Laju rupiah pada pekan depan akan berada pada rentang support 13.758 | PT Rifan Financindo Berjangka
Pergerakan positif kembali terjadi di awal pekan kemarin sehingga memenuhi harapan akan terjadinya penguatan. Di luar dugaan, perkiraan akan terapresiasinya dolar AS karena membaiknya data penambahan pekerjaan di AS tidak terjadi di mana berbalik melemah setelah merespons negatif rilis penggajian pekerjaan AS yang lebih rendah dari estimasi.
Laju rupiah mampu menguat di tengah penilaian dari suatu lembaga rating yang mengatakan rupiah akan mengarah ke level Rp15.000 per dolar AS. Di sisi lain, adanya pernyataan dari Bank Indonesia (BI) di mana pelemahan rupiah tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia dan perkiraan terhadap kebijakan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIMP) yang dapat memperkuat ekspansi perbankan.
Namun, pernyataan beberapa pejabat dalam negeri mampu menenangkan pasar. BI menyampaikan belum adanya potensi level terdepresiasinya rupiah hingga Rp15.000 per dolar AS seiring masih terjaganya fundamental ekonomi Indonesia yang terlihat dari sejumlah indikator ekonomi.
Tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat menghalangi potensi penguatan lanjutan pada rupiah," kata Reza dalam risetnya kepada iNews.id, Minggu (18/3/2018).
Secara keseluruhan, laju rupiah di pekan kemarin mampu berbalik menguat seiring melemahnya dolar AS. Hal ini sebagai respons dari kondisi politik AS yang terganggu dengan adanya pemecatan Menlu AS dan kekhawatiran terjadinya perang dagang AS-Tiongkok.
Adapun nilai tukar rupiah menguat 0,25 persen dari sebelumnya melemah 0,18 persen. Laju rupiah di pekan kemarin bergerak di atas target support 13.782 dan resisten 13.762. Selain itu, laju rupiah sempat melemah ke level 13.766 atau di atas sebelumnya di level 13.795. Sementara level tertinggi yang dicapai di angka 13.743 atau di bawah level sebelumnya di level 13.730.
Laju rupiah pada pekan depan akan berada pada rentang support 13.758 dan resistance 13.732. Meski penguatan yang terjadi pada rupiah hingga pertengahan pekan kemarin mampu membentuk tren kenaikan, tapi hal ini masih harus kembali diuji ketahanannya seiring mulai adanya pembalikan arah melemah di akhir pekan kemarin.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, pelemahan tersebut bisa sementara seiring masih melemahnya laju dolar Amerika Serikat (AS) yang terimbas kondisi politik di dalam negerinya dan kembali membuat rupiah untuk dapat menemukan momentum kenaikannya.
Membaca Ruang Gerak Rupiah, Akankah Masih Bisa Bertahan Menguat? | PT Rifan Financindo Berjangka
Neraca perdagangan Indonesia selama Februari 2018 tercatat defisit sebesar USD 0,12 miliar atau sekitar Rp 1,6 triliun (kurs Rp 13.700) karena laju impor selama Februari yang naik lebih tinggi dibandingkan ekspor. Selain itu, pelemahan juga dipicu respon negatif pelaku pasar terhadap rilis Kementerian Keuangan yang mencatat total utang pemerintah hingga akhir Februari 2018 mencapai Rp 4.035 triliun atau naik 13,46 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3.556 triliun.
“Tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat menghalangi potensi penguatan lanjutan pada Rupiah. Diperkirakan laju Rupiah akan berada pada rentang support 13.758 dan resisten 13.732,” tandasnya.
Meski laju USD kembali melemah tampaknya tidak cukup kuat mempertahankan laju Rupiah di zona hijau yang cenderung berbalik melemah. Masih adanya sentimen potensi terjadinya perang dagang akibat imbas proteksionis Presiden Trump telah menekan laju USD karena khawatir akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi AS.
Di sisi lain, laju Rupiah tidak mampu memanfaatkan kondisi tersebut seiring dengan adanya rilis neraca perdagangan yang kembali mencatatkan defisit.
Disamping itu, pernyataan beberapa pejabat dalam negeri mampu menenangkan pasar. BI menyampaikan belum adanya potensi level terdepresiasinya Rupiah hingga Rp 15 ribu per USD seiring masih terjaganya fundamental ekonomi Indonesia yang terlihat dari sejumlah indikator ekonomi.
Selain itu, juga disampaikan gejolak rupiah lebih dikarenakan masalah psikologis dalam menanggapi potensi kenaikan suku bunga AS. Pergerakan USD yang kembali melemah seiring pemberitaan dipecatnya Menlu AS oleh Presiden Trump memberikan kesempatan bagi rupiah untu melanjutkan kenaikannya.
Laju Rupiah mampu menguat di tengah penilaian dari suatu lembaga rating yang mengatakan Rupiah akan mengarah ke level Rp 15 ribu per USD.
Di sisi lain, adanya pernyataan dari Bank Indonesia dimana pelemahan Rupiah tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia dan perkiraan terhadap kebijakan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIMP) yang dapat memperkuat ekspansi perbankan, serta rilis Kemenkeu terkait perkembangan ULN total pada Januari 2018 yang tetap terkendali dengan struktur yang sehat dimana tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Januari 2018 yang tercatat stabil di kisaran 34 persen, yang masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers memberikan sentimen positif pada Rupiah.
Menurutnya, pergerakan positif dapat kembali terjadi di awal pekan sehingga memenuhi harapan akan terjadinya penguatan. “Di luar dugaan, perkiraan akan terapresiasinya USD karena membaiknya data penambahan pekerjaan di AS tidak terjadi dimana berbalik melemah setelah merespon negatif rilis penggajian pekerjaan AS yang lebih rendah dari estimasi,” imbuhnya
Selain itu, aju USD juga tertekan akibat masih adanya kekhawatiran akan terjadinya perang dagang karena kebijakan proteksionis Presiden Trump dan terapresiasinya JPY setelah merespon pemberitaan negatif skandal kronisme yang melibatkan PM Jepang dan Menteri Keuangannya, mampu dimanfaatkan sejumlah mata uang Asia lainnya untuk terapresiasi.
Reza menjelaskan, jika membaca ruang gerak rupiah sepekan kemarin mampu berbalik menguat seiring melemahnya USD karena merespon kondisi politik AS yang terganggu dengan adanya pemecatan Menlu AS dan kekhawatiran terjadinya perang dagang AS-Tiongkok.
Adapun nilai tukar rupiah menguat 0,25 persen dari sebelumnya melemah 0,18 persen. Di pekan kemarin, laju rupiah sempat melemah ke level 13.766 atau di atas sebelumnya di level 13.795. Sementara level tertinggi yang dicapai di angka 13.743 atau di bawah level sebelumnya di level 13.730. Laju rupiah di pekan kemarin bergerak di atas target batas bawah (support) 13.782 dan Bagas agas (resisten) 13.762.
Pergerakan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sepertinya dapat berpeluang menguat lantaran masih tercipta tren kenaikan.
Akan tetapi, Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, tren ini masih harus kembali diuji ketahanannya seiring mulai adanya pembalikan arah melemah di akhir pekan kemarin.
“Diharapkan pelemahan tersebut dapat lebih sementara seiring masih melemahnya laju USD yang terimbas kondisi politik di dalam negerinya dan kembali membuat rupiah untuk dapat menemukan momentum kenaikannya,” ujarnya di Jakarta, Minggu (17/3).
Pekan Depan, IHSG Masih Lanjutkan Pelemahan? | PT Rifan Financindo Berjangka
Selain itu, kepanikan berlebihan dalam menanggapi sentimen yang ada membuat pelaku pasar kembali menderita karena kepanikan yang dibuat mereka sendiri setelah terimbas pelemahan bursa saham Asia yang merespons negatif pemecatan Tillerson sebagai Menlu AS oleh Presiden Trump. Di sisi lain, adanya sejumlah pernyataan positif dari dalam negeri dan kembali terapresiasinya rupiah belum cukup kuat mengangkat IHSG ke zona hijau.
Pergerakan IHSG cenderung kembali melemah seiring kembali khawatirnya terjadinya perang dagang dengan penerapan tarif impor AS membuat sejumlah indeks saham global melemah dan berimbas pada turunnya indeks. Mulai membaiknya laju sejumlah bursa saham Asia tidak mampu mengangkat IHSG yang cenderung tertekan seiring respons negatif terhadap rilis kembali terjadinya defisit neraca perdagangan dan meningkatnya jumlah utang negara per Februari.
Adapun saham-saham yang dapat dicermati para investor selama pekan depan di antaranya UNTR, BBNI, BBTN, SRIL, dan ITMG.
Pada awal pekan kemarin, harapan akan terjadinya penguatan terjadi di mana laju IHSG mampu kembali berbalik menguat pada perdagangan awal pekan kemarin. Positifnya sejumlah bursa saham global; laju rupiah yang mampu kembali terapresiasi; dan adanya pemberitaan positif di mana P
Pemerintah berencana menyelesaikan sejumlah kebijakan sebelum akhir Maret, di antaranya revisi tax holiday, tax allowance, penurunan tarif PPh UKM, dan lainnya hingga komitmen Jepang dalam pembiayaan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya turut direspons positif.
Kemudian pasca menguat, laju IHSG kembali melemah. Harapan untuk tidak ada aksi profit taking tampaknya tidak terjadi sehingga IHSG pun berbalik melemah. Bahkan adanya pendapat dari Kemenkeu di mana insentif pajak Indonesia akan mendorong investasi yang lebih menarik dari tawaran investasi negara-negara lain, serta kembali terapresiasinya rupiah tidak cukup kuat mempertahankan IHSG di zona hijaunya.
Pada pekan sebelumnya secara keseluruhan, kembalinya aksi jual membuat pergerakan IHSG belum keluar dari zona merah. Aksi jual masih kerap terjadi sehingga pelemahan masih terjadi.
Investor asing mencatatkan nett sell minus Rp2,86 triliun dari pekan sebelumnya nett sell minus Rp4,51 triliun. Masih maraknya aksi jual membuat posisi transaksi investor asing menjadi net sell di mana hingga pekan kemarin membuat nilai transaksi investor asing tercatat bersih Rp17,92 triliun di atas sebelumnya yang masih net sell Rp13,93 triliun (year to date/YTD).
Meski laju rupiah mulai menguat jelang akhir pekan, namun belum cukup kuat mengangkat IHSG. Pergerakan IHSG di pekan kemarin berbalik melemah 1,99 persen atau di atas dari pekan sebelumnya yang turun 2,26 persen. Adapun high level yang diraih mencapai 6.501 di bawah sebelumnya di 6.607 dan level terendah yang dicapai mencapai 6.236 dari sebelumnya 6.346.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pekan depan diperkirakan berada pada kisaran level support 6.265-6.278 dan resistance 6.389-6.412 dibandingkan pekan sebelumnya di level support 6.395-6.401 dan resistance 6.470-6.512.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, laju IHSG masih menormalkan posisinya dari area jenuh beli sehingga tren penurunan masih berlanjut. "Three black crows menyentuh area middle bollinger band. MACD cenderung bergerak turun. RSI, Stochastic, and William’s %R kembali bergerak turun dari batas overbought," kata Reza dalam risetnya kepada iNews.id, Minggu (18/3/2018).
Dengan demikian, pergerakan IHSG selanjutnya diperkirakan mencoba kembali menguat meski tipis. Perkiraan ini dengan asumsi pelaku pasar memanfaatkan pelemahan sebelumnya untuk kembali masuk. Meski diharapkan ada pergerakan positif namun tetap mewaspadai juga terdapat potensi pelemahan lanjutan seiring belum adanya sentimen positif yang cukup signifikan mengangkat IHSG.