Harga minyak mentah dunia merosot pada perdagangan Senin (12/3) | PT Rifan Financindo Berjangka
Minggu lalu, Wall Street Journal melaporkan bahwa Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menyatakan OPEC dalam pertemuan Juni mendatang bisa menyepakati pelonggaran pemangkasan produksi mulai 2019.
Kemudian, pada Minggu lalu, perwakilan Arab Saudi juga menyatakan mereka bakal menunda penawaran saham perdana (IPO) perusahaan minyak Saudi Aramco hingga 2019.
Presiden Blue Line Futures Bill Baruch menyatakan, data Indeks Harga Konsumen (CPI) akan dirilis pekan bisa jadi sangat penting mengingat bakal berimbas kepada dolar AS. Pergerakan dolar AS cenderung berlawanan dengan harga minyak. Pelemahan dolar AS membuat harga komoditas yang diperdagangkan dengan dolar menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
Pada Jumat lalu, perusahaan pelayanan energi Baker Hughes menyatakan perusahaan energi pada pekan lalu memangkas jumlah rig untuk pertama kalinya selama hampir dua bulan.
Meskipun demikian, AS kini adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia, melampaui negara eksportir besar Arab Saudi.
"Kami (pasar) sedang menjaga posisi perdagangan dengan tendensi menurun (bearish) sebagai antisipasi harga WTI yang bergerak di kisaran US$58 hingga US$63 per barel." ujar Presiden Ritterbusch & Associates Jim Riterbusch dalam catatannya.
Hal itu telah mengurangi sebagian antusiasme terhadap komoditas minyak bersamaan dengan investor yang lebih banyak mempertimbangkan kenaikan pasokan minyak AS dibandingkan kemungkinan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya menjaga pemangkasan produksi yang telah memberikan efek lebih dari setahun.
"Pasar terus bergerak maju mundur terhadap gagasan kenaikan permintaan global dan pemangkasan produksi bakal menopang harga tetapi produksi AS dan produksi Amerika Utara secara umum bakal banyak melawan efek tersebut (kenaikan permintaan dan pemangkasan produksi)," ujar Direktur Riset Pasar Tradition Energy Gene McGillian.
Harga minyak mentah dunia merosot pada perdagangan Senin (12/3), waktu Amerika Serikat (AS), akibat berlanjutnya sentimen terhadap kenaikan produksi minyak mentah AS. Data pekan lalu menunjukkan spekulator yang memangkas taruhan pada minyak, menandakan bahwa aksi jual dapat lebih banyak terjadi.
Dilansir dari Reuters Selasa (13/3), harga minyak mentah berjangka Brent tergelincir US$0,54 atau 0,8 persen menjadi US$64,95 per barel. Penurunan yang sedikit lebih dalam terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,68 atau 1,1 persen menjadi US$61,36 per barel.
Manajer investasi dan keuangan memangkas taruhan mereka pada tendensi harga minyak mentah bakal naik (bullish), dengan melorotnya posisi beli (long) pekan lalu untuk pertama kalinya dalam tiga minggu terakhir. Posisi jual (short) kotor pada New York Mercantile Exchange merangkak ke level tertinggi untuk hampir sebulan.
Harga minyak masih tertekan produksi AS | PT Rifan Financindo Berjangka
Hedge fund dan para pengelola dana bertaruh bahwa kenaikan harga minyak mulai mereda. "Pasar masih menilai, kenaikan permintaan global dan pemangkasan akan menopang harga. Tapi produksi minyak Amerika Serikat (AS) dan Amerika utara akan menutup sentimen positif tersebut," kata Gene McGillian, director of market research Tradition Energy kepada Reuters.
Data Baker Hughes yang dirilis Jumat lalu menunjukkan, ada penurunan empat rig yang beroperasi di AS menjadi 796. Ini adalah penurunan pertama dalam dua bulan terakhir.
Meski ada penurunan jumlah rig beroperasi, aktivitas tambang minyak AS masih lebih tinggi ketimbang tahun lalu yang hanya 617 rig. "Produksi minyak AS masih dalam tren naik," ungkap ING.
Pagi ini, harga minyak brent berada di US$ 64,87 per barel, turun 0,12% jika dibandingkan dengan harga penutupan kemarin. Dalam dua hari, harga minyak ini turun 0,95%.
Hanya bertahan di akhir pekan, harga minyak turun dalam dua hari perdagangan pekan ini. Selasa (13/3) pukul 7.19 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2018 di New York Mercantile Exchange turun 0,13% ke US$ 61,28 per barel.
Kemarin, harga minyak WTI turun 1,1% dari posisi akhir pekan. Hal serupa terjadi pada minyak brent. Harga minyak acuan untuk pengiriman Mei 2018 di ICE Futures ini turun dalam dua hari perdagangan.
Harga Minyak Anjlok Tertekan Kekhawatiran Kenaikan Produksi AS | PT Rifan Financindo Berjangka
Ini telah meningkat lebih dari seperlima sejak pertengahan 2016 sampai 10,37 juta barel per hari (bph). AS telah menjadi produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia mengungguli Arab Saudi dan mencoba menyusul Rusia yang memproduksi 11 juta bph minyak.
OPEC bersama dengan sekelompok produsen lain yang dipimpin oleh Rusia, telah menahan produksi sejak awal 2017 untuk menopang harga.
Tidak jelas kapan kesepakatan untuk menahan produksi akan berakhir. Namun, menteri minyak Iran Bijan Zanganeh mengatakan, OPEC bisa memangkas produksi di Juni 2019, Wall Street Journal melaporkan pada hari Minggu.
Consumer Price Index (CPI) akan dirilis pekan ini yang berpotensi berdampak terhadap dolar, kata Bill Baruch, presiden Blue Line Futures di Chicago.
Dolar AS cenderung memiliki hubungan terbalik dengan harga minyak, karena pelemahan greenback membuat komoditas berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Harga minyak mentah naik pada hari Jumat dan Senin setelah ekonomi AS menambahkan jumlah pekerjaan terbesar di lebih dari 1,5 tahun di bulan Februari.
Di pasar minyak, perusahaan energi AS pekan lalu memangkas jumlah rig minyak untuk pertama kalinya dalam hampir dua bulan. Jumlah rig pengeboran berkurang empat unit ke 796 unit, perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan pada hari Jumat.
Meskipun jumlah yang rig lebih rendah menjadi indikator produksi AS di masa depan, namun aktivitas tetap jauh lebih tinggi dari tahun lalu di mana hanya 617 rig yang aktif. Sebagian besar analis memperkirakan produksi minyak mentah AS akan terus berkembang.
Harga minyak kembali turun pada Senin 12 Maret 2018 waktu setempat karena investor khawatir mengenai meningkatnya produksi minyak Amerika Serikat (AS). Hal itu diyakini bisa menekan upaya organisasi negara pengeskpor minyak (OPEC) yang telah mengetatkan pasokan minyak di pasar.
Mengutip CNBC, Selasa (13/3/2018), sementara itu, data pekan lalu menunjukkan para traders mengurangi kepercayaannya terhadap penguatan harga minyak. Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun 68 sen dolar AS atau 1,1 persen ke 61,36 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent berjangka turun 50 sen dolar AS menjadi 64,99 dolar AS per barel pada pukul 2.29 ET.
"Pasar terus bergulir bolak-balik pada gagasan bahwa meningkatnya permintaan global dan penurunan produksi akan mendukung harga. Namun, produksi AS, dan tingkat produksi Amerika Utara pada umumnya, akan meniadakan kondisi itu," kata Gene McGillian, direktur riset pasar di Tradition Energy.