Harga beras medium di pasaran masih belum menunjukkan penurunan signifikan | PT Rifan Financindo Berjangka
Pemerintah menurutnya hanya akan mengimpor 281.000 ton. Pasalnya Pakistan yang mulanya digadang-gadang akan ikut mengekspor beras, mundur karena khawatir beras tidak sampai tepat waktu. Masing-masing negara yang mengimpor yakni Vietnam melalui Vinafood Northern 70.000 ton, Vinafood Southern 71.000 ton. Kemudian tiga penyalur dari Thailand masing-masing 40.000 ton, dan India 20.000 ton
“Nampaknya Pakistan batal, tak yakin mereka bisa penuhi tenggat pengapalan,” kata dia kepada Bisnis, Senin (29/1).
Berdasarkan estimated time on Arrival diperkirakan kapal pertama akan tiba pada 11 Februari. Namun tidak disebutkan beras tersebut berasal dari negara mana. Adapun setelah tiba nantinya, beras hanya akan dimasukkan di gudang Bulog. Beras impor baru akan dikeluarkan setelah diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas.
Perusahaan pelat merah Badan Urusan Logistik (Bulog) sejak awal Januari juga telah menggelontorkan beras besar-besaran meski stok saat pekan pertama operasi pasar pada Januari sekitar 900.000 ton. Hingga kini diyakini stok terus menipis setelah Kementerian Perdagangan memperluas titik distribusi dan jumlah pengeluaran beras berkisar 13.000 – 15.000 per hari ke seluruh Indonesia.
Direktur Pengadaan Bulog Adrianto Wahyu Adi mengatakan pemerintah saat ini sedang melakukan proses importasi beras dari tiga negara yakni Vietnam, Thailand dan India. Para surveyor independen hingga kini masih melakukan proses pengumpulan dan pengecekan beras sesuai spesifikasi. Proses impor ini dibatasi pemerintah kepada Bulog hanya sampai 31 Februari untuk mencegah sebaran beras berlebihan di masa panen raya.
Beras jenis medium (IR) di pasar masih berada di angka rata-rata 11.335 per kg. Nilai beras saat ini jauh dari ketentuan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp9.450 per kilogram untuk Jawa, Lampung dan Sumatera Selatan. Angka tersebut meningkat sekitar 11,10% dibanding Desember 2017.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Pasar Induk Besar Cipinang (PIBC), harga beras medium varietas IR-64 II seharga Rp11.575 per kg pada 29 Januari. Angka ini naik Rp475 dibanding pada 1 Januari. Harga juga sempat mengalami kenaikan drastis hingga Rp12.075 per kg pada 25 – 26 Januari.
Dari pengamatannya, untuk harga beras beras medium di pasar grosir PIBC naik hampir 30%, sedangkan beras premium hampir 20% sejak 1 Juli 2017 ke 24 Januari 2018.
Terkait dengan impor, dia mengemukakan perlu waktu untuk merealisasikannya. Sementara itu, ujarnya, meningat sejumlah wilayah sudah panen, harga gabah berpotensi bisa kembali turun, meski saat ini masih berada di harga Rp5.500-Rp6.000 per kg.
Seperti diketahui, harga beras medium di pasaran masih belum menunjukkan penurunan signifikan menjelang Januari 2018 berakhir.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) mengatakan meski telah terjadi panen di sejumlah tempat di Jawa, namun diperkirakan masih butuh waktu untuk melakukan pengeringan dan penggilan serta distribusi minimal dalam dua pekan ini.
Perlunya waktu untuk akhirnya bisa sampai ke pasar, yang menyebabkan beras medium dalam waktu dekat belum akan bisa ditekan.
“Sampai Maret [saya perkirakan] harga [beras] stabil tinggi,” kata Dwi kepada Bisnis.
Penurunan Harga Beras di Jawa Tengah Belum Merata | PT Rifan Financindo Berjangka
Di Cilacap, harga beras medium masih berkisar Rp10.450-11.200/kg. "Tapi di daerah seperti Solo, Semarang, dan Demak, harga mulai berangsur normal sesuai dengan HET," bebernya.
Djoni menegaskan, operasi pasar akan tetap terus dilakukan hingga harga beras kembali normal di 35 kabupaten/kota di Jateng. "Bulog Divre Jateng sampai akhir Januari sudah mendistribusikan 25.000 ton beras. Kami terus berupaya agar beras kembali stabil," tandasnya.
Senada, Sekretaris Disperindag Jateng Ratna Kawuri mengungkapkan bahwa saat ini harga beras di sejumlah kabupaten/kota di Jateng sudah mulai turun, kecuali Banyumas. "Turunnya berkisar antara Rp200/kg hingga Rp300/kg," sebutnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Divre Bulog Jawa Tengah Djoni Nur Ashari mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan operasi pasar. Upaya itu diyakini mampu mengendalikan harga beras. "Kami berharap harga beras bisa turun sampai mendekati Rp9.450/kg," ujarnya.
Namun diakuinya, jika pendistribusian beras memang masih belum merata. Akibatnya, di beberapa daerah, khususnya bagian selatan Jawa Tengah, harga beras masih cukup tinggi. "Ada beberapa daerah Jateng harga berasnya masih tinggi seperti di Kabupaten Banyumas, Purwokerto serta Cilacap," sebutnya.
"Pemerintah menyampaikan kalau harga beras medium Rp9.450/kg sedangkan harga premium Rp12.800/kg. Namun faktanya, harga beras sekarang mencapai Rp14.000/kg di pasar. Kenapa ini bisa terjadi, ya harus dicari penyebabnya," tegas Akshin Makruf saat berbicara dalam Diskusi Prime Topic MNC Trjaya FM Semarang bertema Turunkan Harga Beras, di Hotel Grasia Semarang, Senin (29/1/2018).
Menurutnya, harga beras yang masih tinggi telah memunculkan kecurigaan. Karena, jika stok mencukupi, harga beras seharusnya sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET).Meski pemerintah sudah melakukan berbagai cara untuk menstabilkan harga beras, sambung dia, upaya tersebut belum juga menampakkan hasil.
Anggota Komisi B DPRD Jateng Akshin Makruf meminta pemerintah segera mengupayakan agar harga beras di wilayah Jawa Tengah (Jateng) kembali turun dan terjangkau untuk rakyat.
Petani Tidak Nikmati Kenaikan Harga Beras | PT Rifan Financindo Berjangka
"Ini kebijakan yang saya rasa keliru dan tidak berpihak kepada petani," imbuh politisi PPP tersebut. Harga beras yang tiba-tiba melonjak perlu dicurigai. Apakah ada pemain-pemain yang mengendalikan harga. "Satgas pangan harus bertindak cepat, bertindak menelisik apakah ada pemain-pemain beras yang mengakibatkan beras di pasaran tidak ada," ucap Zaenut.
Pemerintah tidak dilarang mengimpor beras, asal beras di pasaran sudah tidak ada lagi sehingga harga tetap stabil. Zanut menuturkan, kenaikan harga beras akhir-akhir ini tidak berpengaruh bagi petani. "Petani tidak menikmati keuntungan apa-apa, yang menikmati keuntungan justru para tengkulak," ujarnya.
nggota DPR dari Fraksi Persatuan Pembangunan atau FPP, Drs H Zaenut Tauid Saadi MSi mengkritisi pemerintah terkait dengan impor beras yang akan dilakukan, sedangkan di sisi lain ada surplus beras. "Ini terjadi karena data di Kementerian Perdagangan dan Pertanian berbeda,” ujar pria kelahiran Jepara, pada Minggu, 28 Januari 2018, usai menghadiri Harlah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ke-45 di Dukuh Karangasem, Desa Galuh Timur, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes.
Anggota DPR dari Daerah Pemilihan (Dapil) IX Jawa Tengah tersebut menambahkan, sudah semestinya satu sama lain harus mendukung dan duduk bersama. Kalau menteri pertanian bilang beras cukup, seharusnya menteri perdagangan tidak melakukan impor beras. Apalagi, lanjut Zaenut, impor beras yang dilakukan berbarengan dengan panen raya justru akan menjatuhkan harga gabah di tingkat petani.