggregateIQ juga merupakan anak perusahaan dari SCL, yakni induk dari Cambridge Analytica.
Pada situs resminya, CubeYou sesumbar memiliki akses ke Personally Identifiable Information (PII) yang selama ini menjadi buruan pengiklan. Data dalam PII mencakup nama lengkap, e-mail, nomor telepon, alamat IP, dan sebagainya. CubeYou juga punya data-data referensi dan pola pengguna, seperti likes, follows, tipe unggahan, komentar, check-ins, serta brand atau selebritas mana yang di-mention dalam unggahan mereka.
“PII ini berasal dari panelis kami yang telah terverifikasi, lalu dicocokkan dengan sumber-sumber data online maupun offline lainnya,” begitu tertulis pada situs resmi CubeYou, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Senin (9/4/2018), dari CNBC. Adapun panelis tersebut adalah pengguna Facebook dan Twitter yang tinggal di Amerika Serikat. CubeYou mengatakan pengumpulan PII tersebut bersifat laporan sendiri alias self-reported.
Setelah Cambridge Analytica dan AggregateIQ, kini giliran CubeYou yang ditangguhkan dari jejaring sosial Facebook. Lagi-lagi, hal ini menyusul temuan pencurian data pribadi pengguna. Sama seperti Cambridge Analytica, CubeYou adalah firma analis pihak ketiga yang mengumpulkan data pengguna Facebook, lewat kuis kepribadian.
CubeYou sesumbar data-data itu untuk kepentingan riset pendidikan yang sifatnya non-profit. Setelah diselidiki, klaim itu agaknya bualan belaka. CubeYou diduga menyerahkan data pengguna Facebook ke para pengiklan, agar lebih mudah menyasar target pasar. Pihak Facebook pun mengklaim telah memblokir layanan CubeYou dari platform-nya, dan melakukan audit.
“Kami telah menangguhkan CubeYou dari Facebook dan terus menginvestigasi mereka. Jika hasil akhirnya mereka tak lolos audit, aplikasi mereka akan diblokir permanen dari Facebook,” kata Vice President of Product Partnerships Facebook, Ime Archibong.