Pihaknya masih membuka ruang untuk meningkatkan suku bunga acuan | PT Rifan Financindo Berjangka
"Sehingga, US Treasury akan diterbitkan dalam jumlah yang lebih besar dan berdampak pada yield yang meningkat," sebutnya. Pada tahun 2018 ini, Fed Fund Rate akan naik di pada bulan Juni dan Desember. Peningkatan Fed Fund Rate secara bertahap ini akan mengarah kepada normalisasi kebijakan di negara-negara maju lain.
Oleh karena itu, BI akan terus mewaspadai berbagai proses normalisasi ini karena akan berdampak terhadap aliran dana Indonesia yang diprediksi akan masuk ke Amerika. "Era bunga yang lebih tinggi akan mulai terealisasi secara bertahap. Karena itu BI akan terus mewaspadai karena dampak dari pekembangan di dunia termasuk Amerika, adalah adanya aliran dana dari negara-negara berkembang ke Amerika, termasuk Indonesia," ucapnya.
"Sehingga, kemungkinan Fed Fund Rate naik, di 2018 ini masih ada 2 kali lagi, satu tahun itu jadi 3 kali. Tetapi, Fed Fund Rate di 2019 kita perkirakan akan lebih dari 2 kali, jadi 3 kali. Jadi Fed Fund Rate yg naik 3 kali di 2018, akan disusul juga 3 ali 2019," lanjut Agus. Namun sebut dia, kemungkinan The Fed untuk meningkatkan suku bunga di tahun 2018 ini bisa menjadi 4 kali, sementara di tahun 2019 mendatang menjadi dua kali.
Selain itu, defisit fiskal AS yang diperkirakan meningkat menjadi 5 persen dari GDP pada tahun 2019 dari yang sebelumnya 4 persen dari GDP di tahun 2018, akan berpotensi untuk meningkatkan potensi kebutuhan pembiayaan mereka.
Membaiknya kondisi ini didorong oleh perbaikan ekonomi Amerika yang berdampak terhadap meningkatknya inflasi. Dengan inflasi AS yang terus meningkat, maka memunculkan ekspektasi Bank Sentral Amerika akan kembali meningkatkan suku bunga Fed Fund Rate.
SBI dan Bisnis Properti | PT Rifan Financindo Berjangka
Namun, saat SBI turun perbankan tidak mau turun, itu tentu tidak baik untuk pertumbuhan sektor riil. Yang paling riskan, apabila pada kondisi saat ini suku bunga dinaikkan maka akan banyak kredit perumahan macet. Para developer dikhawatirkan akan tumbang.
Industri properti di Tanah Air memang mulai khawatir atas gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Jika melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berlangsung lama, dikhawatirkan banyak pengembang properti juga kolaps.
Nilai tukar yang semakin tinggi memberikan dampak serius terhadap industri properti, khususnya segmen properti kelas atas akan menghadapi masalah serius.
Dengan naiknya suku bunga, REI juga khawatir sektor riil tidak bergerak karena banyak dana yang mengendap di instrumen keuangan seperti obligasi, valas, deposito dan tabungan.
Di sektor properti misalnya, kebijakan menaikkan BI Rate apabila tidak dilakukan hati-hati akan membuat industri ini terguncang. Melalui asosiasinya (REI), industri ini meminta perbankan jangan peduli dengan dirinya sendiri, sebab kalau SBI naik maka suku bunga perbankan naik.
Dari sisi industri dalam negeri, kenaikan pada suku bunga yang dilakukan Bank Sentral seiring dengan berjalannya waktu, akan ada dampak pada jumlah produksi. Sisi positifnya adalah tenaga kerja semakin bertambah, hasil produksi meningkat, akibatnya kapasitas ekspor bertambah sehingga jumlah pengangguran juga menurun akibat banyaknya tenaga kerja yang terserap di dalamnya.
Efek jangka panjangnya adalah devisa yang masuk ke negara tersebut juga akan semakin besar sehingga akan semakin menguatkan nilai tukar mata uang dalam negeri. Hal ini berlaku pula sebaliknya, jika saja suku bunga menurun maka biasanya pelaku industri akan meresponsnya dengan menurunkan produksi dalam negeri sebagai akibat dari kebijakan manajemen risiko untuk meminimalkan potensi kerugian.
Negara dengan nilai tukar yang kuat (memiliki jumlah transaksi besar) memiliki pengaruh yang kuat terhadap fundamental perekonomian dunia, sehingga kebijakan bank sentral dari negara maju terhadap suku bunga ini biasanya akan direspons oleh para pelaku pasar dan para penanam modal. Mereka akan memanfaatkan momen tersebut guna mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Nah, kebijakan menaikkan BI Rate bisa memberikan dampak positif maupun negatif sebab suku bunga erat kaitannya dengan kreditor (bank) dan debitor (peminjam). Pada prinsipnya, suku bunga adalah harga atas penggunaan uang atau sebagai sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu.
Hal ini diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16-17 Mei 2018 dan mulai efektif berlaku sejak 18 April 2018. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta turut mendukung perkembangan ekonomi domestik.
Kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga ataupun menurunkan suku bunga bisa berimbas di berbagai sektor kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi ini meliputi perputaran arus keuangan/perbankan yang mencakup tabungan, investasi, inflasi yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah.
BANK Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar 25 basis poin menjadi 4,5%. Tingkat suku bunga (rate) merupakan salah satu tolok ukur yang memicu pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Tadi malam Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI-7 days Reverse Repo Rate ke level 4,5% dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 3,75% dan Lending Facility tetap sebesar 5,25%.
Bunga Acuan Naik, BI Tetap Proyeksi Ekonomi Tumbuh 5,1 Persen | PT Rifan Financindo Berjangka
Sementara konsumsi rumah tangga diperkirakan akan meningkat, yang antara lain didorong gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Asian Games 2018.
Tahun ini, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adapun pada kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,06 persen. Lesunya pertumbuhan ekonomi tersebut terutama disebabkan stagnannya pertumbuhan konsumsi yang tercatat hanya sebesar 4,95 persen pada kuartal I 2018, naik tipis dari 4,94 persen pada kuartal I 2017.
Dody menjelaskan suku bunga acuan tak akan banyak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di tahun ini. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi masih akan didorong oleh investasi dan konsumsi.
Dari sisi investasi, Dody optimistis pada 2018 akan banyak kecenderungan swasta untuk menginisiasi investasi nasional, sehingga dominasi investasi dari pemerintah perlahan akan menurun.
"Terutama investasi nonbangunan, seperti industri manufaktur akan membawa pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi," terang Dody.
Bank Indonesia (BI) mengaku tak mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini, kendati memutuskan untuk menaikkan bunga acuannya sebesar 25 bps pada Mei ini.
Bunga acuan BI atau 7 Days (Reverse) Repo Rate (7DRRR) ditetapkan sebesar 4,5 persen. Sementara itu, suku bunga simpanan (deposit ficility) dan suku bunga pinjaman (lending facility) masing-masing juga dipertahankan masing-masing sebesar 3,75 persen dan 5,25 persen.
"Dari sisi pertumbuhan kami masih memproyeksikan di level 5,1-5,5 persen," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Kamis (17/5).