PT Kimia Farma (Persero) Tbk mengalokasikan belanja modal (capex/capital expenditure) sebesar Rp 3,5 triliun | PT Rifan Financindo Berjangka
Di samping melakukan peluncuran produk seperti Marcks Teens Compact Powder, Marcks Mousterizer, MyDekla, DiaresO, dan lain sebagainya, Kimia Farma juga akan melakukan produksi komersial pabrik-pabrik yang menghasilkan Bahan Baku Obat (BBO) untuk pencapaian margin yang lebih baik.
Dalam rangka peningkatan source of revenue, Kimia Farma akan memaksimalkan pengoperasian fasilitas produksi Banjaran, fasilitas produksi rapid test, Marcks Venus Aesthetic Clinic, dan Klinik Hemodialisa.
"Untuk aspek digitalisasi, pembuatan aplikasi Track and Trace yang bekerja sama dengan Badan POM telah memasuki tahap roll-out dimana aplikasi ini berfungsi untuk melindungimasyarakat terhadap pemalsuan produk obat dan makanan," tandasnya.
"Tahun ini kita juga masih memiliki jatah penerbitan medium term notes (MTN) atau surat utang jangka menengah sebesar Rp 600 miliar," jelasnya.
Ekspansi bisnis sudah gencar dilakukan sejak awal tahun. Pada Maret 2018, Kimia Farma resmi memiliki entitas anak yang baru, yakni Kimia Farma Dawaa yang ditopang oleh 31 gerai apotek di Mekkah dan Jeddah, Arab Saudi.
Direktur Utama Kimia Farma, Honesti Basyir mengatakan, sebesar Rp 1,2 triliun dana tersebut dialokasikan untuk ekspansi organik yaitu pembiayaan perbaikan beberapa pabrik di Banjaran dan Cikarang. Sementara sisanya sebesar Rp 2,3 triliun anorganik untuk melakukan akuisisi 3 rumah sakit dan 1 perusahaan farmasi.
"Tahun 2018 capex itu kita alokasikan Rp 3,5 triliun yaitu Rp 1,2 triliun organik dan Rp 2,3 an-organik," ujar Honesti saat memberikan paparan kinerja di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (19/4).
Honesti mengatakan, sumber pendanaan yang digunakan untuk aksi korporasi tersebut berasal dari kas internal dan pinjaman sindikasi perbankan. Hingga kini, terdapat beberapa perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang siap mendanai rencana akuisisi tersebut.
PT Kimia Farma (Persero) Tbk mengalokasikan belanja modal (capex/capital expenditure) sebesar Rp 3,5 triliun di 2018. Dana sebesar ini akan digunakan untuk membiayai perluasan bisnis serta mendukung operasional perusahaan tahun ini.
Kimia Farma kepincut jualan obat secara online | PT Rifan Financindo Berjangka
Sementara itu, rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan memutuskan untuk membagi dividen tunai Rp99,5 miliar. Dividen tersebut setara 30% dari laba bersih tahun lalu Rp331,7 miliar.
“Laba bersih perusahaan meningkat sebesar 22,13% dari tahun sebelumnya sebesar Rp271,6 miliar,” ujarnya.
Tahun lalu, KAEF mengantongi pendapatan sebesar Rp6,13 triliun, naik 5,44% dari 2016 yang mencapai Rp5,81 triliun. Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan tahun 2017 mencapai Rp 1,15 triliun atau meningkat 145,31% yoy yang digunakan untuk modal kerja, investasi rutin, dan pengembangan usaha.
Selain untuk dibagikan sebagai dividen tunai, laba bersih tahun lalu akan digunakan untuk dana cadangan. Sisanya dibukukan sebagai laba ditahan.
Adapun, RUPST juga memutuskan untuk merombak jajaran pengurus perseroan. Perombakan terjadi pada jajaran komisaris.
Dana Capex akan digunakan untuk aksi organik melalui penyelesaian pembangunan pabrik di Bandung dan Cikarang senilai Rp1,2 triliun. Sisanya, sebesar Rp2,3 triliun akan digunakan untuk aksi anorganik dengan mengakuisisi tiga rumah sakit dan satu perusahaan farmasi.
Manajemen badan usaha milik negara (BUMN) itu bakal merogoh kocek internal untuk pendanaan Capex dan sindikasi dari perbankan. Kimia Farma masih memiliki sumber pendanaan dari emisi surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) senilai Rp600 miliar.
Kimia Farma memang tengah gencar melakukan aksi anorganik untuk menggenjot kinerja. Setelah mengakuisisi perusahaan ritel asal Arab Saudi, KAEF juga tengah menjajaki 6-7 perusahaan yang bakal dicaplok.
Tidak berhenti di sana, manajemen KAEF bakal melebarkan sayap di kancah internasional, terutama ke Timur Tengah dan Afrika. Perseroan juga bakal memasuki lini bisnis properti pada tahun ini lantaran aset yang tersebar di seluruh Indonesia perlu dimonetisasi.
Dari sisi organik, Kimia Farma bakal menambah 200 unit apotek baru, klinik ditambah 50-100 unit, laboratorium diagnostik 5-10 secara terintegrasi. Sehingga, pendapatan perseroan ditargetkan tumbuh 10% year-on-year (yoy).
Emiten farmasi pelat merah PT Kimia Farma (Persero) Tbk. kepincut menjual obat melalui apotek online pada era digitalisasi saat ini.
Direktur Utama Kimia Farma Honest Basyir mengatakan, peluncuran aplikasi apotek dalam jaringan (daring) itu bakal dilakukan paling lambat kuartal III/2018. Inovasi ini menjadi pelopor industri farmasi dalam penjualan obat di apotek online.
"Kami launching nanti, produk yang dijual bukan resep. Tetapi, produk-produk Kimia Farma yang tidak membutuhkan resep seperti obat, alat kesehatan dan kosmetik," ujarnya saat paparan publik di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (19/4).
Rencana perseroan memasuki bisnis digital itu dilakukan sembari menunggu regulasi yang digodok oleh pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan. Baginya, bisnis online terbilang lebih efisien bila dibandingkan dengan membuka gerai fisik.
Tahun ini, emiten bersandi saham KAEF itu juga mengalokasikan anggaran belanja modal (capital expenditure/Capex) senilai Rp3,5 triliun untuk ekspansi bisnis.
Kimia Farma Bagi Dividen Rp 98 Miliar | PT Rifan Financindo Berjangka
Kepercayaan masyarakat terhadap produk dan layanan kesehatan Kimia Farma yang dianalisis melalui beberapa lembaga/konsultan penyelenggara menunjukkan peningkatan atau tren positif.
Hal tersebut terbukti melalui penambahan jumlah penghargaan (award) bergengsi yang diperoleh, seperti Top 50 Companies Forbes Indonesia, Indonesia Most Innovative Business Award, Anugerah BUMN Branding & Marketing, BUMN Terbaik bidang Non Keuangan Investor Awards, dan lain sebagainya.
Dalam RUPST 2018 tersebut juga diputuskan perubahan susunan pengurus perseroan, antara lain memberhentikan dengan hormat Farid Wadjdi Husain sebagai Komisaris Utama dan Dewi Fortuna Anwar sebagai Komisaris.
Melalui RUPST juga mengangkat dengan hormat Untung Suseno Sutarjo sebagai Komisaris Utama, Nurrachman Komisaris Independen, dan Chrisma Aryani Albandjar sebagai komisaris.
Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan tahun 2017 mencapai Rp 1,15 triliun atau meningkat 145,31% jika dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar Rp 467,56 miliar yang digunakan untuk modal kerja, investasi rutin, dan pengembangan usaha.
Pada tahun 2017, Kimia Farma telah mencanangkan tiga program prioritas, yakni peningkatan sumber daya manusia yang andal dan kompeten, digitalisasi, dan aliansi strategis.
Di tengah ekspansi dan akselerasi bisnis yang tengah gencar dijalankan, perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 331,71 miliar atau meningkat sebesar 22,13% dari tahun 2016 sebesar Rp 271,598 miliar. Pencapaian laba bersih ini didukung oleh pencapaian pendapatan usaha sebesar Rp 6,13 triliun atau meningkat sebesar 5,44% dari tahun 2016 sebesar Rp 5,81 triliun.
Pencapaian laba bersih juga didukung oleh upaya pengendalian beban usaha yang tercermin dari pencapaian EBITDA margin sebesar Rp 600 miliar atau meningkat sebesar 20,9% dari tahun 2016 sebesar Rp 496 miliar.
Pada tahun 2017, perseroan berhasil membukukan total aset sebesar Rp 6,1 triliun, yang meningkat sebesar 32,16% dari tahun 2016 sebesar Rp 4,612 triliun. Pertumbuhan ini terutama karena adanya peningkatan aset tetap terutama aset dalam penyelesaian, yang bertujuan baik untuk meningkatkan kapasitas produksi maupun upaya untuk meningkatkan kemandirian pengadaan bahan baku baik di holding maupun entitas anak.
PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2017 di Jakarta pada Kamis, 19 April 2018. Kimia Farma memutuskan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar Rp 98 miliar atau 30% dari laba bersih perseroan 2017, yakni sebesar Rp 331,7 miliar.
Demikian dikutip detikFinance dari keterangan tertulis Kimia Farma, Jakarta, Kamis (19/4/2018)