PT Rifan Financindo - Kepala Analis PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada memprediksi USD yang mulai menguat memberikan sentimen negatif bagi gerak nilai tukar rupiah. Bahkan, pergerakan EUR yang berbalik melemah setelah merespons turunnya industrial production Italia dan minimnya sentimen memberikan imbas menguatnya USD.
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak melemah dengan rentang rentang support Rp13.126 per USD dan posisi resisten Rp13.092 per USD. Kembali berbalik menguatnya gerak dolar Amerika Serikat (USD) memberikan sentimen negatif bagi pergerakan nilai tukar rupiah yang kembali melanjutkan pelemahannya.
Reza mengatakan cukup stabilnya data klaim pengangguran mingguan di AS pada pekan lalu membuat USD kembali mengalami penguatan terhadap sejumlah mata uang global, termasuk nilai tukar rupiah. Stabilnya data ketenagakerjaan memberikan ruang bagi the Fed untuk menaikan suku bunganya.
"Apalagi jika kemungkinan inflasi bergerak lebih tinggi, tentu akan memperkuat kenaikan laju USD. Penguatan USD juga adanya sikap ambil posisi terhadap USD menjelang rilis data penjualan ritel, indeks harga produsen, dan tingkat keyakinan konsumen di AS," tegas Reza.
Hari ini, lanjut Reza, gerak nilai tukar rupiah masih terlihat minim sentimen positif sehingga masih terbuka akan adanya pelemahan lanjutan. Diharapkan rilis data-data dalam negeri dapat positif sehingga dapat menahan pelemahan lebih lanjut.
Rupiah Masih Cenderung Kembali Terkonsolidasi | Rifan Financindo
"Gerak rupiah pun diperkirakan masih cenderung kembali terkonsolidasi. Cermati sentimen yang ada dan waspadai pelemahan lanjutan," kata Reza, seperti dikutip dari riset hariannya, di Jakarta, Senin (15/8/2016).
Kendati demikian, secara umum sentimen positif domestik masih mendominasi sentimen negatif yang ada. Terakhir, defisit neraca transaksi berjalan di kuartal II-2016 yang diumumkan turun menambah alasan pemangkasan lanjutan suku bunga acuan ke depan dan memberi dampak terhadap pergerakan nilai tukar rupiah.
"Hari ini, nilai tukar rupiah berpeluang menguat melihat pelemahan dolar index serta penguatan harga minyak mentah," kata Analis Samuel Sekuritas Rangga Cipta, seperti dikutip dari riset hariannya, di Jakarta.
Rangga membenarkan bahwa defisit transaksi berjalan di kuartal II-2016 yang cukup tipis membuat tren penurunan suku bunga acuan bisa berlanjut. Tentu tren semacam ini dibutuhkan dalam rangka memberi stimulus terhadap pergerakan sektor riil dan nantinya berimbas kepada laju perekonomian secara nasional.
"Defisit transaksi berjalan menipis, tren turun suku bunga bisa berlanjut. Rupiah di perdagangan Jumat mengikuti sentimen penguatan dolar di Asia," kata Rangga.
Reza memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang support Rp13.126/USD serta resisten Rp13.092/USD dan vermati sentimen yang ada dan waspadai pelemahan lanjutan (jika ada). Sementara, kembali berbalik menguatnya laju USD memberikan sentimen negatif bagi pergerakan rupiah yang kembali melanjutkan pelemahannya.
Rupiah masih terlihat minim sentimen sehingga masih terbuka akan adanya pelemahan lanjutan. Diharapkan rilis data-data dalam negeri dapat positif sehingga dapat menahan pelemahan lebih lanjut.
"Laju rupiah pun diperkirakan masih cenderung kembali terkonsolidasi," ujar Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin (15/8/2016).
Stabilnya data ketenagakerjaan memberikan ruang bagi The Fed untuk menaikan suku bunganya. Apalagi jika kemungkinan inflasi bergerak lebih tinggi, tentu akan memperkuat laju kenaikan laju USD.
"Penguatan laju USD juga adanya sikap ambil posisi terhadap USD menjelang rilis data penjualan ritel, indeks harga produsen, dan tingkat keyakinan konsumen di AS," pungkasnya.
Pergerakan laju EUR yang berbalik melemah setelah merespon turunnya industrial production Italia dan minimnya sentimen memberikan imbas menguatnya laju USD. Cukup stabilnya data klaim pengangguran mingguan di AS membuat USD kembali mengalami penguatan terhadap sejumlah mata uang global, termasuk rupiah.
Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, rilis data-data dalam negeri yang akan dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diharapkan dapat positif sehingga dapat menahan pelemahan lebih lanjut.
Perdagangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terlihat masih minim sentimen positif sehingga masih terbuka akan adanya pelemahan lanjutan, meski pada penutupan kemarin menguat tipis di posisi Rp13.099 per dolar AS.
"Laju Rupiah pun diperkirakan masih cenderung kembali terkonsolidasi. Laju Rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp13.126 hingga Rp13.092. Cermati sentimen yang ada dan waspadai pelemahan lanjutan," ujarnya, Senin, 15 Agustus 2016.
Di samping itu, cukup stabilnya data klaim pengangguran mingguan di AS membuat dolar kembali mengalami penguatan terhadap sejumlah mata uang global, termasuk rupiah.
"Stabilnya data ketenagakerjaan memberikan ruang bagi The Fed untuk menaikan suku bunganya. Apalagi jika kemungkinan inflasi bergerak lebih tinggi, tentu akan memperkuat laju kenaikan laju dolar," ujarnya menambahkan.
Penguatan laju dolar, kata Reza, juga adanya sikap ambil posisi terhadap dolar menjelang rilis data penjualan ritel, indeks harga produsen, dan tingkat keyakinan konsumen di AS.
"Sebelumnya kami sampaikan laju rupiah masih dimungkinkan melanjutkan pelemahan seiring minimnya sentimen."
Reza menjelaskan, kembali berbalik menguatnya laju dolar memberikan sentimen negatif bagi pergerakan rupiah. Ditambah, pergerakan laju euro yang berbalik melemah setelah merespons turunnya industrial production Italia dan minimnya sentimen memberikan imbas menguatnya laju dolar.