Harga Minyak Mentah Dunia Naik | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Pekanbaru
Dilansir dari Reuters, Selasa 5 September 2016, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik 44 sen per barel menjadi US$47,27 per barel. Harga minyak Brent pada sesi sebelumnya sempat mencapai level tertinggi di US$49,40 per barel. Lonjakan harga ini refleksi investor dalam mengantisipasi kesepakatan Rusia-Arab.
Harga minyak mentah dunia naik setelah produsen Rusia dan Arab Saudi sepakat bekerja sama dalam menstabilkan pasar minyak, termasuk membatasi produksi.
Sementara harga minyak mentah AS untuk pengiriman Oktober naik 60 sen menjadi US$45,04 per barel, setelah mencapai harga tinggi US$46,53 per barel di awal sesi.
Arab Saudi dan Rusia mengatakan di sela-sela KTT G20 di China mereka telah menandatangani kesepakatan, mendirikan sebuah gugus tugas, untuk meninjau fundamental pasar minyak dan merekomendasikan langkah-langkah dan tindakan yang akan mengamankan pasar.
Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan kepada saluran televisi berbasis UEA, dia optimistis tentang kerja sama dengan produsen lain menjelang pertemuan bulan ini di Algiers.
"Ini diperlukan untuk memicu pemulihan dan menuju harga minyak ke US$50," kata ekonom senior dari ABN Amro Hans van Cleef.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, kedua negara sepakat menjadi mitra strategis untuk mengatasi tantangan global.
Menurut dia, kesepakatan yang mencakup upaya membatasi produksi minyak, adalah momen bersejarah antara anggota OPEC sebagai kartel produsen minyak dan non-anggota seperti Rusia.
Harga Minyak Dunia Naik Terimbas Kerja Sama Arab Saudi-Rusia | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Pekanbaru
Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (6/9/2016), harga minyak mentah brent untuk pengiriman November naik 44 sen per barel ke level USD47,27 per barel. Sebelumnya sempai mencapai sesi tinggi ke level USD49,40 dalam mengantisipasi kesepakatan Rusia-Arab.
Sementara, harga minyak Amerika Serikat (AS) untuk pengiriman Oktober juga tercatat naik hingga 60 sen menjadi USD45,04 per barel, setelah mencapai level tinggi di posisi USD46,53 per barel.
Arab Saudi dan Rusia mengatakan di sela-sela KTT G20 di China bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan untuk mendirikan sebuah gugus tugas untuk meninjau fundamental pasar minyak dan merekomendasikan langkah-langkah dan tindakan yang akan mengamankan stabilitas pasar.
Minyak mentah dunia kembali naik setelah produsen Rusia dan Arab Saudi menegaskan bahwa mereka telah sepakat untuk bekerja sama dalam menstabilkan pasar minyak, termasuk membatasi produksi.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, kedua negara bergerak ke kemitraan energi strategis dan tingkat kepercayaan yang tinggi akan memungkinkan mereka untuk mengatasi tantangan global.
Di samping itu, Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kepada saluran televisi berbasis UEA bahwa dia optimistis tentang kerja sama dengan produsen lain menjelang pertemuan pada bulan ini di Algiers, bahwa pembekuan produksi bukan satu-satunya solusi.
"Intervensi verbal itu lagi diperlukan untuk memicu pemulihan menuju harga minyak ke level USD50 per barel," kata ekonom senior ABN Amro Hans van Cleef.
"Setelah itu semua, jika harga tetap terlalu rendah menjelang (Algiers) pertemuan, ada risiko bahwa di beberapa titik Rusia dan Arab Saudi benar-benar perlu untuk bertindak. Itu mungkin akan menjadi hal terakhir yang mereka inginkan selama Iran meningkatkan produksi," tandasnya.
Wakil putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman mengatakan yang sama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela KTT bahwa kerja sama antara kedua negara akan membawa manfaat untuk pasar minyak global.
Hanya Indonesia, Anggota OPEC yang Senang Rezim Minyak Murah | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Pekanbaru
Indonesia adalah satu-satunya negara anggota OPEC di Asia yang memiliki perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Data OPEC menyebutkan, Indonesia mengekspor minyak mentah sebesar USD6,4 miliar pada 2015.
Sri Muyani memprediksi, minyak mentah akan tetap pada tingkat rendah di kisaran USD40-USD45 per barel, karena adanya gangguan masalah keamanan dan bencana alam.
"Jika kita melihat murni pasokan dan permintaan, saya berpikir bahwa harga tersebut akan bertahan," kata dia saat KTT G20 di Hangzhou, China, seperti dilansir CNBC.
"Kami sudah memasukkan (asumsi harga) ke dalam anggaran di USD40-USD45 per barel. Kita melihat semua situasi baik di sisi pasokan minyak dan gas, serta sisi permintaan, kami nyaman dengan tingkat itu," tambah dia.
Penurunan harga minyak mentah tentu saja memukul negara-negara yang tergabung dalam Negara Pengekspor Minyak Mentah Terbesar atau yang biasa disebut dengan OPEC. Namun, ada negara OPEC yang merasa senang meskipun harga minyak mentah melemah.
Minyak bumi dan gas alam memang menjadi industri utama bagi Indonesia. Meski demikian, ada industri lainnya seperti manufaktur, pariwisata, pertanian, dan pertambangan yang juga signifikan. Indonesia mengekspor 315.100 barel minyak mentah per hari pada 2015, setelah bergabung kembali pada Juli 2016.
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia "nyaman" dengan harga minyak mentah saat ini. Seperti diketahui, minyak mentah berjangka telah jatuh dari USD100 per barel dan berada di kisaran USD40-USD45 per barel.