Valuasi Grab pun kini meroket ke level USD 6 miliar | PT Rifan Financindo Berjangka
Terkait dengan hal tersebut, pendiri dan CEO Grab Anthony Tan menyebutkan bahwa dirinya telah berjanji untuk mengalokasikan dana Grab sebesar USD 700 juta untuk melakukan ekspansi lebih lanjut di Indonesia pada 2020.
Tidak hanya ekspansi ke Tanah Air, kabar yang menyebut bahwa Grab akan mencaplok Uber di Asia Tenggara pun berhembus kencang dalam dua bulan terakhir.
Terlebih, SoftBank Group, salah satu penanam modal terbesar Grab sekaligus pemegang saham terbesar Uber, dapat memberikan sedikit tekanan terhadap Uber untuk melepas pasarnya di Asia Tenggara, baik sebagian maupun seluruhnya.
Beberapa protes dari para mitra pengemudi yang menyeruak di sejumlah negara, serta tuntutan hukum di Vietnam dan Myanmar yang belum dapat diselesaikan oleh pemerintah masing-masing menjadi sejumlah masalah yang menaungi Grab.
Terlebih, persaingannya dengan raksasa platform ride sharing asal Amerika Serikat, Uber, serta Go-Jek di Indonesia. Untuk nama yang disebutkan terakhir, perusahaan besutan Nadiem Makarim ini tengah berniat untuk melakukan ekspansi ke Filipina tahun ini, yang disusul oleh sejumlah negara ASEAN lain.
Meski begitu, platform ride sharing ini masih mampu untuk meraup keuntungan, walaupun tahun lalu seluruh konsumennya sudah menggelontorkan tak kurang dari USD 5,1 miliar untuk Grab.
Pada 2016 lalu, Grab telah mengalami kerugian sebesar USD 82,8 juta, atau tiga kali lipat dibandingkan dengan 2015, berdasarkan dokumen yang dipegang oleh pemerintah Singapura sebagai negara bernaungnya kantor pusat platform tersebut.
Sampai saat ini, Grab sudah melakukan delapan babak pendanaan, yang secara tidak langsung dapat membuat mereka lebih leluasa dalam melakukan perluasan layanan, setelah sebelumnya sudah memberlakukan jasa pengiriman barang hingga sistem pembayaran.
Grab kini sudah beroperasi di 168 kota yang tersebar di delapan negara di Asia Tenggara, hanya Laos dan Brunei yang belum dijamah oleh mereka, sebagaimana detikINET lansir dari Forbes, Kamis (8/3/2018).
Dengan pendanaan terbesar dalam satu babak yang diterimanya, valuasi Grab pun kini meroket ke level USD 6 miliar.
Januari lalu, Grab menutup babak penggalangan dananya dengan raihan USD 2,5 miliar. Hal tersebut membuat valuasi dari platform berbagi tumpangan ini diestimasi melewati angka USD 6 miliar (Rp Rp 82,6 Triliun).
Investasi yang sebagian besar bersumber dari SoftBank dan Didi Chuxing ini merupakan penanaman modal terbesar dalam satu putaran di kawasan Asia Tenggara sampai saat ini. Selain dua nama tersebut, pemodal lain meliputi Hyundai Motor dan Toyota Tsusho.
Grab Dikabarkan dalam Proses Melahap Uber Asia Tenggara | PT Rifan Financindo Berjangka
Isu merger antara kedua perusahaan sudah berhembus sejak SoftBank Group Corp's jadi pemegang terbesar saham Uber pada Januari lalu. Holding yang berbasis di Tokyo itu juga salah satu investor terbesar Grab.
Grab menolak permintaan klarifikasi Reuters soal kabar ini. Sedangkan Uber tak langsung merespon permintaan yang sama.
Namun, dalam kunjungannya ke India bulan lalu, CEO Uber mengklaim akan terus berinvestasi secara agresif di Asia Tenggara.
Meski sudah jadi yang penyedia layanan transportasi online terbesar Asia Tenggara, Grab terus berekspansi.
Menurut sumber Reuters, Grab tengah berupaya mengakuisisi bisnis Uber Technologies Inc's di kawasan yang meliputi Indonesia tersebut. Kedua perusahaan disebut sudah pada tahap akhir negosiasi.
Sumber tersebut juga menyebutkan bahwa Uber sedang dalam proses menarik mundur ekspansi global mereka.
Grab Selangkah Lagi Akuisisi Bisnis Uber di Asia Tenggara | PT Rifan Financindo Berjangka
Apabila kesepakatan ini rampung, maka Grab akan semakin memperkokoh posisinya sebagai penguasa transportasi online di Asia Tenggara. Walau di Indonesia mereka masih bersaing keras dengan Go-Jek, tapi di Asia Tenggara secara keseluruhan Grab adalah pemimpin pasarnya untuk saat ini.
Grab, yang kini valuasinya diperkirakan mencapai 6 miliar dolar AS menurut CB Insights, memiliki operasional di 178 kota yang tersebar di 8 negara, yaitu Singapura, Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja.
Kabar Grab akan mengambilalih bisnis Uber di Asia Tenggara memang telah naik ke permukaan sejak beberapa waktu lalu. Namun, bantahan Khosrowshahi sempat membuat kabar ini dianggap tidak benar.
Untuk merampungkan proses akuisisi ini, sumber Bloomberg mengatakan Grab saat ini sedang melakukan diskusi terpisah dengan investor, termasuk SoftBank dan sejumlah investor baru untuk menambah modal mereka.
Diprediksi, saham Uber di Grab nantinya akan mencapai 20 persen. Tapi, kesepakatan ini masih bisa batal atau ada perubahan di dalamnya.
Grab disebut akan membeli operasional Uber di sejumlah pasar di Asia Tenggara dan sebagai gantinya Uber akan memiliki saham di Grab. Struktur kesepakatannya akan mirip dengan apa yang dilakukan Uber dengan Didi Chuxing di China pada tahun 2016.
Saat itu, perusahaan transportasi online asal San Francisco itu menjual operasional lokalnya di China kepada Didi Chuxing.
Pada akhir Februari lalu, CEO Uber Dara Khosrowshahi sempat menyatakan jika Uber akan terus bertarung dan berinvestasi dalam bisnis transportasi online di Asia Tenggara. Namun, kabar terbaru tidak menunjukkan maksud dari Khosrowshahi tersebut.
Menurut laporan Bloomberg, perusahaan transportasi online yang berbasis di Singapura, Grab, akan segera merampungkan proses akuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara pada pekan ini atau pekan depan. Bloomberg mengaku mendapatkan kabar ini dari sumber terpercaya.