Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2017 sebesar 5,07 persen | PT Rifan Financindo Berjangka
Mengenai ekspor, Suhariyanto mengaku terjadi peningkatan. Hanya saja peningkatan itu belum maksimal. Terbukti, volume ekspor Indonesia masih kalah dibanding beberapa negara tetangga. Padahal Indonesia memiliki kondisi geografis wilayah yang lebih besar.
Untuk itu, BPS mengusulkan agar produk-produk berbasis sumber daya alam lebih ditingkatkam nilai tambahnya, untuk kemudian diekspor. Dengan begitu, daya saing Indonesia akan semakin meningkat.
"Jadi bisa tidak pertumbuhan ekonomi kita di atas 6 persen? Bisa, tapi ada syaratnya. Masih banyak peluang yang sebenarnya bisa kita maksimalkan," Suhariyanto menerangkan.
Perlu diketahui, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV-2017 sebesar 4,97 persen (yoy). Angka ini naik tipis jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal III 2017 sebesar 4,93 persen.
Kita lihat investasi bagus enggak? Bagus. Ekspor juga tumbuh. Hanya saja pada saat bersamaan konsumsi rumah tangga masih terbatas di 4,95 persen. Kalau mau ekonomi di atas 6 persen, ketiga komponen itu harus beriringan," kata Suhariyanto di kantornya, Senin (5/2/2018).
Minimnya pengeluaran rumah tangga masyarakat pada 2017, dia mengindikasi, karena kurang terjaganya situasi politik dan kemanan di dalam negeri sepanjang 2017.
Di sisi lain, pemerintah diminta terus melanjutkan program deregulasi untuk terus menopang investasi yang masuk ke Indonesia.
Menurutnya, indikator untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang paling penting adalah investasi, ekspor, dan konsumsi rumah tangga.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2017 sebesar 5,07 persen. Angka ini lebih baik jika dibanding 2016 yang realisasinya sebesar 5,03 persen, tetapi lebih rendah dari target pemerintah 5,2 persen di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, kurang maksimalnya pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun lalu dikarenakan beberapa hal. Salah satunya kenaikan konsumsi rumah tangga tak seperti yang diharapkan.
Konsumsi Masyarakat Melambat Sepanjang 2017 | PT Rifan Financindo Berjangka
Perlambatan tingkat konsumsi rumah tangga pada 2017 juga sejalan dengan beberapa toko ritel yang menutup tokonya. Mulai dari seven-eleven, GAP, debenhams, dan yang baru-baru ini adalah clarks.
Ekonomi Indonesia saat ini berada di level 5,07% sepanjang 2017. Angka ini sebenarnya menunjukkan pertumbuhan ekonomi RI tengah berada dalam tren penguatan sejak 2014.
Pada 2014 tumbuh 5,01%, pada 2015 turun ke level 4,88%, dan pada 2016 tumbuh ke level 5,03%.
Lalu, restoran dan hotel tumbuh ke level 5,53% jika dibandingkan dengan 2016 yang sebesar 5,40%, dan juga sektor kesehatan dan pendidikan yang tumbuh ke level 5,59% jika dibandingkan pada 2016 sebesar 5,34%.
"Kita berharap konsumsi rumah tangga makin bagus, syaratnya daya beli harus terjaga. Dan supaya daya beli terjaga tingkat inflasi harus terkendali," jelas dia.
Konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi yang paling tinggi dalam struktur pertumbuhan ekonomi, yakni sebesar 56,13%, disusul oleh PMTB atau investasi sebesar 32,16%, lalu ekspor sebesar 20,37%.
Pria yang akrab disapa Kecuk ini menyebutkan, untuk sektor makanan dan minuman selain restoran secara kumulatif sebesar 5,24% atau melambat dibanding 2016 yang sebesar 5,34%. Lalu komponen pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya secara kumulatif 3,10% atau melambat dibandingkan 2016 yang sebesar 3,29%.
Selanjutnya, komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga secara kumulatif tumbuh 4,26% atau melambat dibanding pertumbuhan tahun 2016 yang sebesar 4,60%. Pertumbuhan konsumsi di komponen transportasi dan komunikasi berada di level 5,30%, melambat dibandingkan 2016 yang sebesar 5,32%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat konsumsi rumah tangga nasional berada di level 4,95% di sepanjang 2017. Angka ini melambat jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang tumbuh 5,01%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, melambatnya konsumsi rumah tangga juga terjadi di kuartal IV-2017 yang berada di level 4,97% dibanding dengan kuartal IV-2016 yang sebesar 4,99%.
"Kalau dibanding triwulan III-2017 lebih tinggi, tapi dibanding triwulan IV-2016 4,99% memang sedikit terlambat di sana. Semuanya tumbuh tapi ada yang tumbuh tinggi dan ada yang tumbuh lambat," kata Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Senin (5/2/2018).
Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,07 Persen pada 2017 | PT Rifan Financindo Berjangka
Selain itu, momentum pertumbuhan ekonomi global terus menunjukkan adanya peningkatan. Hal itu tampak dari perekonomian beberapa mitra dagang Indonesia yang tumbuh cukup kuat seperti Cina yang stagnan pada pertumbuhan 6,8 persen dari kuartal III ke kuartal IV 2017.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat menguat dari 2,3 persen pada kuartal III 2017 menjadi 2,5 persen pada kuartal IV 2017. Sementara, pertumbuhan ekonomi Jepang seperti diprediksi IMF menguat dari 1,5 persen pada kuartal III 2017 menjadi 2 persen pada kuartal IV 2017.
Ia mengaku, inflasi juga relatif terkendali sepanjang 2017. Seperti diketahui, tingkat inflasi pada 2017 adalah sebesar 3,61 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, pertumbuhan ekspor tercatat memiliki performa paling baik yakni 9,09 persen dengan porsi 20,37 persen dari pembentuk PDB. "Dari sisi pengeluaran, seluruh komponen dari PDB tumbuh positif," ujar Suhariyanto.
Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2017 dipengaruhi oleh beberapa sentimen seperti harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional pada kuartal IV 2017 secara umum mengalami peningkatan baik secara triwulanan maupun tahunan.
Pencapaian pertumbuhan ekonomi 2017 ini menurut Kepala BPS Suhariyanto, masih dibawah target APBN-P 2017 sebesar 5,2 persen. "Tapi angka 5,07 persen ini merupakan yang tertinggi sejak 2014," kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (5/2).
Suhariyanto merinci, konsumsi rumah tangga pada 2017 yang selama ini menyumbang kontribusi terbesar pada struktur Produk Domestik Bruto (PDB) mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,95 persen (yoy). Porsinya terhadap pertumbuhan masih mencapai 56,13 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2017 tumbuh sebesar 5,19 persen (yoy). Dengan pencapaian ini, maka secara akumulatif, pertumbuhan ekonomi pada 2017 tercatat mencapai 5,07 persen.