IHSG bergerak ke zona negatif pada transaksi Selasa | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC
Menurut analis Daewoo Securities, Dang Maulida, IHSG akan bergerak di kisaran 5.250-5.325 pada hari ini menyusul aksi jual di kawasan regional pada Jumat (9/9) dan penutupan di sejumlah pasar saham utama Asia karena perayaan Idul Adha.
Ada 141 saham yang bergerak turun. Sementara, ada 61 saham yang naik dan 63 saham diam di tempat. Volume transaksi perdagangan pagi ini melibatkan 578,217 saham dengan nilai transaksi Rp 734,428 miliar.
Sementara itu, delapan sektor anjlok. Tiga sektor dengan penurunan terbesar di antaranya: sektor industri lain-lain turun 1,66%, sektor pertambangan turun 1,37%, dan sektor konstruksi turun 0,54%.
Sedangkan di posisi top gainers indeks LQ 45, terdapat saham-saham: PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) naik 1,44% menjadi Rp 1.055, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) naik 1,4% menjadi Rp 3.620, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) naik 1,33% menjadi Rp 9.550.
Saham-saham indeks LQ 45 yang berada di posisi top losers pagi ini yaitu: PT Global Mediacom Tbk (BMTR) turun 3,31% menjadi 875, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 2,48% menjadi Rp 9.875, dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 2,36% menjadi Rp 1.240.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak ke zona negatif pada transaksi Selasa (13/9) pagi. Data RTI menunjukkan, pada pukul 09.16 WIB, IHSG turun 0,46% menjadi 5.257,08.
Penurunan indeks dipicu oleh aksi jual investor asing atas saham-saham Indonesia. Sekadar informasi, pagi ini, nilai penjualan bersih (net sell) asing di seluruh market mencapai Rp 66,5 miliar. Sedangkan di pasar reguler, net sell asing mencapai Rp 66,5 miliar.
Asia positif
Dalam pidato yang disampaikan Senin (12/9) kemarin, Brainard mengatakan, meski perekonomian AS terus bergerak ke sisi positif, namun akan lebih bijaksana jika bank sentral terus memperlonggar kebijakan moneter.
Pergerakan IHSG berlawanan arah dengan langkah bursa Asia dan global yang positif. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.06 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,5% menjadi 138,37.
Adapun indeks Kospi Korea Selatan naik 0,84%.
Kenaikan bursa Asia terkerek pernyataan dovish dari salah seorang petinggi The Federal Reserve, yakni Lael Brainard, yang notabene memiliki hak suara dalam The Fed.
Pergerakan positif bursa regional menyusul rebound yang terjadi di bursa AS. Sekadar mengingatkan, indeks Standard & Poor's 500 ditutup dengan kenaikan 1,5%.
Sementara, berdasarkan data CNBC, indeks Topix naik 0,5% dan indeks Nikkei 225 Stock Average naik 0,66%. Sedangkan indeks ASX 200 Australia naik 1% setelah anjlok 2,24% pada transaksi Senin kemarin.
IHSG Dibuka Memerah Usai Libur Panjang, Bursa Asia Membaik | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang mendapatkan tambahan sebesar 0,5%. Sedangkan indeks Nikkei Jepang menguat sebesar 10,52 poin atau setara dengan 0,06% ke level 16.683,44. Kenaikan juga dialami indeks Kospi, Korea Selatan sebesar 9,27 poin atau 0,47% ke posisi 2.000,75 mengiringi saham Australia yang melompat 0,7%.
Di sisi lain pada pasar saham di daratan China terlihat variatif saat indeks Hang Seng bertambah 189,71 poin atau 0,81% ke level 23.480,31. Saat indeks Shanghai justru melemah 0,13% ke level 3.018,17. Pelemahan juga terjadi pada Straight Times yang turun 29,64 poin atau 1,03%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan hari ini berada pada zona merah, usai libur panjang Idul Adha. Bursa saham Tanah Air dibuka melemah 39,57 poin atau 0,75% ke level 5.242,34 pada saat bursa utama Asia membaik.
Sementara pada perdagangan akhir pekan kemarin, IHSG ditutup melemah 89,16 poin atau 1,66% ke level 5.281,92 di tengah mayoritas bursa saham Asia melemah. Pada hari ini seperti dilansir Reuters (13/9/2016) pasar saham Asia naik setelah komentar dovish pejabat The Fed menurunkan spekulasi seputar kenaikan suku bunga acuan AS pada September.
Adapun nilai transaksi di bursa Indonesia tercatat sebesar Rp859 miliar dengan 846 juta saham diperdagangkan dan transaksi bersih asing minus Rp69,8 miliar dengan aksi jual asing mencapai Rp285,0 miliar dan aksi beli sebesar Rp215,1 miliar. Tercatat 69 saham menguat, 148 saham melemah dan 66 saham stagnan.
Saham-saham yang menguat di antaranya PT. Matahari Department Store Tbk. (LPPF) bertambah Rp100 menjadi Rp18.175, PT Surya Toto Indonesia Tbk. (TOTO) meningkat Rp75 menjadi Rp6.100 dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) meningkat Rp60 menjadi Rp3.740.
Sedangkan saham-saham yang melemah di antaranya PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) berkurang Rp875 menjadi Rp60.250, PT Astra International Tbk. (ASII) menyusut Rp175 menjadi Rp8.050 serta PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) turun Rp80 menjadi Rp900.
Sektor saham di dalam negeri pada hari ini hampir semuanya berada di jalur negatif. Di mana sektor dengan pelemahan terdalam adalah aneka industri yang anjlok 2,69%. Perdagangan menjadi sektor satu-satunya yang menguat sebesar 0,04%.
Pasar Tunggu Rapat The Fed | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC
Apabila realisasi tax amnesty sesuai ekspektasi, hal itu bakal mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan data global selain dari The Fed AS, lanjut dia, relatif belum ada yang penting.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, pada perdagangan pekan ini, IHSG diperkirakan berada pada rentang support 5.250-5.267 dan resisten 5.345-5.415.
Analis PT Daewoo Securities Indonesia Tasrul mengatakan, Jumat pekan lalu, IHSG ditutup terkoreksi ke level 5.281,92 atau minus 1,66%. Saham-saham yang menjadi penahan IHSG adalah PGAS, SMGR, LPPF, EMTK, dan TPIA, sedangkan yang menjadi penekan antara lain HMSP dan UNVR.
"Dari hasil optimalisasi indikator Money Flow Index (MFI) dan indikator W%R, saat ini, sudah berada sekitar support trendline dengan volume transaksi masih sekitar rata-rata. Dengan demikian, diperkirakan potensi koreksi IHSG makin terbatas dengan kecenderungan menguat. Trading range IHSG untuk hari Selasa (13/9) antara level 5.271-5.355," papar Tasrul di Jakarta, akhir pekan lalu.
Pelaku pasar diperkirakan masih menunggu hasil rapat The Fed pada 20 September nanti, yang bisa memberikan arah rencana penaikan suku bunga acuan bank sentral AS tersebut. Sedangkan faktor dalam negeri yang memengaruhi pergerakan IHSG di pasar saham pekan ini antara lain realisasi tax amnesty.
Hingga 12 September 2016 pukul 21.15 WIB, uang tebusan hasil tax amnesty (pengampunan pajak) sekitar Rp 8,93 triliun, naik Rp 5,81 triliun dibanding posisi akhir Agustus lalu. Sedangkan jumlah total harta bersih yang direpatriasi maupun yang hanya dideklarasi sebanyak Rp 388,46 triliun, naik Rp 239,50 triliun dari posisi akhir Agustus lalu.
"Realisasi kebijakan tax amnesty akan ikut berpengaruh terhadap pergerakan pasar saham. Sementara itu, data inventory minyak, inflasi, manufaktur, dan tingkat tenaga kerja di Amerika Serikat yang bakal dirilis kemungkinan menarik. Meskipun beberapa data ekonomi AS diperkirakan membaik, tetapi tidak signifikan. Kami memperkirakan peluang kenaikan suku bunga The Fed pada bulan ini cenderung kecil,” ujar analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee di Jakarta, Senin (12/9).
Mencoba Rebound
Pekan ini, dia memperkirakan IHSG bakal menguji level support pada 5.250-5.496 dan resistance pada 5.300-5.350. Level harian IHSG diperkirakan berada pada support 5.250-5.396, apabila indeks melemah kemungkinan penurunannya dapat menguji level 5.220.
Bursa AS Hijau
Sementara itu, laju bursa saham AS mengawali perdagangan pekan ini berada di zona hijau. Indeks Dow Jones Industrial Average, pada perdagangan Senin (12/9) hingga pukul 10.32 waktu setempat, naik 0,31% ke level 18.141,09. Melemahnya laju dolar AS seiring respons pelemahan sejumlah data ekonomi AS memberikan kesempatan bagi The Fed untuk tidak menaikkan suku bunganya dan hal tersebut direspons positif oleh pelaku pasar.
Reza menilai, data global, terutama dari AS akan kembali dicermati pelaku pasar terkait potensi kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed). "Kami perkirakan laju IHSG kembali cenderung bergerak variatif flat, meski juga akan kembali mencoba rebound memanfaatkan pelemahan sebelumnya. Investor tetap perlu mewaspadai potensi pelemahan yang masih ada,” ungkap dia.
Sementara itu, Hans Kwee memperkirakan, IHSG pekan ini masih mengalami konsolidasi. Dia menilai, sejumlah faktor yang akan memengaruhi pasar pekan ini tidak ada yang signifikan.
"Setelah minggu lalu menembus level support, kemungkinan besar indeks masih terkonsolidasi cenderung melemah. Pasar Indonesia masih menunggu rapat The Fed pada 20 September nanti," imbuhnya.
Analis dari Briefing.com Patrick O'Hare mengatakan, tekanan terhadap kenaikan suku bunga The Fed sangat terasa pada Jumat pekan lalu. Kegelisahan melingkupi pasar. Indeks-indeks saham utama Eropa dan Asia turun lebih dari 1% setelah dua pejabat The Fed pada Jumat (9/9) waktu setempat mengindikasikan bahwa pihaknya bisa menaikkan federal funds rate (FFR) bulan ini. Pernyataan dua pejabat The Fed itu mengirimkan sinyal bahwa era dana murah segera berakhir.
Menurut Presiden The Fed Boston Eric Rosengren, suku bunga acuan perlu dinaikkan untuk mencegah perekonomian AS mengalami overheating. Sementara itu, Gubernur The Fed Daniel Tarullo yang kerap bernada dovish mengisyaratkan keterbukaannya pada kenaikan suku bunga tahun ini.
Analis Binaartha Parama Halimas Tansil menjelaskan, sampai saat ini, investor asing masih wait and see sehingga tidak agresif di pasar. Selama ini, pertumbuhan IHSG di BEI didorong aliran dana asing yang masuk cukup besar.
"Diam atau sedikit keluarnya dana asing membuat indeks cenderung melemah. IHSG kemungkinan masih melemah karena sudah break level support. Akan tetapi, trend IHSG sampai akhir tahun ini masih bergerak menuju level 5.530. Untuk saham-saham second liner masih bisa dikoleksi,” paparnya.
Dia menilai, investor asing masih menunggu peluang kenaikan suku bunga The Fed bulan ini, meski kemungkinannya kecil. Itulah sebabnya, lanjut dia, IHSG cenderung sideways dan melemah dalam waktu dekat.