Solar Akan Naik Tahun Depan | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Semarang
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberi sinyal akan menaikkan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di tahun depan.
Hal tersebut dikatakan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja. Menurutnya, kemungkinan solar naik lantaran dengan subsidi yang ditetapkan di 2017 sebesar Rp500 per liter dan harga acuan solar Mean of Platts Singapore (MOPs) mengalami kenaikan.
Sebelumnya, Wirat mengatakan, terkait dengan permintaan PT Pertamina (Persero) yang menyatakan bahwa Pertamina mengalami kerugian atas penjualan premium dan solar akibat harga kedua BBM tersebut tetap selama enam bulan maka dalam hal ini akan dilakukan pembahasan.
Kendati demikian, Wirat belum bisa memperkirakan apakah BBM pada Oktober 2017 mengalami kenaikan atau tidak. Ia hanya mengatakan harga BBM di Oktober tersebut baru bisa kelihatan setelah 25 September.
"Kita lihat. Secara logika sederhana harus kita kalkulasi. Kalau sudah ICP USD45 per barel tentu harga minyak, referensi MOPs yang kita pakai tentu naik juga," kata Wirat, di Kantor Kementerian ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (8/9/2016).
"Harga solar dunia sempat naik signifikan di Mei-Juni. Saat ini rata-rata harga solar masih di atas periode sebelumnya. Kita lihat sampai dengan tanggal 25 September," pungkas Wirat.
Namun demikian, Wirat mengungkapkan, kemungkinan harga solar akan naik pada tahun depan masih dalam perhitungan. Pemerintah tidak mau menyebut secara gamblang berapa besar kenaikan tersebut. "Kita lihat hitung-hitungannya," ujar Wirat.
Subsidi Solar Dipangkas, Harga Bakal Naik di 2017 | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Semarang
Sekadar diketahui, Undang-Undang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2002, diharapkan pada tahun 2004 harga BBM dalam negeri tidak lagi mendapat subsidi pemerintah. Karena itulah pemerintah menetapkan formula harga dengan menggunakan Mid Oil Platts Singapore (MOPS).
Dengan demikian, keputusan penetapan harga dengan mengacu pada MOPS merupakan proses pembelajaran kepada masyarakat. Hal ini, merupakan proses baru dalam distribusi BBM dengan memperkenalkan harga pasar kepada masyarakat secara perlahan-lahan.
Pemerintah sudah memutuskan memangkas subsidi solar dari Rp1.000 per liter menjadi Rp500 per liter yang berlaku sejak 1 Juli 2016. Di sisi lain asumsi dasar sektor ESDM RAPBN 2017 disepakati ICP (minyak mentah Indonesia) dipatok USD45 per barel. Kedua faktor ini diisyaratkan akan membuat harga BBM Solar naik pada tahun depan.
Meski demikian, Wirat mengaku belum mengetahui secara rinci seberapa besar kenaikan harga BBM Solar tersebut. Sebab, pihaknya masih akan terus mengkaji sekaligus menghitungnya.
"Kita hitung lagi. Ya kan sedang ada kalkulasi. Besok dilihat ya," tuturnya.
Direktur Jenderal Migas IGN Wiratmaja Puja mengatakan, seperti diketahui hingga saat ini pemerintah masih menetapkan formula harga dengan menggunakan Mid Oil Platts Singapore (MOPS). Alhasil, jika ICP dipatok USD45 per barel dan pemerintah kembali menanggung subsidi Solar, maka diprediksi akan membuat harga referensi MOPS yang selama ini dipakai pemerintah tersebut naik, yang otomatis akan membuat harga BBM Solar di dalam negeri pun naik.
"Kita lihat lah. Secara logika sederhana harus kita kalkulasi, kalau ICP sudah USD45, tentu harga referensi MOPS yang kita pakai tentu naik juga kan," ucapnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (8/9/2016).
Pemerintah Beri Sinyal Kenaikan Harga Solar Subsidi pada 2017 | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Semarang
Terkait harga solar subsidi, PT Pertamina (Persero) mengaku mengalami kerugian dalam menjual Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar bersubsidi. Kerugian itu mencapai Rp 550 per liter. Harga jual solar bersubsidi sudah di bawah harga pasar.
Sebelumnya Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, kerugian penjualan solar dialami Pertamina sejak Agustus dan akan berlanjut hingga September. Hal itu lantaran harga solar bersubsidi tidak berubah dari Rp 5.150 per liter meski harga acuannya MOPS mengalami kenaikan.
Pemerintah memberi sinyal kenaikan harga solar bersubsidi pada 2017. Hal itu terjadi dengan subsidi solar Rp 500 per liter dan jika harga acuan solar Mean of Platts Singapore (MOPS) mengalami kenaikan.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, pihaknya sedang menghitung harga solar ke depan dengan subsidi Rp 500 per liter seperti yang dicantumkan dalam Rancangan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2017.
"Kita lihat hitung-hitungannya," kata Wiratmaja, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (7/9/2016).
Bambang menuturkan, kerugian Pertamina menjual solar bersubsidi pada Agustus masih bisa ditutupi dari keuntungan penjualan pada Januari 2016. Sedangkan September, Bambang belum mengetahui karena masih menghitungnya.
"Tapi kemarin Januari masih untung. Juni rugi, Juli untung, belum tahu kalau sampai Desember," tutur Bambang.
Untuk menghindari kerugian berlanjut, Bambang berharap Pemerintah menaikan harga solar bersubsidi pada awal Oktober 2016. Pertamina pun telah mengusulkan untuk menaikkan harga solar.
"Ya naik dong. Kasih untung dong. kita namanya badan usaha dikasih untung wajar lima persen cukup. Pengusaha SPBU juga tidak rugi," tutur Bambang.
Wiratmaja mengungkapkan, harga solar bersubsidi kemungkinan naik, jika harga acuan MOPs mengalami kenaikan. Namun kenaikannya belum bisa disebutkan, karena masih dalam perhitungan.
"Kita lihat. Secara logika sederhana harus kita kalkulasi, kalau sudah US$ 45 per barel ICP, tentu harga minyak, referensi MOPs yang kita pakai tentu naik juga. Kita hitung lagi," jelas Wiratmaja.
"Oh ini, sekarang ini memang sudah rugi. Ini tidak tahu harga MOPS-nya naik. Akan tetapi harga tidak berubah sampai September ya rugi," kata Bambang.