Dua saham hari ini dibekukan (suspensi) oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) | PT Rifan Financindo Berjangka
Alasan dari penjatuhan suspensi dari kedua saham itu berbeda. Saham BNBR disuspensi lantaran adanya penurunan harga kumulatif yang signifikan.
Saham BNBR tercatat sudah turun 75,17% dari perdagangan 4 Juni 2018 di posisi Rp 282 ke level Rp 70 pada perdagangan kemarin.
Sementara saham INDR disuspensi lantaran adanya peningkatan harga kumulatif yang cukup tinggi. Tercatat saham INDR meroket 138,6% dalam periode yang sama, dari Rp 3.510 menjadi Rp 8.375 di penutupan perdagangan kemarin.
Dua saham hari ini dibekukan (suspensi) oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Kedua saham tersebut yakni PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) dan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR).
Melansir keterangan resmi BEI, Kamis (21/6/2018), kedua saham itu sudah tidak bisa diperdagangkan secara sementara mulai perdagangan sesi 1 hari ini.
Harga terus turun, BEI suspen saham BNBR | PT Rifan Financindo Berjangka
Bursa mengimbau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perusahaan milik Bakrie tersebut.
Saham BNBR mencatatkan penurunan menjadi sebesar Rp 70 per saham atau turun 32,69%. Saham BNBR turun Rp 34 dari pembukaan sebelumnya.
Sebelumnya, perusahaan itu, baru saja melakukan reverse stock, sehingga harga saham BNBR yang sebelumnya Rp 50 per saham menjadi Rp 500 per saham.
Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian perdagangan sementara (suspensi) terhadap saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) di pasar tunai dan pasar reguler pada perdagangan hari ini, Rabu (21/6).
"Sehubungan dengan terjadinya penurunan harga kumulatif yang signifikan pada saham BNBR, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara," kata Lidia M. Panjaitan, Kadiv Pengawasan Transaksi, Rabu (20/6).
Saham Bakrie & Brothers Berpotensi Jadi 'Gocap' Lagi | PT Rifan Financindo Berjangka
Padahal tujuan BNBR melakukan reverse stock dengan rasio 10:1 untuk meningkatkan nilai sahamnya dan bisa kembali diperdagangkan. Setelah mejeng di level Rp 500 saham BNBR justru terus turun hingga saat ini di level Rp 70.
Menurut Reza, saham BNBR berpotensi untuk balik lagi ke level Rp 50, jika tidak ada upaya perbaikan kinerja ataupun rencana aksi korporasi untuk menunjang keuangan perusahaan.
"Ada kemungkinan sepanjang pelaku pasar tidak melihat adanya perbaikan atau berita positif dari BNBR. Setelah dia melakukan reverse stock tidak ada rencana aksi korporasi lagi, padahal itu yang ditunggu pelaku pasar," tuturnya.
"Yang namanya pergerakan harga saham, selain ditentukan faktor fundamental emitennya juga persepsi pasar. Masih ada persepsi negatif terhadap Grup Bakrie. Itu yang membuat pelaju pasar melakukan aksi jual," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Kamis (21/6/2018).
Dari sisi fundamental kinerja dari BNBR juga semakin negatif. Pada kuartal I-2018 BNBR mengalami rugi bersih Rp 336,71 miliar. Kerugian itu jauh lebih besar dari rugi bersih di kuartal I-2017 sebesar Rp 155,03 miliar.
"Artinya kerugian di kuartal tahun ini hampir 2 kalinya dibandingkan tahun lalu. Ini yang membuat pelaku pasar merespons negatif, bahwa belum ada perbaikan dari BNBR. Kemudian stigma pelaku pasar terhadap Group Bakrie masih negatif," imbuhnya.
Saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) diprediksi bisa kembali lagi ke level paling dasar Rp 50 alias gocap. Padahal saham ini sempat di level Rp 500 lantaran melakukan reverse stock.
Menurut Analis Senior dari PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada anjloknya saham BNBR lantaran persepsi pelaku pasar terhadap perusahaan masih negatif.