Emiten tambang PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) mengkaii kemungkinan penambahan produksi batu bara | PT Rifan Financindo Berjangka
Pendapatan atas aktivitas usaha lainnya mencakup penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit, dan jasa sewa.
Perseroan juga diuntungkan dengan memanasnya harga komoditas. Harga jual batu bara rata-rata (average selling price/ASP) PTBA pada kuartal I/2018 mencapai Rp892.243 per ton, tumbuh 9,74% yoy dari kuartal I/2017 senilai Rp813.073 per ton.
Sementara itu, beban pokok penjualan meningkat menjadi Rp3,17 triliun dari kuartal I/2017 sebesar Rp2,85 triliun. Kenaikan beban pokok disebabkan pertumbuhan produksi pada kuartal I/2018 menjadi 5,3 juta ton dari sebelumnya 4,49 juta ton.
Laba bersih PTBA dalam periode 3 bulan pertama 2018 mencapai Rp1,45 triliun. Angka itu melonjak 66,64% yoy dari sebelumnya Rp870,83 miliar.
Penambahan produksi 10% ini kami kaji. Karena kami mendukung kebutuhan batu bara PLN,” ujarnya, Kamis (19/4/2018).
Pada kuartal I/2018, perusahaan merealisasikan penjualan batu bara sejumlah 6,3 juta ton, naik 15,9% yoy dari sebelumnya 5,43 juta ton. Pemasaran batu hitam ke PLN mencapai 2,9 juta ton, atau 46% dari total penjualan sehingga melampaui batasan DMO 25%.
Peningkatan kinerja operasional membuat pendapatan perseroan pada kuartal I/2018 tumbuh 26,43% yoy menjadi Rp5,75 triliun dari kuartal I/2017 sebesar Rp4,55 triliun. Pemasaran batu bara ekspor berkontribusi 55% dari total pendapatan, pasar domestik 43%, dan aktivitas lainnya 2%.
Namun, dengan adanya insentif kebijakan DMO, PTBA mengkaji kemungkinan kenaikan produksi 10% atau sekitar 2,5 juta—3 juta ton sebagai tambahan.
Bila dapat direalisasikan, volume produksi batu bara perseroan pada 2018 menjadi 28 juta—28,54 juta ton. Akan tetapi, manajemen harus mempertimbangkan aspek teknis seperti penambahan peralatan dan kapasitas angkutan Kereta Api.
Emiten tambang PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) mengkaii kemungkinan penambahan produksi batu bara sebesar 10% atau 2,5 juta—3 juta ton pada 2018 untuk memanfaatkan insentif kebijakan Domestic Market Obligation (DMO).
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin menyampaikan, pada 2018 perusahaan merencanakan peningkatan produksi batu bara sebesar 5,32% year-on-year (yoy) menjadi 25,54 juta ton dari sebelumnya 24,25 juta ton.
Saham Bukit Asam Tergelincir 6 Persen, Ada Apa? | PT Rifan Financindo Berjangka
Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan, harga saham PT Bukit Asam Tbk tertekan terkati jadwal pembagian dividen. Kini jadwal pembagian dividen memasuki ex dividen di pasar regular dan negosiasi pada 19 April 2018. Ex dividen merupakan hari pertama, pemegang saham tidak berhak lagi mendapatkan dividen. "Ini ex date dividen," ujar Alfred lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com.
Jadwal pembagian dividen antara lain cum dividen di pasar regular dan negosiasi pada 18 April 2018, ex dividen di pasar regular dan negosiasi pada 19 April 2018, cum dividen di pasar tunai pada 23 April 2018, dan ex dividen di pasar tunai pada 24 April 2018. Daftar pemegang saham yang berhak atas dividen pada 23 April 2018."Pembayaran dividen dilakukan pada 11 Mei 2018. Dividen per saham sebesar Rp 318.521,” seperti dikutip dari pengumuman.
Harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tertekan pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Tekanan terhadap harga saham PTBA terjadi di tengah rilis kinerja keuangan kuartal I 2018 yang positif.
Berdasarkan data RTI, Kamis (19/4/2018), saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) ditutup turun 6,03 persen ke posisi Rp 3.270 per saham. Harga saham PTBA berada di level tertinggi Rp 3.290 dan terendah Rp 3.200 per saham.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 5.160 kali dengan volume perdagangan 418.512 saham. Nilai transaksi harian Rp 136,1 miliar.Pada pembukaan perdagangan, saham PTBA sempat turun 6,61 persen ke posisi Rp 3.250 per saham.
Bukit Asam Siap Manfaatkan Insentif Tambahan Kuota Produksi | PT Rifan Financindo Berjangka
Menurut dia persiapan yang harus dilakukan perseoran adalah memastikan tersedianya peralatan tambang serta kemampuan angkutan kereta api. Jika insentif tersebut direalisasikan, maka nilai 10% setara dengan penambahan 2,5 juta ton sampai 3 juta ton.
Untuk tahun ini perseoran menargetkan volume penjualan menjadi sebesar 25,88 juta ton. Dengan komposisi 53% atau 13,74 juta ton untuk pasar domestik dan 47% atau 12,15 juta ton untuk pasar ekspor. Angka tersebut menurut Arviyan belum termasuk insentif tambahan produksi sebesar 10%.
“Terus terang angka yang saya sampaikan tadi adalah rencana kerja 2018 tanpa memasukkan insentif yang 10%. Kami akan menuju ke arah sana. Tapi masih dalam kajian,” tutupnya.
Adapun penerapan DMO tersebut untuk pembangkit listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) . PT Bukit Asam Tbk mengaku masih terus mengkaji dan mempersiapkan berbagai hal untuk bisa menggenjot produksi.
“Tentunya kami berkeinginan untuk memanfaatkan insentif yang ada ini. Sekarang kami lagi kaji menambah porsi 10%, tentunya banyak hal yang harus disiapkan,” kata Direktur Utama PT Bukit Asam, Arviyan Arifin, di JW Marriot, Jakarta, Kamis (19/4).
Pemerintah memastikan akan memberi insentif berupa tambahan kuota produksi sebesar 10%, bagi perusahaan batu bara yang menjual produknya sesuai ketentuan harga untuk kewajiban pasar domestik (Domestic Market Obligation/DMO).