Penawaran imbal hasil (yield) dari pelaku pasar terhadap Surat Utang Negara (SUN) melambung tinggi | PT Rifan Financindo Berjangka
Bila dirinci, pemerintah bekerja sama dengan lima bank untuk mendistribusikan obligasi ritel bernama SBR003, di antaranya Bank Mandiri, Bank Permata, Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Kemudian, satu-satunya perusahaan efek yang bekerja sama dengan pemerintah, yaitu Trimegah Sekuritas. Sementara, investor juga bisa membeli di perusahaan efek khusus atau Agen Penjual Reksa Dana (APERD) fintech, yakni Bareksa dan Star Mercato Capitale atau Tanamduit.com.
Kendati pasar sedang bergejolak, pemerintah tetap merealisasikan janjinya untuk merilis obligasi negara ritel pada Senin (14/5) besok dengan target Rp1 triliun.
Luky menyebut obligasi ritel ini lebih menyasar kepada kamu milenial. Untuk itu, pemerintah sengaja memasang minimal pemesanan hanya Rp1 juta dan maksimal mencapai Rp3 miliar.
"Tapi untuk identitas siapa yang beli tidak ada penjatahan, dibuka untuk semua pihak. Tapi ini bisa juga sebagai edukasi anak mudah untuk mengetahui obligasi," papar Luky.
Dalam hal ini, investor yang berminat bisa membeli obligasi tersebut secara online melalui perbankan, perusahaan efek, hingga financial technology (fintech).
Tak hanya yield yang tinggi, penawaran pasar dalam lelang itu juga masih jauh dari target pemerintah, yakni hanya Rp7,18 triliun. Sementara, pemerintah berharap dapat meraih dana hingga Rp17 triliun.
"Kami mau kasih berapa itu sebenarnya ada pertimbangan, penawaran kan hanya sekitar 40 persen yang kemarin. Kami sudah antisipasi hal ini," jelas Luky.
Ia melanjutkan, bentuk antisipasi agar pemerintah tetap bisa meraih dana pinjaman, yakni dengan melakukan pinjaman multilateral dan private placement. Selain itu, Kemenkeu juga berencana untuk merilis Samurai Bond pada semester I ini.
"Pasar sedang volatile menuju arah normal, ini hanya sementara. Kami lihat nanti penawaran pasar bagaimana, kami percaya pasar akan stabil lagi," kata Luky.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengaku kondisi pasar yang sedang bergejolak membuat penawaran imbal hasil (yield) dari pelaku pasar terhadap Surat Utang Negara (SUN) melambung tinggi.
Hal itu terlihat jelas pada lelang SBN pada Selasa (8/5) kemarin, di mana penawaran yield mencapai 7,95 persen. Padahal, yield tertinggi pada lelang awal tahun hanya di angka 7,19 persen.
"Itu kembali lagi yang terjadi adalah pelaku pasar melihatnya pasar sudah stabil belum, ya itu pasar kan sekarang sedang volatile," ungkap Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman, Jumat (11/5).
Sasar Milenial, Pemerintah Jual Surat Utang Ritel Secara Online | PT Rifan Financindo Berjangka
Kupon 6,80 persen ini berlaku untuk tiga bulan pertama per 31 Mei sampai 20 Agustus mendatang."Angka tersebut berasal dari suku bunga acuan BI yang berlaku saat ini senilai 4,25 persen ditambah spread tetap sebesar 250 bps (basis poin) atau 2,5 persen," jelas Luky.
Dirinya menambahkan, jika dua tahun lalu pemerintah berhasil menjual SBR002 hingga nominal Rp 3,8 triliun, SBR003 ditargetkan dapat melakukan penjualan hingga Rp 1triliun di masa awal dan akan ditingkatkan hingga Rp 5 triliun. Pemerintah bekerja sama dengan sembilan mitra distribusi yang terdiri atas 5 bank umum (Mandiri, BCA, BNI, Permata Bank, dan BRI), perusahaan efek Trimegah Securities, perusahaan efek khusus (Bareksa dan Star Mercato Capitale), dan perusahaan fin-tech Investree.
"Selama ini pembeli SBN (Surat berharga Negara) retail kebanyakan usia di atas 40 tahun, kita ingin memperluas basis bisnis untuk mempermudah akses investor domestik utamanya mereka yang berusia di bawah 40 tahun. Sebelumnya bond dianggap instrumen high profile, kita ingin mempermudah dengan online," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman kepada awak media di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Jumat (11/5/2018).
Berbeda dengan instrumen SBN lain seperti Obligasi Retail Indonesia (ORI), SBR memiliki kupon mengambang dengan kupon minimal (floating with floor). Selain itu, SBR merupakan instrumen investasi yang tidak dapat diperdagangkan. Namun, terdapat fasilitas early redemption alias pencairan sebagian pokok sebelum jatuh tempo. Masa penawaran SBR003 ini akan dilakukan pada 14 Mei 2018 hingga 25 Mei 2018 mendatang dengan tingkat kupon yang ditawarkan oleh sebesar 6,80 persen dan waktu jatuh tempo pada 20 Mei 2020.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan secara resmi akan mulai menawarkan penjualan surat utang dalam bentuk Saving Bonds Retail (SBR003) pada 14 Mei 2018 mendatang. Penjualan SBR003 akan dilakukan secara online untuk memberikan kemudahan akses investasi kepada generasi milenial.
Pemerintah Incar Generasi Jaman Now Investasi di Surat Berharga Negara | PT Rifan Financindo Berjangka
Tingkat kupon berikutnya akan disesuaikan setiap tiga bulan pada tanggal penyesuaian kupon sampai dengan jatuh tempo. Penyesuaian tingkat kupon didasarkan pada suku bunga acuan ditambah spread tetap 255 bps.
Menurutnya, masyarakat yang berminat untuk membeli kupon SBR003 ini juga dapat menghubungi sembilan mitra distribusi yang telah ditetapkan pemerintah, untuk pembelian secara langsung maupun secara online.
Adapun sembilan mitra distribusi tersebut antara lain Bank BCA, Bank Mandiri, Bank Permata, BNI, BRI, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT Bareksa Portal Investasi, PT Star Mercato Capitale, dan PT Investree Radhika Jaya.
Ini bagian upaya kami mendalami pasar, sekaligus untuk financial inclusion. Yang kita sasar adalah generasi muda, bukan hanya 40 tahun ke bawah tapi juga generasi milenial. Mereka sudah bekerja dan punya income, mereka ingin punya instrumen investasi. Itu yang kita sediakan," tuturnya.
Adapun masa penawaran SBR003 adalah pada 14 Mei 2018 hingga 25 Mei 2018. SBR003 ini bisa dipesan dengan batas minimum Rp1 juta dan maksimum Rp3 miliar.
Tingkat kupon untuk periode tiga bulan pertama yaitu 31 Mei 2018 hingga 20 Agustus 2018 adalah sebesar 6,80%, berskala dari suku bunga acuan yang berlaku pada saat penetapan kupon yaitu, 4,25% ditambah spread tetap 255 basis poins (bps) atau 2,55%.
Dia mengatakan, penerbitan SBR003 ini akan menyasar investor usia di bawah 40 tahun. Bahkan, pihaknya mendorong generasi jaman now atau generasi milenial untuk membeli kupon SBN yang diterbitkan pemerintah.
"Karena selama ini, pembeli SBN ritel kita itu kebanyakan usia di atas 40 tahun. Kita ingin perluas basis investor base untuk penduduk yang memang di bawah usia 40 tahun. Bukan hanya 40 tahun ke bawah, tapi juga generasi milenial," imbuh dia.
Selain itu, pihaknya juga ingin mempermudah pembelian surat utang negara. Sebab, selama ini pembelian bond dianggap instrumen yang sangat high profile dan harus mendatangi bank. Dengan menjual secara online, maka calon investor akan lebih mudah untuk membelinya.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luki Alfirman mengatakan, saat ini adalah pertama kalinya pemerintah melakukan penjualan instrumen SUN ritel kepada investor individu secara online. Rencana penerbitan SUN online ini telah disusun sejak tahun lalu.
"Tim kami sudah bekerja sejak 2017, bicara tentang pembuatan sistem, IT, regulasi, kerja sama dengan partner, kita punya mitra distribusi, bekerja sama dengan otoritas lain seperti BI dan OJK. Kita lakukan simulasi, dan Insya Allah semua sudah siap. Kita akan wujudkan Senin tanggal 14 Mei," katanya saat berbincang dengan media di Jakarta, Jumat (11/5/2018).
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan melakukan penjualan instrumen surat utang negara (SUN) ritel kepada investor individu, dengan tingkat kupon mengambang yaitu Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR003.
SBR003 rencananya akan diluncurkan pada 14 Mei 2018, dan penjualan dilakukan seara online melalui e-SBN.