(Gaikindo) percaya bahwa pasar mobil tahun ini dapat merangkak naik | PT Rifan Financindo Berjangka
Karena itu, salah satu ancaman terbesar bagi pasar otomotif adalah jika pemerintah nantinya ternyata tak bisa mengatasi defisit anggaran. Ini bakal berpengaruh pada pengetatan pengeluaran negara dan terhambatnya proyek-proyek infrastruktur.
Pasar mobil Indonesia tahun ini bakal berjalan di tengah perkiraan ekonomi makro yang lebih baik dari tahun lalu. pertumbuhan ekonomi diprediksi 5,4 persen, tingkat inflasi 3,5 persen, SBI 5,2 persen, kurs Rp13.400 per dollar AS, harga minyak 48 dollar per barrel, dan lifting minyak 800 ribu barrel per hari.
"Kalau diturunkan lebih bagus lagi supaya setiap orang lebih mampu beli mobil," harap dia.
Setali tiga uang dengan Jongkie, Wakil Presiden Senior Frost and Sullivan, Vivek Vaidya, memprediksi bahwa harapan terbesar peningkatan memang dari kendaraan niaga. Ia memproyeksikan pasar mobil nasional secara akumulatif naik 4,6 persen menjadi 1,125 juta unit.
"Pembangunan infrastruktur luar biasa. Jalan raya dibangun, jalan tol dibangun, airport dibangun, pelabuhan dibangun, semua butuh truk," kata Jongkie.
Ia juga berharap agar Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (SBI) tidak naik lagi, bahkan kalau bisa turun.
Angka 1,1 juta unit sendiri digapai pada 2012, saat pasar otomotif Tanah Air untuk pertama kalinya menorehkan penjualan di atas 1 juta unit. Kemudian, pada 2013 dan 2014, volume tersebut naik menjadi 1,2 juta unit, sebelum turun menjadi 1,013 juta dan 1,061 juta unit pada 2015 dan 2016.
Jongkie pada tahun ini terutama berharap pada pertumbuhan dari pasar kendaraan niaga, khususnya dipicu oleh permintaan dari proyek-proyek infrastruktur pemerintah.
"Untuk 2018, kami mencanangkan kembali ke angka 1,1 juta unit. Naik sedikit, tapi kita bisa senang kalau penjualan tetap di atas 1 juta unit karena tetap bisa masuk ke '1 Million Club' di dunia," kata Ketua I Gaikindo, Jongkie D. Sugiarto, Selasa (16/1/2018) di Jakarta. Ia berbicara dalam acara Paparan Proyeksi Pasar Otomotif 2018 bersama Frost and Sullivan.
Pasar roda empat pada 2017, sebagai informasi, ialah 1.079.534 unit. Volumenya naik 1,6 persen dibandingkan 2016 yang berjumlah 1.062.716 unit.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) percaya bahwa pasar mobil tahun ini dapat merangkak naik sedikit menjadi 1,1 juta unit, seperti pada 2012 silam.
Penjelasan Gaikindo Soal Pentingnya Penjualan Mobil Sedan | PT Rifan Financindo Berjangka
Dengan pajak 10 persen, penjualan MPV luar biasa. Jadi, sebagian akan pindah ke sedan kalau ada harga sedan yang seperti MPV," tuturnya.
Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil di Indonesia pada 2017 mencapai 1,079 juta unit dengan segmen MPV menjadi penyokong terbesar sebanyak 600 ribu unit dan segmen LCGC terdistribusi lebih dari 230 ribu unit.
"Pajak sedan kena 30 persen dan MPV 10 persen. Hal itu membuat sedan mahal dan tak dibeli orang. Jadi, kalau diturunkan (pajak), orang sanggup beli. Maka, sedan akan banyak diproduksi di Indonesia dan membuka peluang ekspor," ujar Jongkie. "Jadi, harga sedan bisa murah jika pemerintah mau menurunkan pajaknya."
Selain itu, harga sedan perlu disetarakan dengan model populer seperti low MPV, sehingga bisa menarik minat masyarakat yang membutuhkan kendaraan dengan empat-lima penumpang saja.
"Sedan akan mendorong ekspor. Namun kita jago kandang dalam membuat mobil yang disukai masyarakat Indonesia, bukan yang disukai dunia. Jadi jangan buat MPV saja, tapi juga sedan, pickup, dan SUV. Jadi bisa ditawarkan ke pasar ekspor," ucap Jongkie dalam diskusi Prediksi Industri Otomotif Indonesia 2018 di Thamrin Nine, Jakarta, Selasa, 16 Januari 2018.
Jongkie menjelaskan, salah satu cara untuk menaikkan penjualan sedan adalah menurunkan pajak kendaraan agar setara dengan mobil MPV, yakni sebesar 10 persen. Saat ini, tarif yang dikenakan untuk sedan sebesar 30-125 persen.
Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengatakan sedan merupakan model kendaraan yang diminati di pasar ekspor, selain model-model SUV dan pickup, sehingga peningkatan produksi sedan di dalam negeri berpeluang mendongkrak angka ekspor otomotif.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo menilai perlunya pabrikan mobil Indonesia menggenjot penjualan sedan.
Berdasarkan data Gaikindo 2017, penjualan sedan anjlok 34 persen dari 13 ribu unit pada 2016 menjadi sekitar 9.000 unit tahun 2017.
Gaikindo Ingin Ada Perda Tempat Cas Mobil Listrik di Mal-mal | PT Rifan Financindo Berjangka
"Mereka pasti tertarik dong. Kalau sudah banyak misalnya 100 unit terjual sebulan. Pabrikan pasti akan rakit lokal," imbuh Jongkie.
Gaikindo sendiri saat ini telah membuat kajian dalam rangka menurunkan tarif pajak bagi kendaraan ramah lingkungan atau biasa disebut low carbon emission vehicle (LCEV). Kajian yang dibuat dengan merangkul peneliti dari universitas di dalam negeri itu kabarnya sudah masuk ke Kementerian Perindustrian.
"Untuk tarifnya kami tidak bisa sebutkan, tapi kami pastikan sesuai keinginan pemerintah. Tapi paling penting investasinya dan membuka lapangan kerja serta, peluang ekspor," tutup Jongkie.
Menurut Jongkie, Indonesia harus lebih terbuka jika ingin kendaraan ramah lingkungan berkembang. Mencontoh Malaysia, setelah insentif dirasa tepat dari pemerintah, penjualan kendaraan ramah lingkungan di sana langsung meningkat pesat.
"Jadi nomor satu itu dulu, tarif perpajakan dulu," jelasnya.
Jika semuanya sudah terpenuhi, Ia menambahkan, secara perlahan masing-masing agen pemegang merek (APM) bakal mulai memasukan produk ramah lingkungannya. Mulai dari impor, hingga keputusan merakit lokal, tergantung permintaan pasar.
Selain kebutuhan SPLU, Jongkie melanjutkan, mengembangkan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia juga diperlukan penyesuaian tarif.
Penyesuaian tarif, dikatakan Jongkie dapat diperoleh melalui insentif dari pemerintah. Pasalnya, jika tidak ada insentif harga jual kendaraan tersebut di dalam negeri tidak akan terjangkau. Seperti halnya Model X, sport utility vehicle (SUV) listrik kepunyaan Tesla saat mendarat di Tanah Air dijual lebih dari Rp2 miliar.
"Harga dari sana aja itu sudah mahal. Apalagi saat masuk ke sini yang bisa kena pajak sampai 125 persen. Siapa yang sanggup beli?" tegas Jongkie.
Ia juga memastikan, meski terdapat lahan pengisian listrik, fasilitas tersebut tidak akan diberikan cuma-cuma. Para pemakainya kelak tetap akan dibebankan biaya sesuai pemakaian.
"Mereka tetap bayar, mau pakai cash atau kartu kredit. Makanya buat Perdanya, agar lebih cepat tersedia tempat pengisian (listrik)," ucap dia.
Menurutnya, langkah tersebut bakal menjadi salah satu upaya untuk mempercepat ketersediaan stasiun pengisian listrik di Indonesia, selain ketersediaan stasiun pengisian listrik umum (SPLU) yang kini digagas PLN.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menilai banyak cara untuk mendukung pengembangan mobil listrik di Indonesia.
Ketua I Gaikindo Jongkie D Sugiarto, mengatakan salah satu caranya adalah dengan menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) masing-masing wilayah yang mewajibkan pusat perbelanjaan menyediakan fasilitas pengisian mobil listrik. Fasilitas tersebut nantinya ditujukan bagi kendaraan ramah lingkungan, entah itu plug-in hybrid maupun murni listrik.
"Bisa melalui Perda. Salah satunya mal, tanya ke pemilik (mal) misal punya kapasitas (parkir) 500 kendaraan. Ya minta tempat charging station. Kalau ada 1.000 ya minta 10. Plus buat motor listrik juga," kata Jongkie di Jakarta, kemarin (16/1).