PT PP (Persero) Tbk (PTPP) saat ini tengah mengerjakan proyek pembangunan Jembatan Holtekamp | PT Rifan Financindo Berjangka
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto mengatakan, pemasangan rangka jembatan dilanjutkan karena sudah dievaluasi dan diuji oleh Komisi Keselamatan Konstruksi dan Komisi Keamanan Jembatan Panjang dan Terowongan Jalan.
“Hasil evaluasi tersebut menyatakan pemasangan rangka baja jembatan layak untuk terus dilanjutkan,” ujar Arie.
Arie, yang juga Komisaris PT PP (Persero) Tbk ini menambahkan, jembatan ini menjadi proyek infrastruktur dengan pekerjaan layang pertama yang boleh kembali dilanjutkan setelah adanya instruksi penghentian sementara.
“Tepat pada pukul 11.00 WIT setelah mendapat persetujuan, proses pengangkatan dan pemasangan center span dimulai. Proses pengangkatan diperkirakan memakan waktu 6 jam, namun pada pukul 15.30 WIT center span telah berada pada posisinya dan dilakukan adjustment dimensi,” jelas Arie.
Mengingat faktor risiko tersebut, kata dia, pekerjaan pengelasan baja bentang utama secara segmental dilakukan di Pasuruan oleh PT Bromo Steel Indonesia, anak usaha dari PT Boma Bisma Indra (Persero). Sedangkan final assembly atau perangkaian seluruh segmen menjadi rangka jembatan utuh dan loadout dilakukan di workshop PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya, yang memiliki fasilitas memadai dan dilengkapi pelabuhan.
Proses pengangkatan dan pemasangan center span pada pembangunan Jembatan Holtekamp Jayapura sempat terhenti terkait adanya moratorium atau penghentian sementara pekerjaan konstruksi layang (elevated) sejak Senin (19/2). Dengan adanya instruksi tersebut, beberapa proyek harus dihentikan sementara termasuk Jembatan Holtekamp.
Padahal Jembatan Holtekamp rencananya melakukan pengangkatan dan pemasangan center span seberat 2000 ton dengan dimensi tinggi 20 meter, lebar 26 meter, dan panjang 112,5 meter pada hari Rabu (21/2) kemarin di saat kondisi cuaca dan ombak diperkirakan baik.
Direktur Utama PTPP, Tumiyana mengatakan, Jembatan Holtekamp dikerjakan dengan metode yang pertama kali dilakukan di Indonesia, yaitu metode strand lifting (full span). Metode ini mempertimbangkan faktor risiko kegempaan di lokasi proyek yang tergolong tinggi, sehingga akan sangat riskan bila proses pelaksanaan dikerjakan sepenuhnya di site.
“Konsep utama metode ini adalah mengerjakan proses pemasangan secepat mungkin untuk mengurangi risiko gempa yang terjadi,” kata Tumiyana dalam keterangannya, Kamis (22/2).
PT PP (Persero) Tbk (PTPP) saat ini tengah mengerjakan proyek pembangunan Jembatan Holtekamp, Jayapura. Jembatan Holtekamp menghubungkan daratan Holtekamp dengan daratan Hamadi, dengan panjang bentang utama jembatan mencapai 433 meter, sementara jembatan bentang pendekat mencapai 900 meter.
Sumber dana megaproyek pembangunan Jembatan Holtekamp berasal dari APBN dan APBD dengan nilai kontrak mencapai Rp 1,27 trilyun, dengan Konsorsium PP-HK-NK sebagai Kontraktor Utama.
Setelah Jembatan Holtekamp, Proyek Mana Lagi yang Akan Kembali Berjalan? | PT Rifan Financindo Berjangka
"Setelah Jembatan Holtekamp, saya memprediksikan pengangkatan girder-girder di Tol Pemalang-Batang akan melanjutkan pengerjaannya," ujar dia kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (22/2/2018).
"Kontraktor dan pemilik pengerjaan di sana telah memberikan data-data terkait proyek. Saya prediksi, Senin (26 Februari) mereka sudah bisa kembali bekerja," tambah dia.
Selain pengangkatan girder di Tol Pemalang-Batang, proyek elevated lainnya yang Arie anggap bisa cepat memulai pekerjaan kembali adalah LRT di Palembang.
"Dirjen Perkeretaapian baru menghubungi saya, dia ingin cepat memulai kembali pembangunan LRT Palembang untuk Asian Games nanti, dan akan menyerahkan data pengerjaannya," ucap dia.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setyadi Moerwanto mengatakan, proyek-proyek konstruksi layang lainnya juga akan bisa kembali berjalan jika sudah memberikan pengajuan dan lulus pengecekan.
Dia memprediksi, proyek selanjutnya yang akan mendapat lampu hijau untuk melanjutkan kembali pengerjaannya adalah proyek Tol Pemalang-Batang, yang beberapa waktu lalu juga sempat mengalami kecelakaan kerja akibat robohnya beton girder.
Pengerjaan Jembatan Holtekamp bisa kembali dilanjutkan setelah Komisi Keselamatan Konstruksi (KKK) dan Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJT) di bawah Kementerian PUPR melakukan pengecekan terhadap proyek infrastruktur tersebut.
Pemasangan rangka Jembatan Holtekamp di Papua sepanjang 732 meter lulus hasil evaluasi. Proyek ini pun dinilai dan bisa kembali berjalan.
Ini selang sehari usai pemerintah memutuskan penghentian sementara pengerjaan proyek konstruksi layang (elevated) sebagai tindak lanjut kecelakaan yang terjadi pada proyek infrastruktur di Indonesia.
Jembatan Holtekamp, Proyek Elevated Pertama yang Dilanjutkan Pasca Moratorium | PT Rifan Financindo Berjangka
Konsep utama metode ini adalah mengerjakan proses pemasangan secepat mungkin untuk mengurangi risiko gempa yang terjadi. Mengingat faktor risiko tersebut, pekerjaan pengelasan baja bentang utama secara segmental dilakukan di Pasuruan oleh PT Bromo Steel Indonesia, anak usaha dari PT Boma Bisma Indra (Persero).
Sedangkan, final assembly atau perangkaian seluruh segmen menjadi rangka jembatan utuh dan loadout dilakukan di workshop PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya, yang memiliki fasilitas memadai dan dilengkapi pelabuhan.
Jembatan Holtekamp merupakan sinergi BUMN yang digarap oleh konsorsium PT PP (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero) dan PT Nindya Karya (Persero) sebagai Kontraktor Utama.
Jembatan Holtekamp Jayapura merupakan jembatan yang menghubungkan daratan Holtekamp dengan daratan Hamadi dengan panjang bentang utama 433 meter, dan jembatan bentang pendekat mencapai 900 meter. Sumber dana megaproyek ini berasal dari APBN dan APBD dengan nilai kontrak mencapai Rp1,27 triliun.
Jembatan ini dikerjakan dengan metode yang pertama kali dilakukan di Indonesia, yaitu metode strand lifting (full span). Metode ini mempertimbangkan faktor risiko kegempaan di lokasi proyek yang tergolong tinggi, sehingga akan sangat riskan bila proses pelaksanaan dikerjakan sepenuhnya di site.
Setelah mendapat persetujuan, tepat pada pukul 11.00 WIT, proses pengangkatan dan pemasangan center span dimulai. Pada pukul 15.30 WIT center span telah berada pada posisinya dan dilakukan adjustment dimensi.
Atas prestasi ini, Konsorsium PP-HK-NK dan Dirjen Bina Marga memecahkan 2 (dua) rekor dunia dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) yaitu; Pengangkatan dan Pemasangan Rangka Baja Jembatan dalam Bentuk Utuh Terpanjang, Pengiriman Rangka Baja Pelengkung Bagian Tengah secara Utuh dengan Jarak Terjauh 3.200 Kilometer,
Sebelum moratorium efektif berlaku, PTPP bersama konsorsium perusahaan BUMN Konstruksi lainnya berencana mengangkat dan memasang bentang tengah (center span) Jembatan Holtekamp Jayapura pada Rabu (21/2/2018) saat kondisi cuaca dan ombak diperkirakan baik. Center span seberat 2.000 ton tersebut memiliki tinggi 20 meter, lebar 26 meter, dan panjang 112,5 meter.
Rencana pemasangan bentang tengah Jembatan Holtekamp akhirnya dapat terealisasi setelah hasil evaluasi yang dilakukan Kementerian PUPR menyatakan pemasangan rangka baja jembatan layak dilanjutkan.
"Pemasangan rangka jembatan dilanjutkan karena sudah dievaluasi dan diuji oleh Komisi Keselamatan Konstruksi dan Komisi Keamanan Jembatan Panjang dan Terowongan Jalan," kata Arie yang juga menjabat sebagai Komisaris di PTPP tersebut.
Kelanjutan pembangunan jembatan Holtekamp Jayapura yang digarap oleh PT PP (Persero) Tbk dan konsorsiumnya sempat terhenti sementara seiring adanya moratorium pekerjaan konstruksi layang (elevated structure). Meski demikian, hanya dalam waktu 1 hari setelah moratorium, pembangunan jembatan layang ini kembali dilanjutkan.
"Jembatan ini menjadi proyek infrastruktur dengan pekerjaan layang pertama yang boleh kembali dilanjutkan setelah adanya instruksi penghentian sementara," kata Arie Setiadi Moerwanto, Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR dalam keterangan tertulis, Kamis (22/2/2018).