Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Pekanbaru mengungkap hasil uji laboratorium | PT Rifan Financindo Berjangka
Terkait dampaknya, ia menjelaskan cacing merupakan salah satu sumber makanan sumber protein, yang tentunya bisa sebagai zat alergen atau mengakibatkan alergi kalau dikonsumsi.
"Karenanya, pada orang-orang tertentu yang tidak tahan dengan reaksi alergi, kemungkinan menimbulkan alergi bisa mulai gatal-gatal pada kulit. Ini bahayanya kalau yang konsumsi orang yang punya riwayat sakit asma, bisa sesak nafas," katanya.
Menurut dia, penyebaran produk tersebut di Riau sejauh ini baru terdeteksi di Kota Tembilahan untuk merek IO, dan Kota Selatpanjang untuk merek Farmer Jack. Namun, hingga kini BBPOM Pekanbaru tidak mengetahui perusahaan distributor tiga merek tersebut di Provinsi Riau.
"Di Pekanbaru setelah kita telusuri dari Kamis pekan lalu sampai sekarang, merek itu belum kita temukan. Jadi kita tidak tahu apa masih ada. Kalau ada akan kita amankan," katanya.
Pada Senin lalu, importir dari merek HOKI melaporkan sudah melakukan penarikan secara mandiri, sebelum surat perintah penarikan dikeluarkan. Tapi, dia tetap dapat sanksi terkait mutu produk yag diduga tidak aman," tegasnya.
Cacing tersebut ditemukan di dalam kaleng ikan makarel sudah dalam kondisi mati, jadi bukan akibat kerusakan kemasan maupun akibat kedaluwarsa. Kemungkinan muncul cacing itu karena pengolahan tidak higienis.
"Keberadaan cacing tersebut, setelah saya baca beberapa literatur, itu ada sejak awal karena jenis makarel itu kalau pencucian tidak bersih, maka di dalam perutnya kemungkinan ada jenis cacing," ujarnya.
"Kami himbau produsen juga harus komitmen dan konsisten bahwa produk ini tetap aman dan bermutu. Jangan saat pendaftaran saja, tapi pada saat izin edar sudah ada tetap harus dijaga mutu dan keamanannya," kata Kashuri.
Ia mengatakan pihaknya telah mengeluarkan surat peringatan keras dan sanksi ke importir tiga merk tersebut. Importir harus melakukan penarikan terhadap produk yang masih beredar di pasar, dan akan terus diawasi oleh lembaga di bawah BPOM tersebut.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Balai POM Kota Batam untuk melakukan penelusuran dan melakukan pengamaman terkait produk bermasalah itu agar tidak beredar. Menurut dia, perusahaan importir di Jakarta sudah melakukan penarikan sendiri.
BBPOM Kota Pekanbaru mengungkap ketiga perusahaan importir merek IO, Farmer Jack, dan HOKI tersebut berlokasi di Jakarta dan Batam. Kashuri menyayangkan sikap produsen dan importir yang lalai sehingga insiden ikan bercacing itu terjadi.
Menurut dia, pada saat pertama kali mengajukan izin edar produk impor atau dengan kode "ML" kepada BPOM, perusahaan sudah menyampaikan hasil uji yang setelah dievaluasi tidak bermasalah.
"Sepanjang memasukannya ini, jadi tanggung jawab produsen. Mereka harus pastikan sendiri bahwa produknya ini aman. Kita tak mungkin mengawal terus setiap masuk," ujarnya.
Menurut dia, BBPOM tetap melakukan pengawasan namun mengambil sampel secara acak di pasar.
Cacing Anisakis sp adalah parasit yang dapat menimbulkan masalah pada ikan hingga pada manusia, sehingga bila dikonsumsi tanpa dimasak, atau dalam keadaan setengah masak, akan mengakibatkan penyakit.
Kini pihaknya sudah melakukan penelusuran untuk menarik semua ikan kaleng dengan tiga merek tersebut di Riau.
Sementara itu, izin untuk perusahaan importir ikan makarel kaleng, yang terbukti mengandung cacing Anisakis sp. tersebut juga terancam dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Apabila ketiga perusahaan tidak serius mengindahkan perintah untuk menarik semua produk asal China yang bermasalah tersebut dari pasar Indonesia.
"Sanksi peringatan keras, sanksi administratif yang mendekati level mau dicabut izinnya. Bisa dicabut kalau dia tidak konsisten melakukan penarikan, itu bisa terancam dicabut," tegas Kashuri.
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Pekanbaru mengungkap hasil uji laboratorium bahwa ada tiga produk impor ikan mackarel kaleng yang terbukti mengandung cacing yaitu merek IO, Farmer Jack, dan HOKI.
Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota Pekanbaru, Muhammad Kashuri mengatakan kasus pertama mencuat di Kota Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, dan kemudian menyusul kasus serupa di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti.
"Artinya, terkonfirmasi memang benar ada sejenis cacing, tapi bukan cacing pita seperti yang viral di media sosial. Jadi ada cacing Anisakis species," kata Kashuri, seperti dilansir dari Antara, Rabu (21/3).
Sarden Mengandung Cacing Beredar Luas | PT Rifan Financindo Berjangka
Beruntung, stok sarden Farmer Jack di toko Andi tingga beberapa kaleng saja. “Paling nanti saya kembalikan ke distributor,” katanya.
Sementara di Bengkong, sejumlah supermarket juga masih menjajakan sarden kalengan merek IO dan Hoki. Ratusan kaleng sarden itu nampak disusun rapi. Harga per kalengnya Rp 10.500 untuk IO dan Rp 9,2 ribu untuk merek Hoki.
“Kalau masih dipajang berarti dijual, kami tidak tahu kalau itu tak boleh edar lagi,” ujar karyawan sebuah super market di Bengkong, Batam, kemarin.
Tak hanya di toko kelontong, sarden mengandung cacing itu juga masih dijual bebas di sejumlah gerai ritel modern di Batamcenter. Khususnya merek Farmer Jack dan IO. Sementara untuk merek Hoki sudah tidak dijual lagi.
“Kami tahu ada penarikan untuk merek Hoki. Makanya sejak semalam tidak dijual lagi,” kata seorang karyawan sebuah ritel moderen di Batamcenter, kemarin.
“Jujur saya tidak tahu kalo sarden ini mengandung cacing,” ujar Andi, pemilik toko di Jodoh yang masih menjual Farmer Jack, Rabu (21/3).
Menurut Andi, sarden Farmer Jack cukup diminati masyarakat. Ini karena harganya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan sarden kalengan merek lain. Misalnya merek Mili yang harganya mencapai Rp 26 ribu per kaleng.
“Padahal ukurannya sama,” katanya.
Pantauan Batam Pos di Batam, ketiga jenis sarden tersebut masih banyak dijual bebas di pasaran. Di Jodoh, misalnya. Sejumlah toko masih menjajakan sarden kalengan merek Farmer Jack dengan harga antara Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per kaleng. Para pedagang mengaku tidak tahu jika sarden tersebut dilarang beredar.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Tanjungpinang, Rustam. Menurut dia, beberapa pengelola toko sudha mengetahui adanya penarikan produk sarden. Sehingga kaleng-kaleng sarden berparasit ini telah diturunkan dari rak dagangannya.
“Sementara yang belum tahu, langsung kami infokan untuk segera menarik dan kami imbau segera kembalikan ke distributor,” tutur Rustam, kemarin.
Rustam juga memastikan, pemantauan dan pengamanan akan terus dilangsungkan hingga ketiga merek sarden tersebut tak lagi beredar di masyarakat.
Selain di Batam, peredaran ketiga merek sarden tersebut juga menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Karimun. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karimun, Rahmadi, mengaku telah menerima surat dari BPOM Kepri terkait temuan adanya cacing dalam sarden merek IO, Farmer Ajck, dan Hoki.
“Dengan adanya surat tersbut, maka kami mulai turun ke lapangan,” ujar Rahmadi, Rabu (21/3).
“Ini termasuk salah satu yang harus ditanggapi dengan cepat ya,” kata Amsakar usai menghadiri pembukaan Musrembang Kota, Rabu (21/3).
Sementara Kepala Dinas BPM-PTSP Batam, Gustian Riau mengungkapkan akan mencabut izin operasi perusahaan tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mengevaluasi makanan yang tidak sesuai dengan aturan.
“Kami koordinasi dulu dengan BPOM,” sebutnya.
Sementara Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Batam Sallon Simatupang mempertanyakan pihak yang sudah memberi izin produk tersebut beredar di Batam. Apakah mereka tidak memberikan sampel atau memeriksa terlebih dahulu, sebelum produk makanan tersebut diberikan izin serta dikatakan layak untuk dikonsumsi.
“Saya rasa yang memberikan izin ini harus bertanggungjawab. Pertanyaanya, apakah barang dari luar yang masuk tidak diperiksa dulu, atau langsung masuk begitu saja,” ujarnya.
Terpisah, Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad mengatakan pihaknya telah meminta kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Batam untuk menarik produk sarden kemasan yang terdeteksi mengandung cacing pita.
Setelah dilakukan penarikan oleh importir, Balai POM Kepri akan melakukan pemusnahan. “Ikan itu diduga memang ditemukan nematoda (cacing, red),” ucapnya.
Anggota Komisi II DPRD Batam, Bommen Hutagalung, meminta pemerintah daerah segera membentuk tim untuk menyelidiki temuan tersebut. Menurut dia, pemerintah harus secepatnya menarik ketiga merek sarden tersebut dari peredaran.
“Kalau sudah dilarang berartikan sudah berbahaya,” kata Bommen.
Yosef mengatakan, penarikan ini menyusul temuan adanya cacing parasit di dalam ketiga merek sarden tersebut. Kata Yosef, Balai POM Kepri telah berkoordinasi dengan instansi berwenang di Kepri terkait dengan temuan cacing itu. Selain itu, ia telah memerintahkan jajarannya untuk mengambil sampel di gudang-gudang milik importir itu di kawasan Tunas dan Batuampar, Batam.
“Untuk penyitaan belum. Karena kami sudah memerintahkan importirnya untuk menarik segera barangnya dari peredaran di pasar,” ungkapnya.
“Kami memberikan deadline. Bila tidak, akan segera kami lakukan tindakan tegas,” katan Kepala BPOM Kepri, Yosef Dwi Irawan, Rabu (21/3), di Batam.
Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kepri meminta importir dan distributor dari sarden merek Hoki, IO, dan Farmer Jack untuk menarik ketiga produk tersebut dari pasar. BPOM memberikan batas waktu maksimal satu bulan.
Produsen Diminta Tarik Seluruh Produk Sarden Mengandung Cacing | PT Rifan Financindo Berjangka
Yang pasti, kata Riono, produsen ikan sarden kalengan bakal mengalami kerugian besar. Perusahaan makarel lain juga dapat terkena imbas negatif karena konsumen ingin kepastian makanan yang dikonsumsi itu sehat. "Bisa pula sebaliknya, saingan menjadi berkurang sehingga produk lain menjadi laris," ucapnya.
Selama beberapa hari belakangan ini, berbagai foto produk ikan sarden kalengan dari tiga merek tersebut beredar luas melalui media sosial. Tampak pula cacing dalam foto tersebut.
Masyarakat yang melihat gambar itu pun merasa jijik. "Sulit menelan makanan setelah melihat gambar itu. Saya jijik sekali," ucap Anita, salah seorang warga Tanjung Pinang yang pernah mengonsumsi makanan kalengan tersebut.
Riono menjelaskan, pihaknya juga sudah memerintahkan Dinas Kesehatan Tanjung Pinang untuk memberi imbauan kepada masyarakat agar tidak panik. "Tadi tim dari Dinas Kesehatan Tanjung Pinang bergerak cepat di lapangan dan berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kami minta produk dengan kode produksi yang sama dengan yang ditemukan mengandung cacing ditarik," ujarnya.
Terkait dengan apakah produk tersebut masih dapat dijual di Tanjung Pinang meski dengan kode produksi yang berbeda, Riono belum bisa memastikan. "Tentu harus dikaji tim ahli, sehingga konsumen merasa terlindungi," tuturnya.
Pemerintah Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, meminta pihak produsen menarik semua produk makarel berbahan pokok sarden mengandung cacing. "Tidak mungkin diperiksa satu per satu sarden kalengan tersebut, tapi kami minta yang memiliki kode produksi sama ditarik," kata Sekretaris Daerah Tanjung Pinang Riono, Rabu, 21 Maret 2018.
Pernyataan ini merespons temuan hasil uji laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan akan produk ikan sarden kaleng merek Farmer Jack Mackerel, IO, dan Hoki, yang mengandung cacing. Produk kalengan ini dijual merata di semua toko dan swalayan.