Gejolak politik di Italia telah menyebar ke pasar saham dunia | PT Rifan Financindo Berjangka
"Ini pasar yang benar-benar panik," kata Fund Manager Anthilia Capital Partners, Giuseppe Sersale.
Sebelumnya diberitakan, akhir pekan ini Italia akan menggelar pemilu. Ekonomi menjadi faktor penting yang dimainkan dalam kampanye kedua kubu.
Bahkan beberapa analis memprediksi jika partai oposisi menang, maka Italia bisa keluar dari Uni Eropa, seperti yang dilakukan Inggris.
Dari sini muncul istilah 'Italexit' dan 'Quitaly'. Hal ini pun bisa memicu krisis kembali di Uni Eropa.
Penjualan obligasi itu juga menghantam harga saham bank-bank Eropa, terutama di Italia. Saham Banco BPM, Banco Generali, Unicredit dan BPER Banca ditutup tutun antara 5% dan 6,7%.
Di Wall Street, JP Morgan turun 3,7%, Bank of America dan Citigroup turun lebih dari 3%. Morgan Stanley juga turun 5,3%.
Jatuhnya saham bank menyeret pasar saham utama Eropa. Pada saat penutupan FTSE 100 Inggris turun hampir 1,3%, sementara Dax Jerman turun 1,5% dan Cac Prancis turun 1,3%.
Kekhawatiran atas gejolak politik di Italia telah menyebar ke pasar saham dunia. Para investor dunia khawatir Pemilu di Italia akan mempengaruhi perekonomian dunia khususnya Uni Eropa.
Kemarin Indeks Dow Jones sudah merosot 1,6% dan S & P 500 turun 1,2%. Kemudian FTSE MIB, benchmark pasar modal Italia ditutup turun 2,7% dan pasar utama lainnya di Eropa merosot lebih dari 1%.
Melansir dari BBC, Kamis (31/5/2018), terjadi aksi jual obligasi Italia berjangka waktu 2 tahun. Penjualan obligasi jangka pendek Italia mengalami lonjakan terbesar satu hari dalam 26 tahun.
Pergerakan harga obligasi penting karena mempengaruhi biaya pinjaman bagi pemerintah. Utang Italia saat ini mencapai 130% dari output ekonominya.
Saham Perbankan Rontok, Wall Street Merah | PT Rifan Financindo Berjangka
Di sisi lain, pada akir minggu ini Perdana Menteri Italia menunjuk mantan pejabat International Monetary Fund (IMF) Carlo Cottarelli sebagai perdana menteri sementara untuk membentuk kabinet baru dan mengembalikan kondisi politik negara tersebut. Negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Eropa tersebut sedang kepayahan untuk membentuk pemerintahan yang stabis setelah hasil pemilu pada bulan Maret lalu menghasilkan ketidak jelasan.
Belum lagi, pemerintahan Presiden Trump juga mengatakan pada Selasa (29/5/2018) bahwa mereka akan teruss melangsungkan tarif dagang kepada China setelah sebelumnya sempat mengumumkan solusi untuk negosiasi di antara kedua negara tersebut.
Gedung Putih menyatakan, Amerika akan merilis sejumlah barang dagang China senilai 50 miliar dollar AS yang akan dikenai tarif 25 persen. Amerika juga akan terus melangsungkan ligitasi (penyelesaian perkara melalui pengadilan) dengan China melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Cboe Volatility Index (VIX) sebagai indeks yang menunjukkan tingkat kekhawatiran pasar, merangkak naik hingga level 18. "Semakin maraknya gejolak politik yang terjadi di beberapa negara yang diiringi dengan merosotnya kondisi perekonomian di wilayah-wilayah tersebut menimbulkan pertanyaan bagi investor mengenai keberlanjutan perbaikan dan masa depan wilayan tersebut," ujar Chief Economist Stifel Nicolaus Lindsey Piegza, dikutip melalui CNBC.
Kondisi ini memicu meningkatnya permintaan terhadap aset yang dianggap lebih aman, seperti obligasi Amerika, US Treasurys. Suku bunga US 10 year Treasurys pun merosot 2,77 persen pada Selasa (29/5/2018), jatuh dari level tertingginya 3,1 persen minggu lalu.
Selain itu, Co-president JP Morgan Daniel Pinto mengatakan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan saham di sektor keuangan akan datar dari tahun ke tahun (year on year/yoy). "Secara keseluruhan, pendapatan pasar sebagaimana yang kita lihat hari ini, akan datar dari tahun ke tahun," ujarnya. Sementara, Morgan Stanley mengalami hari terburuknya sejak Juni 2016 dengan merosot 5,75 persen.
Kekhawatiran terhadap kondisi kredit secara global dan suku bunga ternyata cukup membebani harga saham pasar keuangan, membuat bank-bank besar AS kepayahan. Harga saham Goldman Sachs, J.P Morgan, Citigroup, Morgan Stanley, dan Bank of America seluruhnya merosot lebih dari 3 persen.
Pasar saham Amerika Serikat ditutup merah seiring. Saham-saham sektor perbankan mejadi faktor pendorong susutnya Wall Street, Kamis Selasa (29/5/2018) waktu Amerika. Pasar juga tertekan oleh gejolak politik yang terjadi di Italia membuat nilai tukar mata uang euro anjlok terhadap dollar AS. Selain itu, negosiasi dagang Amerika Serikat dengan China tidak berjalan dengan mulus.
Dow Jones Industrial Average anjlok 391,64 poin atau 1,58 persen menjadi 24.361,45 dengan penyusutan terbesar terjadi pada Goldman Sachs, Boeingm dan J.P. Morgan Chase. S&P 500 menyusut 1,16 persen menjadi 2.689,86, sementara Nasdaq composite merosot 0,5 persen menjadi 7.396,59.
Ditopang Saham Perusahaan Energi, Wall Street Ditutup Menghijau | PT Rifan Financindo Berjangka
Sebelum pasar dibuka, pemerintah Amerika melaporkan pertumbuhan ekonomi Amerika sedikit melambat melenceng dari yang telah diperkirakan pada kuartal I lalu. Selain itu, iklim bisnis Amerika juga telah menambah 178.000 pekerjaan di bulan Mei, berdasarkan hasil survai swasta yang dikutip melalui FoxBusiness. The Fed juga melaporkan melalui Beige Book, perekonomian Amerika mengalammi sedikit ekspansi di akhir April dan Mei denganpenyesuaian terhadap pola pertumbuhan di beberapa sektor.
Membaiknya iklim pasar modal Amerika pada Rabu ini berkebalikan dengan kondisi pada Selasa lalu yang sempat anjlok selepas pemerintahan Italia sempat menunjukkan tanda-tanda tidak lagi akan menggunakan mata uang Euro, yang akan mengggoyahkan ekonomi Eropa, dan tentu memengaruhi Amerika.
Harga saham bursa AS ditutup hijau saat pasar saham Amerika, Wall Street, di tutup Rabu, (30/5/2018) waktu setempat. Harga saham sektor energi menjadi faktor utama merangkaknya nilai harga saham di Wall Street. Sementara itu, untuk saham perbankan atau keuangan yang sempat lesu, mulai rebound. Indeks Down Jones Industrial Average melonjak 306,33 poin atau 1,26 persen menjadi 24.667,78.
Sementara itu indeks S&P 500 meningkat 34,15 menjadi 2724,01, atau naik 1,2 persen dan indeks Nasdaq Composite naik 65,86 poin atau 0,89 persen menjadi 7.462,45. Imbal hasil US Treasury yang merangkak naik di level 2,8 persen mendrongkrak nilai saham di sektor keuangan yang sempat susut pada penutupan hari sebelumnya.
Selain itu, harga minyak yang juga turun hingga leih dari 2 persen menjadi 68,21 dollar AS per barel mengakhir masa-masa sell-off dan meningkatkan harga saham perusahaan-perusahaan energi. Sementara itu, indeks harga saham berrkapitalisasi rendah seperti Russel 2000 diuntungkan dengan adanya ketidakpastian dalam kondisi perdagangan Amerika. Russell 2000 meningkat 1 persen, peningkatan tertingginya selama ini.