PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dikabarkan akan mengakuisisi bank untuk meningkatkan bisnis perseroan | PT Rifan Financindo Berjangka
"Kita masih terus saja mencari informasinya, jadi belum mengerucut kepada satu, belum, masih terbuka masih kita lihat," kata dia.
Sekadar informasi, BNI baru saja membagikan dividen tunai kepada pemegang saham sebesar 35% dari laba tahun 2017 sebesar Rp13,62 triliun atau setara dengan Rp4,77 triliun.
Khusus dividen bagian Pemerintah atas kepemilikan 60% saham akan disetorkan ke rekening Kas Umum Negara dalam bentuk Rupiah di Bank Indonesia. Sementara sebesar 65% dari laba bersih atau Rp8,85 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan.
Kalau target kita sih sebenarnya tahun ini tapi kita belum tahu yang mau yang mau kita akuisisi," ujarnya di Hotel Shangrila, Selasa (20/3/2018).
Baiquni mengatakan, BNI tidak spesifik kepada Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I atau II sebagai calon yang bakal diakuisisi. Terpenting, bank tersebut bisa melengkapi fokus bisnis perseroan.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dikabarkan akan mengakuisisi bank untuk meningkatkan bisnis perseroan. Bank plat merah itu masih menyeleksi bank yang bakal dipinang.
Direktur Utama BNI Ahmad Baiquni mengatakan, akuisisi ditargetkan dapat terealisasi tahun ini. Sebab, proses akuisisi membutuhkan proses yang cukup panjang juga harus mengantongi izin dari persetujuan pemegang saham melalui RUPS.
BNI Jajaki Sejumlah Bank untuk Diakuisisi | PT Rifan Financindo Berjangka
Sementara itu, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto mengatakan pengakuisisian bank merupakan langkah yang efektif untuk industri perbankan. Sebab, pembentukan holding BUMN keuangan dinilai tidak efektif karena hanya menggabungkan beberapa perusahaan supaya asetnya besar dan mudah dikendalikan pemerintah.
"Konsepnya (holding) sebenernya menggabungkan berbagai macam usaha dan likuiditas supaya lebih fokus. Tetapi untuk sektor keuangan, saya rasa pasti akan menghadapi persoalan. Karena sektor keuangan itu akan mengapresiasi atau bereaksi pada pengakuisisian ataupun merger," ucap Eko.
Hal tersebut dikarenakan industri perbankan sekarang masih mengalami banyak permasalahan meski labanya masih tinggi. Permasalahannya adalah laju kreditnya melambat karena memang lesu dan tidak tumbuh sesuai ekspektasi.
Untuk itu, lebih tepat jika dilakukan merger atau akuisisi supaya sektor perbankan memiliki modal yang lebih besar dan lebih kuat, sehingga akan memberikan biaya intermediasi yang lebih efisien.
Mudah-mudahan saja kalau itu bisa kenapa tidak, kan itu perlu waktu. Tapi kita belum tahu yang mau kita akusisi," ujarnya.
Ia juga tidak menargetkan skala bank yang akan diakuisisi karena mengutamakan bank yang bisa melengkapi fokus bisnis yang dijalani BNI sekarang. "Sebetulnya kita tidak spesifik BUKU I atau II," tuturnya.
Pada awal tahun kemarin, ia menyebutkan telah mengalokasikan dana sebesar Rp3 triliun untuk akuisisi ini. Dana ini juga akan disalurkan untuk penyertaan modal ke anak usaha
"Sekitar Rp3 triliun untuk penyertaan akuisisi bank dan anak usaha juga, kita belum tahu targetnya yang mana ya. Tahun kemarin kita siapkan Rp3 triliun ternyata tidak terpakai semua ya, Rp1,3 triliun yang terpakai," kata dia.
Kalau melakukan itu butuh waktunya cukup panjang karena kita harus minta persetujuan pemegang saham lalu mengadakan RUPS pemegang saham itu kan perlu waktu sementara semester satu tinggal beberapa bulan," kata dia setelah RUPS di Hotel Shangrila, Jakarta, Selasa (20/3/2018).
Meski demikian, ia mengharapkan akuisisi tersebut bisa terealisasi pada tahun ini. Sebab, dengan akuisisi tentunya kemampuan BNI untuk meningkatkan kredit sindikasi akan semakin besar.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk tengah menjajaki beberapa bank yang fokus bisnisnya berbeda dengan perseroan untuk diakuisisi. Namun, sampai saat ini belum ditentukan satu pilihan karena masih harus meminta persetujuan dari para pemegang saham.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, kandidat bank yang akan diakuisisi memang tidak banyak. Tapi, ia belum bisa memastikan kapan akan menentukan pilihan.
BNI Bagi Dividen Rp4,76 Triliun | PT Rifan Financindo Berjangka
Kualitas intermediasi perbankan BNI terlihat ekspansif, terindikasi dari target rasio kredit terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) yang sebesar 88-92 persen atau nyaris mendekati batas maksimum LDR yang ditentukan Bank Indonesia 80-92 persen.
Sedangkan, tingkat profitabilitas BNI, terlihat dari target keuntungan dari aset (return on asset/RoA) yang sebesar 2,6-2,8 persen dan keuntungan dari equitas (return on equity/RoE) yang sebesar 16-17 persen di 2018.
Sepanjang 2017, BNI mencatat laba bersih konsolidasi sebesar Rp13,62 triliun atau tumbuh 20,1 persen dibandingkan Rp11,34 triliun pada 2016.
Direktur Kepatuhan Bank BNI Imam Budi Sarjito mengatakan penerbitan tersebut bertujuan untuk memperkuat permodalan perseroan. BNI membutuhkan modal yang kuat untuk mengejar target pertumbuhan kredit sebesar 13-16 persen pada 2018. Selain target pertumbuhan kredit 13-16 persen, perbankan yang banyak mengandalkan bisnis pengelolaan dana pegawai (payroll) itu juga menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 13-15 persen.
Kemudian, pertumbuhan kualitas kredit dijaga BNI dengan menurunkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) ke 2,3-2,5 persen dengan biaya pencadangan (coverage ratio) menjadi sebesar 150-155 persen.
Dalam rapat ini juga perseroan menetapkan rencana aksi perseroan (recovery plan) sebagai bank sistemik. Hal ini sesuai permintaan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Peraturan OJK (POJK) Nomor 14/POJK.03/ 2017 tentang Rencana Aksi (Recovery Plan) bagi Bank Sistemik.
Dari rencana itu, BNI memutuskan akan menerbitkan surat utang subordinasi pada 2018. Namun, Baiquni belum merinci nilai emisi dari surat utang tersebut.
PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk (BNI) membagikan 35 persen dividen atau senilai Rp4,76 triliun dari laba periode 2017 sebesar Rp13,6 triliun.
Direktur Utama Bank BNI Achmad Baiquni dalam rapat umum pemegang saham tahunan di Jakarta, Selasa (20/3/2018) mengatakan, nilai tersebut terdiri atas 25 persen atau Rp3,4 triliun digunakan sebagai dividen dan 10 persen atau Rp1,36 triliun ditetapkan sebagai dividen spesial."Sedangkan sebesar 65 persen atau Rp8,85 triliun ditetapkan sebagai laba ditahan," ujarnya.