Tower Baru Nantinya Membantu AirNav Balikpapan Dalam Mengatur Lalu Lintas Pesawat | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Pembangunan tower baru tersebut bukan tanpa alasan, mengingat bangunan baru Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Internasional Airport, Balikpapan, Kalimantan Timur tingginya melebihi tower yang ada. Perbedaan ketinggian itu dirasa cukup mengganggu cara kerja petugas Air Traffic Control (ATC).
"Saat ini kondisi tower lebih rendah, kalau kondisi tower lebih rendah, untuk melihat traffic pengatur jarak itu agak kesulitan, bangunan tambah tinggi tidak diikuti dengan tower yang ada, makannya kita mau bangun tower baru," ujar General Manager AirNav Indonesia Cabang Balikpapan, Yusfan Ulya, Jumat (26/8/2016).
"Imbas positif pembangunan tower, keselamatan penumpang yang menggunakan airlines kian terjamin, karena sistem informasi yang diterima tower dapat tersampaikan dengan baik."
Guna meningkatkan layanan navigasi penerbangan di seluruh Indonesia, Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia berencana membangun tower baru dengan nilai investasi mencapai Rp 40 miliar.
Yusfan menuturkan, saat ini pihaknya tengah melakukan proses lelang kontraktor. Jika proses lelang tersebut berjalan lancar, maka pembangunan tower baru rencananya akan dimulai pada 2017.
" Rp 40 miliar nilai investasinya, sekarang sedang proses lelang kontraktor, tahun depan bangun," tandas Yusfan.
Adapun tinggi tower lama saat ini adalah 23 meter, rencananya tower baru yang akan dibangun memiliki tinggi 37 meter. "Tower lama nantinya dirubuhin, kita bangun tower baru yang posisinya lebih tinggi dari bangunan baru bandara," ucapnya.
Yusfan menambahkan, dengan tinggi tower yang mencapai 37 meter tersebut, akan sangat membantu AirNav Balikpapan dalam mengatur lalu lintas pesawat dari dan ke Bandara Sepinggan dengan aman.
AirNav Sorong Akan Operasikan Mobile Tower Pertama di RI | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Hadi Mulya selaku penanggung jawab Airnav Indonesia Kantor Pelayanan Navigasi Penerbangan (KPNP) Kota Sorong, mengatakan renovasi kabin menara ATC wajib dilakukan mengingat struktur bangunannya banyak yang retak usai gempa tahun lalu.
Sambil menunggu renovasi menara selesai, Hadi mengatakan AirNav akan mengoperasikan mobile tower ATC guna mengatur navigasi penerbangan untuk smeentara waktu.
"Mobile tower dari cabang Jayapura rencananya akan difungsikan untuk pemberian pelayanan terkait lalu lintas penerbangan," ujar Hadi di kantornya, Sorong, Rabu (24/8).Otoritas Bandar Udara Domine Eduard Osok, Kota Sorong, Papua Barat melakukan pembenahan menyeluruh terhadap kualitas infrastruktur maupun sistem navigasi bandara sejak diresmikan oleh Kementerian Perhubungan pada April 2016.
Antara lain dengan memperpanjang landasan pacu menjadi 2.500 meter dan menyempurnakan sistem navigasi bandara, termasuk merenovasi menara pengendali atau air traffic control (ATC).
Hadi menjelaskan, pengoperasian mobile tower untuk mengantisipasi gangguan saat proses renovasi tower. Hal ini agar panduan navigasi lalu lintas pesawat dapat berjalan lancar.
Pengoperasian mobile tower, kata Hadi, masih menunggu tim manajemen keamanan dari Jayapura. Apabila jadi dioperasikan, bandara Sorong nantinya akan menjadi bandara pertama di Indonesia yang menggunakan mobile tower.
"Kalau memang mobile tower bisa untuk pelayanan, kita akan lakukan pemindahan dari tower ke mobile tower. Mobile tower ini jadi yang pertama di Indonesia," ujarnya.
Secara statistik, AirNav KPNP Sorong telah melayani pergerakan pesawat rata-rata 45-50 per hari. Total pergerakan pesawat yang mereka layani dari bulan Januari-Juni 2016 sebanyak 7.691 aktivitas penerbangan.
Saat ini, tower ATC yang sedang direnovasi masih bisa digunakan. Mobile tower sendiri, masih terparkir tak jauh dari tower utama.
Secara ukuran, mobile tower tidak sebesar tower ATC utama. Ruangan yang berdiri dengan topangan truk tersebut, hanya dapat diisi hingga empat orang. Namun, fasilitas di dalamnya tak jauh berbeda dengan tower ATC utama.
Selain tower, Hadi berkata, pihaknya sedang mengupayakan peningkatan fasilitas navigasi bandara tersebut, yakni peremajaan alat navigasi bernama instrument landing system (ILS).
Walaupun, peningkatan fasilitas ILS itu disebut masih menunggu penyelesaian landasan pacu yang rencananya akan diperpanjang hingga 2500 meter.
"Proses ILS masih lelang, mudah-mudahan tahun ini selesai, dan 2017 awal bisa dipakai untuk perpanjangan runway," kata Hadi.
ILS, kata Hadi, berfungsi membantu pilot untuk mendaratkan pesawat. Dengan ILS, pilot akan lebih mudah mendaratkan pesawat secara presisi, dan tower air traffic controller (ATC) juga turut terbantu.
Namun, menurut Hadi, kondisi bandara Sorong tidak memiliki banyak hambatan yang menghalangi pesawat untuk mendarat, seperti gunung atau lembah. Hal ini karena didukung oleh letak geografis bandara yang dekat dengan laut.
Bandara Sorong yang kini baru memiliki landasan pacu sepanjang 2100 meter, baru bisa didarati pesawat reguler jenis Boeing 737, yang biasanya digunakan maskapai Express Air, Garuda Indonesia, Nam Air, Sriwijaya Air, Travira dan Wings Air,
Sementara untuk penerbangan perintis, bandara tersebut juga melayani maskapai Susi Air dengan tujuan Kambuaya, Inawatan, Teminabuan, Marinda/Wasai, dan Ayawasai.
Selama proses pembangunan, Bandara Sorong, kata Hadi, mengandalkan alat indikator presisi atau precision approach indicator (PAPI). Namun, alat tersebut tidak bisa membantu pendaratan pesawat jika terjadi cuaca buruk.
"Jadi, pada saat cuaca buruk hanya mengandalkan visual (lihat lampu di daratan), kalau tidak lihat bisa langsung go round. Kalau ada ILS bisa dipandu mendarat sampai berhasil," kata Hadi.
Airnav Kucurkan Investasi Rp 59 M untuk Bandara Sepinggan Balikpapan | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Airnav Balikpapan menargetkan, seluruh bandara perintis di Kalimantan Timur sudah beroperasi paling lambat 2019. Syaratnya, mendapatkan dukungan penuh dari pemda, Dinas Perhubungan serta pihak-pihak terkait lainnya.
Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/Airnav Indonesia) mengucurkan dana investasi Rp 59 miliar untuk peremajaan instrumen keselamatan penerbangan di Bandara Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur.
General Manager Airnav Indonesia Cabang Balikpapan, Yusfan Ulya, menjelaskan, investasi yang digelontorkan termasuk pembangunan menara set kontrol baru senilai Rp 40 miliar yang sudah dalam proses lelang. Kondisi tower sekarang lebih rendah dari terminal bandara baru. "Jadi kita tidak bisa melihat seluruh manuvering pesawat di area bandara. Sekarang proses lelang dan tahun depan sudah segera dibuat tower baru," kata Yusfan ketika dijumpai di Balikpapan, Kamis (25/8).
Dia mengatakan, investasi juga mencakup penggantian alat navigasi Instrument Landing System (ILS) senilai Rp 7,5 miliar guna menggantikan instrumen lama VOR yang sudah usang. Dengan peremajaan tersebut, pilot yang akan mendarat di Bandara Sepinggan akan lebih mudah, terutama ketika diselimuti kabut asap. "Kalau tidak memakai ILS, jarak pandang maksimal 1.800 meter baru bisa masuk. Tapi dengan adanya ILS, jarak pandang 900 meter itu sudah bisa landing," ucapnya.
"Airnav tahun ini terus mendata fasilitas apa yang kita mau taruh di sana. Personel mau disiapkan berapa. Semua itu terkait program Kementerian Perhubungan. Tugas Airnav memberikan informasi penerbangan dan keselamatan penerbangan sampai ke bandara perintis," kata Yusfan.
Untuk mempercepat program tersebut, Airnav Balikpapan juga sudah menggandeng sejumlah pemda, termasuk perwakilan dari Dinas Perhubungan Kutai Timur terkait pembangunan Bandara Sangata, Muara Wahau dan Sanggima. "Tiga bandara perintis di Kutai Timur yang tanggungjawabnya diberikan ke Balikpapan, kami sudah mohon support dari pemda. Di sana, di Muara Wahau tidak ada apa-apa, masih runway tanah, belum aspal," ujarnya.
Saat ini, Airnav juga diberikan tanggungjawab baru menjaga keseimbangan navigasi di seluruh bandara di Indonesia, termasuk bandara perintis di pedalaman untuk memastikan keselamatan penerbangan dari Sabang sampai Merauke.
Khusus di Kalimantan Timur, ada delapan bandara perintis, dan tiga di antaranya belum memiliki sumber daya manusia (SDM). Sebagian besar bandara perintis tersebut bahkan landasannya (runway) masih berupa tanah yang dipadatkan. Jika kurang mendapat perhatian, maka keselamatan penerbangan terabaikan.