Kerja Sama Untuk Menjaga Kestabilan Harga Minyak Sawit | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, keberdaan CPOCP diharap mampu mendorong perkembangan negara yang memproduksi minyak sawit. Bukan hanya sekedar memproduksi dan menjual sawit, negara yang masuk dalam CPOCP akan didorong untuk memiliki green economic zone di kawasan perkebunan sawit.
"CPOCP sudah pasti akan memberikan nilai tambah bagi Indonesia. Makanya kita akan dorong terus pembentukan dan berjalannya CPOCP," kata Airlangga di gedung DPR, Kamis (1/9).
Pemerintah telah menginisiasi pembentukan Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) awal 2016. CPOPC dibentuk dua negara antara Indonesia-Malaysia dengan tujuan mengendalikan harga minyak sawit global dan meningkatkan manfaat dari industri sawit.
Airlangga menjelaskan, melalui organisasi ini pemerintah Indonesia juga bakal bekerja sama saling tukar pemikiran sehingga minyak sawit yang dihasilkan bisa dikembangkan misalnya dalam penggunaan bakan bakar biodiesel dari minyak sawit. Sebagai kantor utama, CPOCP akan bertempat di Indonesia. Hal ini dilakukan karena Indonesia saat ini menjadi negara yang menghasilkan CPO paling besar.
Dia menambahkan, kerja sama untuk menjaga kestabilan harga minyak sawit sebenarnya telah dilakukan bersama, tapi melalui organisasi CPOCP kerja sama tersebut bakal lebih terorganisir.
Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, organisasi CPOCP akan berjalan mulai Januari 2017. Saat ini pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pihak Malaysia untuk menyiapkan sejumlah program unggulan untuk bisa dijalankan bersama. Mulai bulan Agustus hingga Desember kedua negara mulai memberikan masukan agar organisasi ini mampu memberikan manfaat melalui industri sawit
CPOCP rencananya akan dipimpin oleh orang Indonesia sebagai direktur eksekutf. Sedangkan di bawahnya akan ada beberapa orang yang membantu baik dari perwakilan Malaysia maupun Indonesia. Beberapa program diantaranya yakni standarisasi industri sawit mulai dari perkebunan sawit hingga kondisi pengolahannya. Ada juga program terkait pembinaan petani sawit yang diarahkan mendapat kesejahteraan setara.
"Kita juga kerja samakan mengenai manajemen stok pada minyak sawit sehingga harga yang dijual di pasaran bisa stabil. Meskipun ada fluktuasi perubahannya tidak terlalu cepat dan besar," ungkap Panggah.
Tahun Depan, Dewan Produsen Sawit Mulai Bekerja | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung
Tiga kawasan industri sawit di Indonesia dan Malaysia akan dipilih untuk tahap awal realisasi proyek palm oil economic zone tersebut. Di Indonesia sendiri, pemerintah telah menetapkan tiga kawasan, yakni kawasan industri di Dumai, Sei Mangke dan Kalimantan Timur. Setelah CPOPC berjalan, Panggah menambahkan, beberapa negara pengembang minyak sawit akan ikut bergabung, antara lain Brazil, Nigeria, Pantai Gading dan Thailand.
Council of Palm Oil Producer Countries (CPOPC) atau Dewan Produsen Sawit yang diinisiasi Indonesia dan Malaysia, sudah mulai beroperasi sejak 1 Januari 2017.
"Jadi kita membentuk organisasi untuk mendorong kemampuan minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO)," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis (1/8/2016).
Panggah menjelaskan, CPOPC akan membuat standarisasi operasional industri sawit mulai dari hulu atau kebun, hingga ke hilir atau proses pengolahan.
Selain itu, lanjut Panggah, CPOPC juga akan membina petani sawit dari kedua negara untuk meningkatkan kapasitas keahlian, melatih soal manajemen stok dan membentuk palm oil green economic zone. "Kemenperin nanti akan fokus untuk pembentukan palm oil economic zone ini. Menyangkut kriteria dan prinsipnya," ujar Panggah.
Menperin Airlangga menyampaikan hal tersebut usai melakukan kunjungan ke negeri jiran Malaysia pada Rabu (31/8/2016) guna membahas persiapan CPOPC.
Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto yang mendampingi Airlangga mengatakan, kedua negara produsen sawit terbesar dunia tersebut memformulasikan pengoperasian CPOPC yang rencananya memiliki sekretariat di Jakarta.
Perencanaan Kawasan Industri Jadi Agenda Pertama CPOPC | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung
CPOPC bertujuan untuk membentuk standar yang seragam dari seluruh produsen yang berada di kebun dan industri sawit yang berada di pabrik.
“Kedua terkait degan pembinaan petani sawit dan sistem manajemen stok,” tambahnya.
Dia mengatakan organisasti tersebut tidak akan berdampak pada harga komoditas CPO, tapi dengan adanya organisasi tersebut akan mendorong secara hilir fluktuasi harga agar tidak seperti di hulu.
Rencananya, organisasi tersebut akan mengadakan forum dialog yang akan dilaksanakan pada awal 2017 yang juga akan mengundang para penanam sawit di dunia.
Di saat yang sama, Menteri Perindustrian menekankan pada nilai tambah produk CPO terutama menjadi produk biofuel dan oleokimia guna mendorong green economic growth.
Pembentukan konsep tiga kawasan industri pada green economic zone akan menjadi agenda pertama bagi organisasi bilateral The Council of Palm Oil Producing Countries pada Januari 2017 antara Indonesia dan Malaysia.
Kawasan industri dalam negeri yang dimaksud adalah Dumai, Sei Mangkei, dan Kalimantan Timur.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan pertemuan yang dilakukan pada akhir Juli lalu mendiskusikan tentang formulasi kesekretariatan dari organisasi The Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).
“Ini adalah organisasi yang diinisiasi oleh Indonesia dan Malaysia karena 90% produksi CPO dari kedua negara itu. Kami mengusulkan tiga kawasan industri di Indonesia dan tiga lagi di Malaysia yang menjadi green economic zone,” ujarnya saat ditemui di kantor DPR, Kamis (1/9).
Kriteria dari kawasan industri untuk kawasan hijau tersebut diatur berdasarkan dari sustainable development goals (SDG) dari PBB.
Nantinya, keanggotaan akan bertambah dari sekitar 10 negara, antara lain Thailand, Brazil, dan Nigeria yang merupakan negara-negara penanam sawit.