Budi Karya mengapresiasi niat Ratu Prabu membenamkan modal di proyek LRT | PT Rifan Financindo Berjangka
Berdasarkan laporan keuangan Ratu Prabu, per September 2017 total aset Ratu Prabu mencapai Rp2,53 triliun dengan pendapatan Rp162,94 miliar. Sebanyak 39,5% pendapatan Ratu Prabu berasal dari sewa ruang kantor. Sementara itu, sumber pendapatan lain berasal dari konsultasi perminyakan dan sewa rig & peralatan minyak masing-masing 25% dan 33%.
Untuk diketahui, Ratu Prabu bukanlah perusahaan yang bergerak di infrastruktur, terutama yang menyangkut perhubungan. Ratu Prabu yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham ARTI bergerak di bidang energi dan memiliki anak usaha di bidang properti.
"Kami tidak mau bombastis, lebih baik realistis," tukasnya.
Di sisi lain, Budi Karya mengingatkan, pembangunan proyek LRT perlu digarap secara tersruktur, tahap demi tahap. Proyek LRT pun diusahakan dibangun sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menurut Budi Karya, rencana investasi Rp320 triliun yang dirancang Ratu Prabu setara dua kali lipat dari investasi dua fase pembangunan LRT Jabodetabek.
Dia mengaku, Ratu Prabu sudah menyampaikan ihwal ketertarikan di proyek LRT sejak 2017. Pada Kamis (4/1/2018), manajemen Ratu Prabu juga telah bertemu Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno. Sandiaga menuturkan, Ratu Prabu berniat membangun LRT sejauh 220 km dengan investasi hingga Rp320 triliun. Menurut Sandiaga, pendanaan untuk proyek tersebut bakal melibatkan investor dari Jepang, Korea, dan China.
Secara prinsip, Budi Karya mengapresiasi niat Ratu Prabu membenamkan modal di proyek LRT. Partisipasi investor swastas menurut Budi Karya sangat penting bagi pelaksanaan proyek infrastruktur yang membutuhkan investasi besar.
Dia menggambarkan, trase LRT menuju bandara bisa dibangun dari wilayah Tangerang Selatan maupun Jakarta Utara. Di Kelapa Gading misalnya, saat ini tengah dibangun trase Kelapa Gading-Rawamangun oleh PT Jakarta Propertindo. Menurut Budi Karya, investor bisa melanjutkan trase LRT dari Kelapa Gading ke Bandara Soekarno Hatta.
"Saya sarankan, [trase] yang paling dibutuhkan dan daya beli masyarakatna relatif tinggi, yakni ke bandara," ujarnya di Kementerian Perhubungan, Jumat (5/1/2018).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, konektivitas menuju bandara dari wilayah penyangga memiliki prospek yang menjanjikan. Pasalnya, karakter demografi di wilayah penyangga seperti Tangerang Selatan memiliki daya beli tinggi.
Kementerian Perhubungan menyarankan pembangunan jalur ligh rail transit (LRT) yang diusulkan oleh PT Ratu Prabu Energi Tbk. melengkapi trase LRT yang sudah atau sedang dibangun oleh investor lain. Salah satu trase yang disarankan yakni trase menuju Bandara Soekarno Hatta, Banten.
Menhub Ingatkan Sumber Investasi LRT Harus Jelas | PT Rifan Financindo Berjangka
Itu yang saya minta. Jadi kemarin saya minta teman-teman di Ditjen Perkeretaapian menanyakan Ratu Prabu siapa yang akan investasi itu. Kan nggak mungkin Ratu Prabu sendiri, pasti ada joint," tandas dia.
Itu yang saya minta. Jadi kemarin saya minta teman-teman di Ditjen Perkeretaapian menanyakan Ratu Prabu siapa yang akan investasi itu. Kan nggak mungkin Ratu Prabu sendiri, pasti ada joint," tandas dia.
"Tapi kita enggak mau bombastis, kita mau terstruktur. Kalau kita ngomong suatu yang besar. Tapi saya kira lebih baik kita realistis pada suatu angka yang memang dibutuhkan supaya masyarakat juga bisa nikmati dan investor bisa dapatkan nilai tertentu yang baik. Kita ingin sekali kalau kita ada ide kita buat rencananya itu memang jalan, jangan sebatas ide lalu selesai, enggak jalan," jelas dia.
Menurut Budi, yang dibutuhkan sektor transportasi saat ini sebenarnya bukan nilai investasi yang besar, melainkan keseriusan investor dalam mengembangkan infrastruktur transportasi di Indonesia.
Katakan kita sekarang dua sesi saja itu pun baru setengah. Jadi 30 km Jabodebek baru separuh itu investasinya kira-kira Rp 29 triliun, artinya untuk dua sesi itu saja kita butuh Rp 60 triliun. Kita kan ada beberapa sesi. Satu ke depok, kedua ke arah Bintaro-Rangkas Bitung, ketiga bandara. Minimal tiga, jadi kalau saya hitung itu tiga saja sudah Rp 100 triliun. Ya mungkin tidak Rp 320 triliun, tapi juga bisa Rp 150 triliun-Rp 200 triliun bisa asal semuanya," ujar dia di Jakarta, Jumat (5/1/2018).
Budi mengungkapkan, pada proyek pembangunan LRT yang tengah berlangsung saja hanya membutuhkan anggaran maksimal Rp 200 triliun. Dari perbandingan ini, nilai proyek LRT oleh Ratu Prabu Energi mencapai Rp 320 triliun sangat mahal.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyatakan nilai investasi pembangunan Light Rail Transit (LRT) yang digadang-gadang PT Ratu Prabu Energi Tbk terlalu tinggi. Nilai investasi Rp 320 triliun terlalu mahal untuk membangun LRT.
Ratu Prabu Dikasih Karpet Merah | PT Rifan Financindo Berjangka
Ratu Prabu sendiri sudah mengeluarkan dana sebesar 10 juta dolar AS atau setara Rp 135 miliar untuk melakukan studi terkait pembangunan LRT. Dana itu, katanya, digelontorkan untuk studi yang dilakukan oleh konsultan asal Eropa, Australia, dan Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, Ratu Prabu mengungkapkan hasratnya membangun LRT dengan menyambangi kantor Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno pada Kamis (04/1)."Keseluruhan 400 km lebih, karena Jakarta besar dan masih diperlukan lagi. Rp 405 triliun untuk 400 km lebih," ujarnya.
Pembangunan LRT sepanjang 400 km terbagi ke dalam 3 fase. Fase pertama terdiri dari 9 jalur (line) mulai dari line A-I. Fase kedua terdiri dari line J-M dan fase ketiga terdiri dari line N-Q. "Fase pertama secara teknisnya 9 line, semua dipasang serentak kita pasang," katanya.
"Kita ada LRT dari Cawang ada tiga. Cawang ke Bogor, Cawang ke Bekasi, dan Cawang ke Grogol. Mereka kalau memang serius investasinya kira-kira misalnya satu lintas itu berapa, mereka sanggup enggak nanti," imbuhnya.
Presiden Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) B. Bur Maras mengatakan, perseroan rencananya membangun LRT dengan panjang lebih dari 400 kilometer (km) yang terbagi ke tiga fase. Investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 405 triliun.
Zamrides menegaskan, jika Ratu Prabu memang serius mau garap LRT, maka perusahaan tersebut harus menentukan rute yang akan dikerjakan. Tujuannya agar proyek bisa fokus dibangun, sehingga waktu dan kualitas pembangunnya berjalan baik.
Nanti, Ratu Prabu bisa meneruskan jalur dari Kelapa Gading ke bandara atau ke Tangerang. "Jadi yang kita ingin sampaikan ke Ratu Prabu adalah melengkapi jalur-jalur yang memang belum dikerjakan oleh investor," tukasnya.
Direktur Prasarana Perkeretaapian Kemenhub Zamrides mengatakan, sudah mendengar presentasi Ratu Prabu yang ingin membangun LRT. Hanya saja, belum ada kepastian rute yang ingin dibangun. "Mereka (Ratu Prabu) sudah presentasi di kita, cuma belum fokus ke mana," ujarnya.
Namun, Budi meminta, Ratu Prabu untuk meneruskan dan melengkapi rute LRT yang sudah. Dia menyarankan, perusahaan tersebut membangun jalur LRT yang pangsa pasarnya merupakan kelas menengah atas, misalnya bandara. "Ke bandara itu ada beberapa jalur. Ada yang lewat selatan, sejajar tol. Nanti langsung ke tol pluit," ujar Budi.
"Mereka kemarin sempat komunikasi dengan kita melalui pak Zamrides (Direktur Prasarana Perkeretaapian). Kami sangat welcome dengan investor yang mau membangun LRT," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Budi mengatakan, keinginan Ratu Prabu untuk membangun LRT di Jakarta bukan pertama kali dia dengar. Pada tahun, Ratu Prabu pernah mengutarakan minatnya ini kepada Kemenhub, tapi belum ada tindak lanjutnya.
Keinginan PT Ratu Prabu Energi Tbk membangun Light Rail Transit (LRT) di Jakarta disambut baik oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Namun, emiten berkode ARTI itu diminta untuk melengkapi jalur-jalur yang belum digarap investor.