Sofyan Basir meminta Presiden Joko Widodo agar harga batu bara | PT Rifan Financindo Berjangka
Perhitungan tersebut merespons rencana pemerintah yang akan menyesuaikan formula perhitungan tarif listrik yang turut memperhitungkan harga batu bara yang tengah menanjak saat inik, sehingga berpotensi mengerek tarif listrik yang harus dibayarkan masyarakat.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, suntikan anggaran tambahan untuk PLN ini perlu diberikan agar sekalipun ada penyesuaian tarif listrik, tarifnya tidak membebani masyarakat dan juga tak membebani PLN untuk menutup selisih tarif keekonomian dengan tarif listrik yang dibayarkan masyarakat.
"Solusinya memang ambil dari pos belanja lain. Salah satunya dari anggaran infrastruktur harus sedikit direm, di mana belanja infrastruktur mencapai Rp400 triliun (pada APBN)," ujar Bhima kepada CNNIndonesia.com, Senin (29/1).
“Presiden bilang batu bara milik negara. Batu bara harus dengan harga ekonomi yang cukup agar tarif bisa dipertahankan dengan baik,” ucapnya.
Sebelumnya, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengestimasi, pemerintah perlu menambah suntikan anggaran ke PLN sekitar Rp20 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) agar tarif listrik tidak naik.
Ia menyadari pemerintah telah memutuskan tidak akan menaikkan tarif listrik. Padahal 60 persen bahan baku PLN adalah batu bara.
Sofyan menjelaskan, PLN akan terbebani apabila tarif listrik tidak naik tetapi harga batu bara terus melonjak. Menteri ESDM Ignasius Jonan disebut siap mendukung jika direalisasikan Februari ini.
Sofyan menjelaskan, harga batu bara diharapkan dapat lebih rendah demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini, dinilai mempengaruhi produksi listrik dengan tarif terjangkau bagi masyarakat.
Masalah batu bara, mudah-mudahan harganya (diatur) juga. Pak Jonan sudah komitmen menurunkan harga DMO. Semoga bisa diturunkan,” kata Sofyan di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (1/2).
Harga batu bara saat ini mulai mendekati US$100 per metrik ton. PLN menginginkan harga sekitar US$60 per metrik ton.
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, Sofyan Basir meminta Presiden Joko Widodo agar harga batu bara dalam negeri (Domestic Market Obligation /DMO) tidak seperti harga pasar. Hal itu disampaikan saat bertemu dan melapor kepada Presiden Jokowi pagi tadi di Istana Merdeka.
Dirut PLN Pastikan Tarif Listrik Tak Naik jika Harga Batubara Turun | PT Rifan Financindo Berjangka
"Untuk apa tarif listrik naik, keuntungan kami bisa cukup kalau batubara harganya turun," kata Sofyan.
Selain dapat mempertahankan tarif listrik, menurut Sofyan, harga batubara yang terjangkau juga membuat perseroan dapat menghemat pengeluaran.
Dengan begitu, PLN dapat melakukan investasi untuk menambah elektrifikasi, khususnya di wilayah timur Indonesia, seperti Papua, NTT, dan Maluku.
Menurut Sofyan, Presiden Jokowi juga mendukung dan menginginkan harga batubara untuk pasar domestik, khususnya untuk keperluan PLN, dapat diturunkan.
Dengan begitu, PLN dapat menjaga tarif dasar listrik tidak mengalami kenaikan.
Sofyan berharap Presiden dapat memberikan solusi dan menurunkan harga batubara dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) menjadi 60 dollar AS per metrik ton.
Hal ini membuat PLN kesulitan dalam hal keuangan, apalagi tarif listrik tidak mengalami kenaikan.
"Kalau batubara naik terus, susah PLN-nya," kata Sofyan.
Sofyan mengatakan, bahan baku PLN dalam menghasilkan listrik 60 persen berasal dari batubara.
Namun, saat ini harga batubara di dalam negeri mendekati 100 dollar AS per metrik ton.
Hal ini disampaikan Sofyan saat menghadap Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Kamis (1/2/2018).
"Saya bilang, (tarif listrik) tidak perlu naik, Pak, kalau harga batubara bisa turun kembali. Yang penting kepentingan rakyat," kata Sofyan Basir kepada wartawan seusai pertemuan.
Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir memastikan tarif listrik tidak akan mengalami kenaikan dalam waktu dekat.
Namun, ia juga berharap, harga batubara sebagai bahan baku utama PLN juga bisa diturunkan.
Dirut PLN Lapor ke Jokowi soal Mahalnya Harga Batu Bara | PT Rifan Financindo Berjangka
Sofyan menambahkan, telah naiknya harga batu bara yang mencapai 50% dari sebelumnya sudah berlangsung selama satu tahun ke belakang. Alahasil, keuangan PLN telah mengalami kesulitan agar tarif listrik tidak mengalami kenaikan.
"Kebutuhan (batu bara) hanya 80 juta sampai 90 juta ton, produksi dalam negeri mencapai 470 juta ton, jadi tidak ganggu (produksi nasional)," imbuhnya.
Sofyan menuturkan, pemerintah akan dapat mempertahankan tarif listrik bila harga batu bara yang terjangkau. Selain itu, perseroan juga dapat menghemat pengeluaran dan akhirnya dapat melakukan investasi untuk menambah elsktrifikasi, khususnya di wilayah Timur Indonesia.
"Presiden titip untuk segera menyelesaikan desa-desa yang belum selesai dan dalam tahun ini, Papua diminta diselesaikan dengan cepat, juga NTT dan Maluku," papar Sofyan.
Dia menjelaskan, bahwa Presiden Jokowi telah mendukung dan menginginkan harga batu bara untuk pasar domestik, khususnya untuk keperluan PLN agar dapat diturunkan untuk menjaga tarif dasar listrik tidak mengalami kenaikan.
"Presiden bilang batu bara inikan milik negara jadi kepentingan bangsa nomor 1, ya batu baranya harus dengan harga keekonomian yang cukup, agar tarif (listrik) bisa dipertahankan dengan baik," terangnya.
"Bahan baku PLN, 60% batu bara, Pak Jonan (Menteri ESDM) sudah komit untuk menurunkan harga baru bara DMO, mudah-mudahan bisa diturunkan, baik jumlah kualitas dan harga pada Februari ini (2018)," ujar Sofyan di komplek Istana Negara, Jakarta, Kamis (1/2/2018).
Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyampaikan mahalnya harga batu bara di dalam negeri. Saat ini harga batu bara tersebut telah mendekati USD100 per metrik ton.
Sofyan berharap Kepala Negara dapat memberikan solusi guna menurunkan harga batu bara untuk kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) menjadi USD60 per metrik ton.