Bunyi pesan singkat di telepon genggam memicu rasa penasaran para nasabah Bank Rakyat Indonesia | PT Rifan Financindo Berjangka
Selain dari Resor Kediri, kasus raibnya uang nasabah BRI di Kediri ini juga dibantu penyelidik dari Kepolisian Daerah Jawa Timur. Tim dari Subdit Perbankan Direktorat Kriminal Khusus telah diturunkan.
"Tim Perbankan Ditreskrimsus Polda Jatim turun langsung ke Kediri melakukan pengecekan," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera, kepada VIVA.
Adapun terkait dugaan terjadinya peretasan sistem BRI yang dilakukan oleh sindikat internasional. Kepolisian Polda Jawa Timur menyatakan belum bisa memberikan keterangan karena belum ada bukti ke arah tersebut.
Peristiwa itu terjadi pada nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Nasabah yang sial tersebut langsung melaporkan kasus tersebut ke pihak Kepolisian setempat.
Berdasarkan laporan Kepolisian Resor Kediri, pihaknya telah menangani kasus tersebut dan telah melakukan penyelidikan. Saat ini sejumlah saksi dari pihak korban telah dimintai keterangan.
Kepala Polres Kediri, AKBP Erick Hermawan, mengatakan dalam kasus tersebut mulanya ada 16 korban yang terdata. Namun, setelah pengembangan sekarang sudah terdapat 87 korban nasabah yang melaporkan diri.
"Tetapi sesuai data di kami, ada 33 nasabah (korban)," kata Kepala Polres Kediri, AKBP Erick Hermawan, kepada wartawan, Selasa, 13 Maret 2018.
Bunyi pesan singkat di telepon genggam memicu rasa penasaran para nasabah Bank Rakyat Indonesia pada Senin 12 Maret 2018. Dalam pesan singkat itu nasabah kaget melihat transaksi keuangan yang tidak dilakukannya sama sekali.
Saat itu, puluhan nasabah bank pelat merah itu merasa saldo di rekeningnya berkurang secara mendadak. Bahkan, nilai kerugian masing-masing nasabah rata-rata mencapai Rp500 ribu hingga Rp10 juta.
BRI Ganti Duit Nasabah di Kediri yang Kena Skimming | PT Rifan Financindo Berjangka
Interaksi BRI dengan nasabahnya adalah hal yang fundamental bagi bank, sehingga BRI akan melakukan edukasi kepada nasabah untuk menjaga keamanan dan kenyamanan dalam transaksi perbankan.
BRI akan mengganti semua kerugian yang dialami nasabahnya apabila hasil investigasi menunjukkan bahwa terbukti skimming.
Menilik pada kejadian dugaan skimming yang terjadi di Kediri, Bambang menjelaskan bahwa BRI telah menyelesaikan investigasi internal secara cepat. Dia mengklaim seluruh dana nasabah yang hilang telah dikembalikan secara penuh.
“Kenyamanan nasabah menjadi fokus kami, dan kami pun mengimbau agar nasabah tidak perlu khawatir akan keamanan dalam menggunakan layanan BRI," ucap dia dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (15/3/2018).
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah mengambil berbagai tindakan untuk menjaga transaksi nasabah dari kejahatan duplikasi kartu melalui skimming. Langkah tersebut menjadi bagian dari aspek pengelolaan manajemen risiko BRI dalam upaya menjaga keamanan transaksi dan dana nasabah.
Sekretaris Perusahaan BRI Bambang Tribaroto menjelaskan, BRI tengah melakukan enhancement keamanan di teknologi e-channel BRI.
Sindikat Kendalikan Pencurian Uang di Rekening Bank | PT Rifan Financindo Berjangka
Ruby menjelaskan, saat ini bank harus sigap dalam menangani kasus dugaan skimming ini."BRI harus sigap seperti BCA dan Mandiri yang sudah biasa dengan kasus seperti ini dan memitigasi penanganan masalah ini," ujarnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini sedang meneliti kejadian ini. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menjelaskan, ada dua pihak yang harus diperiksa yakni bank dan nasabah. "Kami sedang meneliti kesalahannya di mana saja. Banknya yang lalai atau nasabahnya yang teledor, kalau terbukti banknya yang salah maka harus mengganti dana nasabah yang hilang," katanya.
Heru menjelaskan, sebagai regulator OJK secara berkala melakukan evaluasi terhadap sistem bank untuk menjamin keamanan transaksi nasabah.
Sementara pihak BRI diketahui sedang melakukan investigasi internal, baik atas jumlah kerugian nasabah maupun sistem keamanan internal BRI. Selain itu, BRI juga telah melaporkan hal ini kepada pihak berwajib.
"BRI akan bertanggungjawab penuh terhadap kerugian yang dialami nasabah apabila hasil investigasi menunjukkan bahwa terbukti skimming," bunyi keterangan tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, BRI juga telah mengambil langkah preventif yakni meningkatkan keamanan dana nasabah baik dari sisi teknologi maupun kebijakan. Nasabah juga diimbau agar mengganti PIN secara berkala.
Ruby Alamsyah menjelaskan untuk sindikat pencuri uang di rekening menargetkan bank besar karena memiliki jaringan ATM yang luas dan besar di Indonesia. "Tadinya sekitar 2009-2010 itu Mandiri dan BCA jaringan mereka luas dan besar di Indonesia. Nah sekarang dari segi aset saja Mandiri sudah disalip BRI. Jadi targetnya memang seperti itu yang paling besar," katanya.
Dia menjelaskan, pelaku pencurian itu akan menghitung peluang dari jumlah nasabah atau jumlah rekening bank. Karena BRI yang saat ini memiliki jumlah nasabah terbanyak, jadi terkesan BRI selalu terkena kasus ini. "BRI kan besar, jadi kesannya BRI lagi, BRI lagi yang kena. Padahal sebenarnya setiap bank pasti ada kasus ini. Tidak hanya spesifik satu bank saja," imbuhnya.
Dia menjelaskan pelaku kejahatan ini memiliki tim yang terstruktur. Mereka sudah menyusun buku panduan, menyiapkan alat dan komputer dengan sistem yang baik.
Setelah itu, sindikat ini merekrut orang orang dan menjanjikan bonus yang besar untuk tindakan ini.
Biasanya dana hasil skimming digunakan untuk pembiayaan teroris. Mereka mencari dana dengan melakukan peretasan dan pencurian uang nasabah perbankan untuk biaya operasional.
Menurut Ruby, negara berkembang seperti Indonesia menjadi target empuk untuk pembobolan rekening nasabah.
Menurut Ruby, saat ini jika ada kejadian skimming pihak bank hanya menindak pelaku operasional bukan aktor intelektualnya. "Masalahnya sama terus nih, pengungkapan kasus belum sampai ke aktor intelektual yang mengorganisir kejahatan ini. Kalau hanya orang lokalnya yang ditindak, mereka bisa ganti orang lagi dengan mudah, karena orang lokalnya hanya 'pesuruh'," imbuhnya.
Analyst Digital Forensic Ruby Alamsyah menjelaskan, dengan terjadinya dugaan skimming ini maka bank harus tetap meningkatkan keamanan dana nasabah agar mereka tetap merasa nyaman dan aman menyimpan uang di bank."Seperti yang sudah saya sampaikan di seminar-seminar, kejahatan skimming ini dilakukan terorganisasi secara internasional.
Kalau tidak diungkap pelaku atasnya atau top levelnya, ya otomatis akan terus berulang kejadian ini, harus ke akar-akarnya dituntaskan," kata Ruby saat dihubungi, Rabu (14/3).
Pencurian uang di rekening bank yang diduga menggunakan metode skimming masih terjadi di Indonesia. Tindak kejahatan ini sebenarnya dilakukan secara terorganisir oleh sindikat internasional.