Beban utang negara sekitar Rp 4.700 triliun | PT Rifan Financindo Berjangka
Mesin instrumen lainnya yaitu konsumsi, investasi, dan ekspor yang juga harus tumbuh. Dikatakannya orang berkonsumsi apabila merasa mempunyai daya beli dan adanya kepercayaan yang terus bertumbuh.
"Nah dia punya kepercayaan kalau dia lihat stabilitas. Dia lihat kalau ada kerusuhan, maka akan menabung untuk berjaga-jaga," katanya.
Kemudian juga investor, adanya pembuatan pabrik dan penyerapan lapangan kerja dapat dilakukan apabila ada stabilitas dan prospek ekonomi. "Dan tugas Pemerintah untuk terus menjaga stabilitas," pungkasnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menegaskan, angka kemiskinan saat ini berada di titik terendah, yaitu 10,12 persen. Pembangunan infrastruktur juga telah berjalan di era pemerintahan Joko Widodo. Bahkan pertumbuhan ekonomi APBN mencapai 7 persen. Namun memang masih perlu ada dorongan beberapa instrumen lainnya agar tujuan negara tercapai.
"APBN kita gunakan untuk instrumen mendorong ekonomi, tapi tidak boleh sendirian, karena kalau jebol tujuannya tidak tercapai," ucapnya.
Sebetulnya kalau kita membandingkan secara nominal, negara yang paling banyak utang, Jepang per kapita atau juga Amerika yang disebut negara adigdaya," ucapnya.
Apakah Indonesia akan menuju ke sana, menurutnya hal tersebut tidak akan mungkin. Karena Undang-undang sudah jelas, tidak boleh utang lebih dari 60 persen produk domestik bruto. Saat ini menurutnya utang Indonesia tak lebih dari 30 persen.
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun utang itu, imbuh Sri Mulyani bukanlah tujuan, tetapi instrumen. Oleh karena itu, kalau dikatakan meningkat, secara nominal memang mendekati Rp 4.000 triliun. Namun Indonesia belum akan runtuh dengan angka tersebut.
Sri Mulyani Yakin Ekonomi Stabil Meski The Fed Naikkan Suku Bunga | PT Rifan Financindo Berjangka
"Ini semua yang sedang dan terus kami lakukan. Artinya pemerintah akan terus berupaya baik dalam level mikro maupun makro, di tingkat perusahaan maupun di tingkat regional," katanya.
Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya juga menyebut, langkah The Fed menormalisasi kebijakan moneter lebih cepat berpotensi memicu keluarnya modal asing dari negara-negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia. Namun, dia menilai, Indonesia sudah siap mengantisipasinya.
“Indonesia sangat siap untuk menghadapi dampak kenaikan suku bunga acuan AS karena bank sentral (Bank Indonesia) memiliki alat yang sangat kuat yang pernah diuji saat periode taper tantrum tahun 2013,” kata Christine Lagarde, Direktur Pelaksana IMF di Yogyakarta seperti dilansir dari Reuters, Kamis (1/3/2018).
Alat tersebut juga kembali digunakan saat ketika Bank Indonesia masuk ke pasar valuta asing untuk mengintervensi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat menyentuh level Rp13.800 per dolar AS beberapa waktu lalu.
"Termasuk dari sisi keseimbangan eksternal dan internal terjaga. Eksternal itu neraca pembayaran, dan internal neraca produksi," kata dia.
Menurut Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah antisipatif dalam menghadapi rencana The Fed melakukan normalisasi kebijakan moneter, termasuk mengurangi neraca saldo (balance of sheet) di pasar. Sejumlah langkah yang akan ditempuh antara lain dengan mempercepat investasi dan menggenjot laju ekspor nasional.
Dengan ekspor yang tetap tumbuh tinggi, menurut dia, Indonesia akan memiliki perekonomian yang kompetitif. Selain itu, apabila investasi bisa tumbuh di atas 7 persen maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di atas 5,4 persen.
Menurut dia, perekonomian Indonesia bisa tetap terjaga dengan syarat aspek makro ekonomi tetap tumbuh tinggi, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terkendali, dan tingkat inflasi tetap rendah.
Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis stabilitas ekonomi Indonesia tetap terjaga meski Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) berencana menaikkan suku bunga secara bertahap sebanyak tiga atau empat kali.
"Pasti akan ada reaksi pasar, namun belajar pada 2017 meski ada kenaikan suku bunga AS tiga kali, perekonomian Indonesia cukup stabil," kata Sri Mulyani seusai Dialog Nasional Indonesia Maju di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Minggu (11/3/2018).
Tito Karnavian Sebut Media Sosial Sebarkan Informasi Provokatif | PT Rifan Financindo Berjangka
Selain Tito Karnavian, hadir pula Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Imam Besar Mesjid Istiqlal Jakarta Nazaruddin Umar.
Pada acara yang berlangsung di Sportorium UMY tersebut, keempatnya menyampaikan berbagai hasil program kerja pemerintah serta rencana ke depan.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kapolda DIY Brigjen Pol Drs Ahmad Dofiri, M Si turut hadir sebagai tamu undangan dalam acara tersebut.
"Jangan menyebarkan informasi yang tidak penting," pesan Tito.
Terkait persiapan pilkada dan pemilihan presiden tahun depan, Tito menyatakan cukup percaya diri umtuk menjaga stabilitas keamanan selama pesta demokrasi berlangsung.
"Tahun-tahun sebelumnya berjalan dengan lancar. Insya Allah pilkada tahun ini juga berjalan lancar di seluruh Indonesia," ujar Tito.
Ada kelompok-kelompok yang terorganisir untuk melakukan hal tersebut," jelas Tito Karnavian.
Ia pun meminta masyarakat agar jangan langsung percaya dan menerima informasi secara mentah-mentah.
Selain itu, publik diminta untuk tidak terlibat dalam rantai penyebaran informasi yang provokatif.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyebut bahwa banyak informasi bersifat provokatif dan berita bohong yang disebarkan lewat media sosial.
Hal ini ia sampaikan seusai menjadi pembicara dalam Diskusi Nasional #8 "Indonesia Maju" di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Minggu (11/03/2018).