Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 4,5% | PT Rifan Financindo Berjangka
Menurutnya, penguatan dolar AS tidak akan selalu menguat. Hanya saja kapan waktunya sulit untuk diprediksi.
Oleh karena itu, pemerintah dan BI komparasi membuat posisi perekonomian dan Rupiah terus kompetitif sehingga masyarakat, dunia usaha bisa melakukan aktivitas dan melakukan adjustment namun tidak terjadi apa yang disebut disrupsi atau dalam hal ini suatu gejolak. "Itu yang kita lakukan," tandasnya.
Asal tahu saja, nilai tukar Rupiah pagi ini kembali menembus level Rp14.100 per USD. Melansir Bloomberg Dollar Index, Jumat (18/5/2018), Rupiah pada perdagangan spot exchange melemah 47 poin atau 0,33% ke level Rp14.104 per USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp14.053-Rp14.104 per USD.
Dia melanjutkan, pemerintah dalam hal ini akan terus menjaga pondasi ekonomi Indonesia baik dari sisi APBN. Di mana hasil kinerja sampai pertengahan Mei menunjukan APBN baik dari sisi pendapatan, perpajakan dan PNBP meningkat sangat signifikan serta belanja negara tetap terjaga dan defisit terus dijaga sesuai UU APBN.
Dalam artian itu, lanjut mantan Direktur Bank Dunia, maka Indonesia bisa memberikan kepastian kepada masyarakat dan dunia dengan ekonomi yang kuat. Di sisi lain, tentu BI juga telah memiliki bauran kebijakan yang telah disiapkan untuk menjaga stabilitas.
"Jadi kami bersama-sama akan menjaga perekonomian Indonesia karena ketidakpastian berasal dari policy berasal dari Amerika baik itu ekonomi maupun di bidang geopolitik pasti mempengaruhi harga minyak, suku bunga global, maupun mata uang," tuturnya.
"Kita bersama BI terus cermati terutama yang memang akan terus mengalami pergerakan di dalam konteks normalisasi kebijakan di Amerika," tuturnya, di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 4,5% belum berdampak apapun pada nilai tukar Rupiah. Malah mata uang Garuda terus melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada level Rp14.100 per USD.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, pemerintah dan BI terus mencermati perkembangan yang terjadi dengan mata uang dolar Amerika Serikat. Pasalnya arah normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat yang mendorong kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve.
RAPBN 2019, Nilai Tukar Rupiah Dipatok Rp13.700-Rp14.000/USD | PT Rifan Financindo Berjangka
"Dengan mempertimbangkan perkembangan ini, rata-rata nilai tukar rupiah tahun 2019 diperkirakan berada dalam rentang Rp13.700-Rp14.000 per dolar Amerika Serikat," katanya dalam Rapat Paripurna DPR RI di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Menurutnya, pergerakan nilai tukar rupiah dalam rentang yang memadai tidak selalu berarti negatif terhadap perekonomian domestik. Depresiasi nilai tukar pada batas tertentu dapat berdampak positif bagi perbaikan daya saing praduk ekspor Indonesia, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi. "Kita harus terus mengupayakan perkembangan industri manufaktur dan jasa, termasuk pariwisata agar mampu memanfaatkan situasi tersebut," imbuh dia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menegaskan, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) akan terus mengelola stabilitas ekonomi dan pergerakan nilai tukar tersebut. "Hal ini agar tidak terjadi volatilitas yang merusak iklim usaha dan aktivitas ekonomi," tandasnya.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mematok nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada tahun depan di level Rp13.700 hingga Rp14.000 per USD. Target tersebut tercantum dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2019.
Dia mengatakan, pemerintah sejatinya menyadari bahwa dengan arah normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) yang mendorong kenaikan suku bunga acuan AS (Fed rate) akan memengaruhi nilai tukar rupiah. Menurutnya, kebijakan moneter di Negeri Paman Sam -julukan AS- tersebut menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas dan memengaruhi pergerakan arus modal secara global.
Rupiah diprediksi akan menetap di level Rp 14.000 per USD hingga 2019 | PT Rifan Financindo Berjangka
"Kita harus terus mengupayakan perkembangan industri manufaktur dan termasuk pariwisata agar mampu memanfaatkan situasi tersebut. Pemerintah bersama Bank Indonesia akan terus mengelola stabilitas ekonomi dan pergerakan nilai tukar tersebut agar tidak terjadi volatilitas yang merusak iklim usaha dan aktivitas ekonomi," tandasnya.
Diketahui, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) bergerak melemah di perdagangan hari ini, Jumat (18/5). Rupiah pagi ini dibuka di Rp 14.053 per USD atau menguat tipis dibanding penutupan perdagangan kemarin di Rp 14.058 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah melanjutkan pelemahan usai pembukaan, kemudian menguat kembali di level 14.125 per USD. Namun, Rupiah kembali melemah dan saat ini berada di level Rp 14.148 per USD.
Kebijakan moneter di Amerika menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas dan pergerakan nilai tukar. Kebijakan moneter di Amerika Serikat juga akan mempengaruhi pergerakan arus modal secara global," jelasnya.
Sri Mulyani mengatakan, pergerakan nilai tukar Rupiah dalam rentang yang memadai tidak selalu berarti negatif terhadap perekonomian domestik. Depresiasi nilai tukar pada batas tertentu dapat berdampak positif bagi perbaikan daya saing produk ekspor Indonesia, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Rata-rata nilai tukar Rupiah tahun 2019 diperkirakan berada dalam rentang Rp 13.700 hingga Rp 14.000 per USD," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (18/5).
Menurutnya, target tersebut telah mempertimbangkan arah normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat yang mendorong kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve dan pada tahun 2019 banyak faktor yang akan tukar rupiah.
Kementerian Keuangan menargetkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS pada rentang Rp 13.700 hingga Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat di 2019. Angka tersebut meningkat apabila dibandingkan dengan target tahun 2018 sebesar Rp 13.400 per USD.