(BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal -I 2018 sebesar 5,06 persen | PT Rifan Financindo Berjangka
Pertumbuhan konsumsi juga tergolong positif pada 3 bulan pertama tahun ini. Pertumbuhan konsumsi diprediksi masih akan terus membaik pada kuartal berikutnya. "Untuk konsumsi yang tumbuh 4,95 kita melihat nanti kuartal 2 adanya THR dan gaji ke 13 dan seasonal kita berharap bisa di atas 5 persen," jelasnya.
Namun demikian, sektor manufaktur dan ekspor masih menjadi fokus pemerintah. Sebab, kuartal-I tahun ini keduanya belum sesuai dengan target pemerintah. "Kita masih berharap sektor manufaktur bisa lebih tinggi lagi dan mungkin ini akan muncul di kuartal 2 dan 3 karena adanya investasi yang meningkat dari sisi demand-nya," jelasnya.
"Ekspor kita masih perlu digenjot karena walaupun tumbuhnya sudah di atas 6 saya rasa dengan impor yang growthnya sekitar 12 persen maka ekspor perlu ditingkatkan. Dan memang seperti yang saya sampaikan berkali-kali Presiden sudah menyampaikan kita fokus bagaimana meningkatkan investasi dan ekspor," dia menandaskan.
"Investasi tumbuh dengan nilai 7,95 persen dekat sekali dengan 8 persen. Ini adalah perkembangan yang sangat positif. Karena itu jauh lebih tinggi dari kuartal lalu," ujar Sri Mulyani di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/5/2018).''Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal -I 2018 sebesar 5,06 persen. Pertumbuhan tersebut didukung dengan membaiknya sejumlah indikator pendukung pertumbuhan ekonomi.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi tumbuh positif dilihat perbaikan kinerja investasi yang mencapai 7,95 persen. Angka tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan capaian tahun lalu.
Pemerintah Lakukan Semua Upaya Dorong Daya Beli | PT Rifan Financindo Berjangka
Konsumsi rumah tangga merupakan sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi 2,72% dan diikuti oleh PMTB sebesar 2,54%. Sementara itu, andil investasi dan PMTB tumbuh mengembirakan menjadi 2,54% kuartal I/2018 dari 1,53% pada kuartal I/2017.
Menkeu menambahkan juga masih menelaah penyebab pertumbuhan konsumsi belum menyentuh 5%.
“Ini kan dari BPS saja, nanti kita lihat segmennya dari kelompok pendapatan dan jenis seperti apa saja. Misalnya kelompok milenial yang konsumsi mereka kea rah experience, apakah sudah tertangkap dalam statistik yang ada?” katanya.
Terlepas dari itu, pemerintah berharap empat mesin utama pertumbuhan ekonomi yakni, konsumsi masyarakat, investasi, belanja pemerintah serta ekspor, berjalan dengan baik.
Dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS), bantuan sosial turut berkontribusi terhadap konsumsi. Pasalnya, bantuan sosial dari pemerintah tumbuh 87,61% lebih tinggi dari kuartal I/2017. Dengan demikian BPS menilai pertumbuhan konsumsi tidak hanya berasal dari lapisan atas, tetapi juga terjadi pada konsumsi masyarakat lapisan bawah.
Khusus pertumbuhan konsumsi pada kuartal I/2018 ini meningkat tipis dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu di mana pertumbuhannya hanya sebesar 4,94%. Konsumsi ini didorong oleh penjualan eceran sandang yang tumbuh 8,83%, setelah sebelumnya terkontraksi 5,68% pada kuartal I/2017.
Saat ini, katanya masyarakat sudah memiliki bantalan untuk menghadapi kondisi eksternal, seperti kenaikan harga barang pokok.
“Pemerintah melakukan semua upaya meningkatkan daya beli, dengan meningkatkan penerima PKH, program beras sejahtera menjadi bentuk tunai, dan penyaluran dana desa,” tuturnya di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (7/5/2018).
Pemerintah berupaya melindungi kelompok paling miskin dari tekanan harga-harga dengan penyaluran berbagai program sosial, sekaligus agar masyarat memiliki bantalan dalam menghadapi berbagai kondisi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pemerintah akan memperhatikan dampak penyaluran program sosial terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi.
Konsumsi Rumah Tangga Stagnan, Pertumbuhan Menjanjikan | PT Rifan Financindo Berjangka
Terkait pertumbuhan konsumsi rumah tangga, Sri Mulyani meyakini besaran pertumbuhan bisa lebih baik pada kuartal-kuartal selanjutnya. Ini mengingat adanya momentum Hari Raya Idul Fitri, pembayaran tunjangan hari raya (THR) karyawan, dan gaji ketiga belas pegawai negeri sipil.
Menurut Sri Mulyani, pembayaran THR dan gaji ketiga belas yang berbarengan dengan perayaan hari besar biasanya akan memunculkan peningkatan konsumsi. Peningkatan konsumsi juga diharapkan bisa berlanjut pada kuartal III sejalan dengan gelaran Asian Games 2018.
Lebih lanjut, Sri Mulyani akan bekerja sama dengan BPS dalam menangkap fenomena pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Apalagi komponen itu masih mendominasi struktur ekonomi dengan porsi sebesar 56,8 persen. Konsumsi pun menjadi sangat sensitif terhadap kenaikan harga seperti pangan. Untuk itu, pemerintah terus mencoba menjaga stabilitas harga dengan inflasi yang masih rendah.
Alasan lain konsumsi rumah tangga tidak tumbuh optimal adalah karena persentase pendapatan yang dikonsumsi pada kuartal I 2018 lebih rendah dari kuartal I 2017. "Uangnya ada yang ditabung dan diinvestasikan," kata Suhariyanto.
Ia meyakini tidak ada persoalan daya beli. Sebab, laju inflasi sejak awal tahun relatif rendah serta terdapat perubahan pola belanja dari ritel ke leisure.
Merespons pengumuman BPS, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati masih optimistis pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,4 persen sepanjang tahun ini. "Kita berharap untuk swing di kuartal kedua dan kuartal ketiga itu akan jauh lebih kuat," ujarnya saat ditemui di kantor Kemenkeu, Senin (7/5).
Menurut dia, konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2018 terpengaruh oleh komponen makanan dan minuman yang sedikit tumbuh melambat. BPS mencatat komponen itu tumbuh positif 5,12 persen, tetapi melambat dari 5,24 persen pada kuartal I 2017.
Suhariyanto mengatakan konsumsi rumah tangga pada periode ini juga terpengaruh oleh komponen transportasi dan komunikasi yang hanya tumbuh 4,92 persen dibandingkan periode sama 2017 sebesar 5,3 persen. Kondisi tersebut yang menyebabkan konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,95 persen.
"Peranan makanan minuman dan transportasi besar sekali dari total konsumsi rumah tangga karena share-nya hampir 40 persen," ujar Suhariyanto.
Secara berturut-turut, pertumbuhan komponen itu adalah 4,95 persen (kuartal I 2016), 5,07 persen (kuartal II 2016), 5,01 persen (kuartal III 2016), 4,99 persen (kuartal IV 2016), 4,94 persen (kuartal I 2017), 4,95 persen (kuartal II 2017), 4,93 persen (kuartal III 2017), dan 4,97 persen (kuartal IV 2017).
"Kita harapkan konsumsi rumah tangga bisa terus semakin menguat. Seperti saya katakan ada momentum pada tahun ini yang bisa memperkuat konsumsi," ujar Suhariyanto.
Ke depan, Suhariyanto meyakini ekonomi bisa tumbuh lebih tinggi. Terdapat sejumlah faktor pendorong, antara lain, Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriyah/2018, Pemilihan Kepala Daerah Serentak, dan Asian Games. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen sepanjang 2018.
Poin menarik dari rilis BPS berkaitan dengan salah satu komponen utama dalam produk domestik bruto (PDB), yaitu konsumsi rumah tangga. Sepanjang kuartal I 2018, komponen tersebut hanya tumbuh 4,95 persen (yoy).
Angka itu memang lebih baik dibandingkan pertumbuhan kuartal I 2017 yang tercatat 4,94 persen. Namun, apabila dirunut ke kuartal-kuartal sebelumnya, stagnasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga tergambar jelas. Padahal, komponen itu menyumbang 56,8 persen dari total perekonomian negara.
Kendati demikian, Kepala BPS Suhariyanto mengklaim, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2018 lebih menjanjikan. "Karena, lebih tinggi dibandingkan triwulan satu tahun sebelumnya (5,01 persen)," ujarnya dalam keterangan pers di kantor pusat BPS, Jakarta, kemarin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen (year on year/yoy atau tahun ke tahun). Realisasi itu lebih rendah dibandingkan kuartal IV tahun lalu yang tercatat 5,19 persen.