(IHSG) bergerak di teritori negatif membuka perdagangan di awal pekan | PT Rifan Financindo Berjangka
Berdasarkan indikator daily, MACD masih berada di area negatif. Sementara itu, Stochastic dan RSI sudah berada di area netral. Saat ini, terlihat pola shooting star candle yang mengindikasikan adanya potensi koreksi wajar pada pergerakan indeks saham. Dengan demikian, IHSG berpotensi menuju ke area support.
Berdasarkan daily pivot dari Bloomberg, support pertama maupun kedua memiliki range pada level 5.911,003 hingga 5.865,175. Sementara itu, resisten pertama maupun kedua memiliki range pada level 6.012,851 hingga 6.068,870.
Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama dalam risetnya menyebutkan, IHSG berhasil ditutup menguat 0,83% di level 5.956,832 pada 11 Mei 2018.
Pada perdagangan preopening, IHSG bergerak melemah 23,371 poin (0,39%) ke 5.933,461. Sementara indeks LQ45 bergerak turun 5,875 poin (0,61%) ke 956.135.
Mengawali perdagangan Senin (14/5), IHSG dibuka turun ke posisi 5.932,227. Seluruh indeks sektoral melemah. Sektor infrastruktur mencatatkan pelemahan paling tajam 0,70%.
Sementara di pasar valuta asing, dolar AS menguat terhadap rupiah. Mengutip data perdagangan Reuters, dolar AS dibuka di Rp 13.945 dan terus naik hingga mencapai level tertingginya pagi ini di Rp 13.960.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di teritori negatif membuka perdagangan di awal pekan.
Sektor perbankan dan konsumer mengerek IHSG | PT Rifan Financindo Berjangka
Sektor kedua yang bakal menjadi penggerak IHSG adalah konsumer, seperti UNVR dan HMSP, diikuti INDF dan ICBP, meski dua saham terakhir tak masuk dalam saham-saham penggerak IHSG selama sepekan terakhir. "Secara fundamental, saham yang sudah saya sebut ini bagus dan masih mencatatkan keuntungan," kata Kiswoyo.
Untuk UNVR, meski banyak orang mengatakan performanya sedikit tak bagus karena pendapatan turun, Kiswoyo menilai fundamental emiten ini masih bagus dan skala keuntungan UNVR mencapai triliun rupiah, bukan miliar rupiah. Maksudnya, menggandakan untung dari Rp 1 miliar ke Rp 2 miliar itu mudah, namun menggandakan untung Rp 1 triliun menjadi Rp 2 triliun itu tidaklah mudah.
Kiswoyo melihat UNVR masih layak beli, lantaran ada momentum puasa, lebaran dan pilkada. UNVR masih bisa naik hingga Rp 65.000 per saham. Harga terakhirnya senilai Rp 49.000 per saham.
Dari saham perbankan besar yang menjadi penggerak bursa selama sepekan, Aditya menyebut, BBNI dan BBTN layak dilirik investor. Sebab, price book value (PBV) dua bank ini lebih bagus dibandingkan BMRI, masing-masing 1,6x dan 1,5x. Selama dua pekan ke depan, Aditya menargetkan BBNI dan BBTN masing-masing Rp 8.700 dan Rp 3.300 per saham.
Kepala Riset Narada Kapital Indonesia, Kiswoyo Adi Joe, berpendapat penggerak IHSG saat ini adalah saham blue chip. Jadi, ketika IHSG mau naik, maka yang terlihat adalah saham blue chip. Sektor perbankan dinilai menjadi penggerak IHSG. Pasalnya, saham sektor keuangan seperti BBNI, BBRI, BMRI dan BBCA sudah menyumbang bobot 30% terhadap IHSG.
Ia menyebut kenaikan IHSG selama sepekan didorong dua sektor, yakni konsumer dan perbankan. Pemimpin sektor perbankan umumnya emiten kakap, seperti BBRI, BBNI, BMRI, BBTN, dan BBCA. Sektor perbankan pula yang menerima pukulan paling telak saat kejatuhan IHSG pekan lalu. Namun, koreksinya lebih dipicu kondisi pasar sedang tak bagus dan valuasi saham bank sudah cukup mahal.
Saat ini, investor asing maupun domestik kembali masuk sektor perbankan. Cuma, peluang penguatan hingga akhir bulan ini diprediksi tak terlalu besar. Sebab, ada kemungkinan aksi profit taking terjadi manakala harga saham naik terus-menerus. "Pasar biasanya akan konsolidasi melihat prospek ke depan serta ada pula profit taking sesaat," ujar Aditya, Minggu (13/5).
Dari sisi fundamental, saham perbankan masih bagus dengan kinerja bank besar masih mencetak laba bersih di kuartal I-2018.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perlahan bangkit, setelah terperosok ke level terendah sepanjang tahun ini di posisi 5.774,72. Pada Jumat lalu, IHSG kembali menguat ke posisi 5.956,83.
Jika dicermati, ada beberapa saham yang selama sepekan terakhir mencatat kenaikan signifikan. Berdasarkan data RTI, tercatat setidaknya ada 17 saham menjadi mover alias penggerak IHSG, yakni IMAS, POLY, HMSP, AISA, WOOD, UNVR, BBNI, BMRI, BBTN, WSKT, UNTR, TRAM, IKAI, MEDC, ELSA, PTBA, dan TARA.
Tapi tak semua saham itu dinilai layak koleksi. Analis Indovest Semesta Sekuritas, Aditya Perdana Putra, misalnya, lebih memilih sektor perbankan yang mungkin masih bisa melanjutkan penguatan, meski diselingi koreksi kecil.
IHSG Rawan Koreksi di Awal Pekan | PT Rifan Financindo Berjangka
Namun begitu, ia menilai insiden ledakan yang terjadi di Kota Surabaya, Jawa Timur tersebut tidak berpengaruh pada IHSG serta kondisi investasi.
"Saya turut berduka atas kejadian tersebut, dan tentu kita mengharapkan bisa diusut tuntas oleh pihak yang berwenang. Namun, untuk IHSG tidak akan berpengaruh, pun juga berlaku dengan kondisi investasi ya. Semua masih berjalan secara normal. Jadi memang karena teknikal, kita sudah prediksikan melemah, bukan karna insiden ini," ungkap Nafan.
Sementara itu, Analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Suryawijaya menuturkan IHSG berpotensi menguat. "Nilai tukar masih akan terus mewarnai pola gerak IHSG hingga beberapa waktu mendatang, hari ini IHSG berpeluang naik," tuturnya.
"Dengan ini, IHSG berpotensi menguat dalam kisaran di 5.791 hingga 6.062," tandas dia.
Menurut sejarahnya, kalau yang sudah-sudah sih pasti kena dampak (bom gereja di Surabaya-red) ya. Kekhawatiran pasti naik. Investor akan mengurangi investasi dan ekuitas berisiko tinggi," katanya kepada Liputan6.com, Senin (14/5/2018).
Senada dengan Lanjar Nafi, Analis PT Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji juga mengungkapkan IHSG berpeluang melemah pada pergerakan indeks saham.
"Terlihat pola shooting star candle yang mengindikasikan adanya potensi koreksi wajar pada pergerakan indeks saham. IHSG berada pada kisaran 5.865-6.068," ujarnya.
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah pada perdagangan saham Senin pekan ini. Pelemahan IHSG salah satunya dipicu insiden ledakan bom gereja di Surabaya pada Minggu, 13 Mei 2018.
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi memperkiraan IHSG di awal pekan akan cenderung diwarnai koreksi wajar menguji level 5.900 pada rentan pergerakan 5.900-6.000.