Laba bersih PT Astra Internasional Tbk. meningkat sebanyak 25 persen | PT Rifan Financindo Berjangka
Adapun dari sektor Jasa Keuangan peningkatannya menjadi 300 kali lipat dari Rp 789 miliar pada 2016 menjadi Rp 3,8 triliun pada tahun 2017. Hal ini, kata Prijono, sebagai dampak kembalinya profitabilitas dari Bank Permata serta kenaikan kontribusi PT Astra Sedaya Finance (SAF), PT Federal International Finance (FIF) dan PT Asuransi Astra Buana (AAB).
Secara lebih rinci, laba bersih Astra Internasional berasal dari otomotif sebanyak Rp 8,9 triliun, sektor jasa keuangan Rp 3,7 triliun, sedangkan dari sektor alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi laba bersih yang berhasil disumbang mencapai Rp 4,4 triliun. Untuk sektor agribisnis laba bersih yang disumbangkan mencapai Rp 1,6 triliun, untuk sektor properti menyumbangkan sebanyak Rp 223 miliar pada 2017.
Menurut Prijono, penurunan pada sektor otomotif akibat merosotnya penjualan mobil dan juga tekanan diskon yang muncul dari meningkatnya persaingan. “Penjualan mobil Astra menurun sebesar 2 persen menjadi 579 ribu unit dengan pangsa pasar turun dari 55 persen menjadi 54 persen,” kata Prijono.
Prijono juga mengatakan nilai kas bersih PT Astra tercatat mengalami penurunan dari Rp 6,2 triliun pada 2016 menjadi Rp 2,7 triliun pada akhir 2017. Menurut Prijono penurunan tersebut dikarenakan adanya investasi baru yang tengah dilakukan oleh PT Astra seperti pada jalan tol, properti dan juga pembangkit tenaga listrik. Akibatnya hutang Perseoran juga tercatat mengalami peningkatan dari Rp 7,1 triliun pada 2016 menjadi Rp 9,2 triliun pada 2017.
Prijono juga mengatakan persentase kenaikan laba bersih Grup Astra paling banyak disumbang oleh segmen bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, jasa keuangan dan juga properti. Untuk segmen bisnis otomotif Grup Astra mengalami penurunan sebesar 3 persen.
Laba bersih PT Astra Internasional Tbk. meningkat sebanyak 25 persen atau Rp 18,9 triliun sepanjang 2017. Presiden Direktur PT Astra Internasional, Prijono Sugiarto mengatakan jumlah itu meningkat dibandingkan tahun 2016 yang hanya membukukan laba bersih sebanyak Rp 15,2 triliun.
“Secara keseluruhan kinerja yang baik pada 2017 didukung oleh membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas. Meskipun demikian, persaingan di pasar mobil akan terus meningkat,” kata Prijono dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Selasa, 27 Februari 2018.
Astra International berencana bagikan dividen final Rp 122 per saham | PT Rifan Financindo Berjangka
Dengan perolehan laba tersebut, ASII berencana membagikan dividen final sebesar Rp 122 per saham. Rencana tersebut akan diusulkan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada April 2018. Besaran dividen tersebut lebih besar dibandingkan dividen tahun 2016 senilai Rp 113 per saham.
Usulan dividen final tersebut, bersamaan dengan dividen interim Rp 55 per saham yang dibagikan pada tahun lalu. Sehingga, total dividen 2017 yang dibagikan menjadi Rp 177 per saham. Sedangkan, total dividen pada 2016 sebesar Rp 168 per saham.
Pembagian dividen final tersebut didasari pertimbangan meningkatnya utang pada level perusahaan induk dan rencana investasi di masa mendatang.
Prijono Sugiarto, Direktur Utama ASII menyatakan, setelah mencetak kinerja keseluruhan yang baik pada tahun lalu, Grup Astra diharapkan dapat terus diuntungkan dengan membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas. “Meskipun persaingan di pasar mobil akan terus meningkat,” terang Prijono dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Selasa (27/2).
Dengan pencapaian keuntungan tersebut, maka laba bersih per saham ASII meningkat 24,59% menjadi Rp 466 per saham dari sebelumnya Rp 374. Harga komoditas yang naik secara berkelanjutan menguntungkan bisnis alat berat dan pertambangan serta agribisnis. Anak usaha, PT Bank Permata Tbk (BNLI) juga kembali mencatatkan laba.
Pada 2017, ASII mencatatkan pendapatan Rp 206,06 triliun, tumbuh 13,79% dibandingkan pendapatan tahun 2016 sebesar Rp 181,08 triliun. Seiring dengan kenaikan pendapatan, ASII juga mencatatkan peningkatan beban pokok pendapatan menjadi Rp 163,69 triliundari sebelumnya Rp 144,65 triliun. Sehingga, laba bruto pada tahun lalu senilai Rp 42,37 triliun.
PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba bersih tahun 2017 sebesar Rp 18,88 triliun. Pencapaian tersebut, naik 24,58% dibandingkan laba bersih tahun 2016 sebesar Rp 15,16 triliun.
Ekonomi Membaik, Laba Bersih Grup Astra Capai Rp18,9 Triliun | PT Rifan Financindo Berjangka
Nilai kas bersih, di luar Grup Jasa Keuangan, mencapai Rp 2,7 triliun pada akhir tahun 2017 dibandingkan nilai kas bersih pada akhir tahun 2016 sebesar Rp 6,2 triliun. Penurunan ini terutamanya disebabkan oleh investasi baru yang dilakukan sepanjang tahun pada jalan tol, properti serta pembangkit tenaga listrik.
Sejalan dengan hal tersebut, utang bersih Astra International mencapai Rp9,2 triliun pada akhir tahun 2017, meningkat dibandingkan pada akhir tahun 2016 sebesar Rp 7,1 triliun. Anak perusahaan Grup Jasa Keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp 46,1 triliun pada akhir tahun 2017, dibandingkan dengan Rp 47,7 triliun pada akhir tahun 2016.
Terkait prospek bisnis di tahun 2018, Prijono mengungkapkan, “Grup Astra diharapkan dapat terus diuntungkan dari membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas, meskipun persaingan di pasar mobil akan terus meningkat.”
Selain itu, keuntungan yang lebih tinggi dari bisnis alat berat dan pertambangan meningkat 47% menjadi Rp4,5 triliun yang disebabkan naiknya harga komoditas secara berkelanjutan. Ini juga berdampak positif terhadap kinerja usaha divisi agribisnis dengan laba bersih Rp 1,6 trilliun.
Namun, kontribusi dari bisnis otomotif menurun akibat meningkatnya persaingan di pasar mobil, yang secara keseluruhan tidak menunjukkan pertumbuhan. Kinerja operasional bisnis sepeda motor cukup stabil di tengah menurunnya pasar motor secara total. Adapun laba bersih dari divisi otomotif Astra menurun 3% menjadi Rp 8,9 triliun.
“Setelah mencetak kinerja keseluruhan yang baik pada tahun 2017, Grup Astra diharapkan dapat terus diuntungkan dari membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas, meskipun persaingan di pasar mobil akan terus meningkat,” kata Prijono Sugiarto, Presiden Direktur PT Astra International Tbk dalam keterangan tertulisnya di Jakarta (27/2/2018).
Kinerja Grup Astra mendapatkan keuntungan signifikan dari kembalinya profitabilitas PT Bank Permata Tbk (Bank Permata) yang berdampak pada peningkatan laba bersih Divisi Jasa Keuangan menjadi Rp3,8 triliun dari sebelumnya Rp 789 miliar.
PT Astra International Tbk sepanjang 2017 mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 206,1 triliun atau tumbuh 14% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara laba bersih Grup Astra meningkat 25% menjadi Rp 18,9 triliun dibandingkan tahun 2016.