Pendanaan infrastruktur masih terbuka lebar | PT Rifan Financindo Berjangka
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria menyampaikan, saat ini kondisi makro ekonomi Indonesia sangat mendukung program pengembangan infrastruktur nasional.
"Suku bunga rendah memungkinkan pendanaan proyek infrastruktur yang kompetitif," ujarnya di Jakarta, Rabu, 14 September 2016.
Taswin menambahkan, fokus pembangunan infrastruktur diyakini mampu menekan biaya logistik dan meningkatkan produktivitas.
"Kami berharap, hal ini bisa memicu pertumbuhan yang ikut di sektor consumer mass market dalam satu dasawarsa ke depan," ujarnya.
Selain itu, Taswin melanjutkan, pelaksanaan pembangunan infrastruktur juga sejalan dengan stabilitas laju inflasi di kisaran 3,5-4 persen dalam dua tahun terakhir dan nilai tukar rupiah yang juga stabil.
"Pada sisi fiskal, pemerintah Indonesia berhasil menjaga defisit anggaran di bawah tiga persen. Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan percepatan implementasi proyek infrastruktur," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, CEO Maybank Kim Eng Group, Dato' John Chon mengatakan, selama perbankan menjadi sumber pendanaan tradisional, maka pasar modal bisa menawarkan sumber pendanaan alternatif.
"Baik pasar obligasi maupun pasar saham di Indonesia masih relatif under-leveraged dibanding pasar lain di ASEAN, yang memiliki kapasitas signifikan untuk mendanai proyek infrastruktur," kata Chong.
Pemerintah terus gencar mempercepat pembangunan infrastruktur Tanah Air. Maybank memperkirakan belanja modal (capex) infrastruktur Indonesia akan mencapai US$264 miliar, atau Rp3.492,9 triliun (kurs Rp13.231 per dolar AS) untuk kurun lima tahun mendatang hingga 2020 dan setara dengan 30-35 persen pertumbuhan domestik bruto (PDB).
Bangun infrastruktur, Indonesia butuh Rp 2.500 T | PT Rifan Financindo Berjangka
Dengan adanya infrastruktur diharapkan akan menigkatkan produktivitas, mengurangi biaya logistik dan mengurangi kesenjangan pendapatan. Diharapkan hal ini bisa meningkatkan pertumbuhan di sektor konsumer mass market dalam sepuluh tahun ke depan.
Dari sisi makro, inflasi dan nilai tukar dalam dua tahun terakhir juga menunjukkan angka yang stabil. Selain itu, pemerintah juga berhasil menjaga defisit neraca dibanding PDB di bawah 3%.
Lebih jauh pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan untuk mempercepat kebijakan implementasi proyek infrastruktur.
Indonesia butuh pendanaan besar untuk membangun infrastruktur dalam lima tahun ke depan. Menurut prediksi Maybank Indonesia, pada periode 2016 sampai 2020, Indonesia membutuhkan bantuan pendanaan swasta untuk memacu infrastruktur sebesar US$ 190 miliar atau Rp 2.500 triliun.
Taswin Zakaria, Direktur Utama Maybank Indonesia mengatakan, kebutuhan 30% dari total dana infrastruktur ini akan disokong oleh pemerintah. Dukungan dana dari pemerintah ini, menurut Taswin, akan berasal dari belanja modal yang ada dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Total kebutuhan dana untuk infrastrukur dalam lima tahun kedepan ini setara dengan 30% - 35% dari Produk Domestik Bruto (PDB)," ujar Taswin, Rabu, (14/9).
Secara total, kebutuhan Indonesia untuk pembangunan infrastruktur ini mencapai US $ 264 miliar.
Dia menjelaskan, saat ini, iklim makro ekonomi Indonesia sangat mendukung untuk pembangunan infrastruktur. Selain itu, kebijakan suku bunga rendah juga membuat potensi pendanaan menjadi sangat kompetitif.
Dari sisi makro, inflasi dan nilai tukar dalam dua tahun terakhir juga menunjukkan angka yang stabil. Selain itu, pemerintah juga berhasil menjaga defisit neraca dibanding PDB di bawah 3%.
Belanja Modal Infrastruktur dalam 5 Tahun Mencapai 264 Miliar Dolar AS | PT Rifan Financindo Berjangka
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria mengatakan, iklim makro Indonesia saat ini sangat mendukung pembangunan infrastruktur, dimana suku bunga rendah yang memungkinkan pendanaan proyek tersebut lebih kompetitif.
"Kemudian, inflasi stabil pada kisaran 3,5 persen sampai 4 persen dalam dua tahun terakhir dan nilai tukar rupiah juga stabil," ujar Taswin, Jakarta, Rabu (14/9/2016).
Lebih lanjut dia mengatakan, fokus pemerintah pada pembangunan infrastruktur pastinya akan mengurangi biaya logistik, kemudian meningkatkan produktivitas dan mengurangi kesenjangan pendapatan.
"Kami berharap hal ini dapat memicu pertumbuhan yang kuat di sektor konsumer mass market dalam satu dasawarsa ke depan," tutur Taswin.
Maybank memprediksi belanja modal infrastruktur di Indonesia dalam periode 2016 hingga 2020 mencapai 264 miliar dolar AS atau setara dengan 35 persen produk domestik bruto (PDB) negara.
Untuk sumber pendanaan, kata Taswin, Maybank memprediksi 70 persen dari total belanja modal atau 190 miliar dolar AS berasal dari pendanaan swasta dalam negeri, maupun luar negeri, sedangkan sisa 30 persen disediakan pemerintah.
Lebih lanjut dia mengatakan, fokus pemerintah pada pembangunan infrastruktur pastinya akan mengurangi biaya logistik, kemudian meningkatkan produktivitas dan mengurangi kesenjangan pendapatan.